Hari Minggu Pekan IV Paskah/B
Kis 4:8-12
Mzm 118:1.8-9.21-23.26.2728-29
1Yoh 3:1-2
Yoh
10:11-18
"Gembala yang baik"
Kita memasuki Hari Minggu Paskah
yang keempat. Hari Minggu ini juga dikenal dengan nama Hari Minggu “Buon
Pastore” atau Hari Minggu “Gembala Baik”. Mengapa disebut demikian? Karena dalam
bacaan-bacaan,terutama bacaan Injil, Tuhan Yesus mengatakan dirinya sebagai
seorang Gembala yang Baik.Hari Minggu ini juga disebut Hari Minggu Panggilan.
Alasan yang mungkin adalah karena Gereja memerlukan orang-orang tertentu yang dipanggil
dan dipilih secara istimewa oleh Tuhan untuk melayani Gereja, laksana gembala
yang memperhatikan domba-domba. Itu sebabnya pada hari ini semua doa dan kurban
Gereja adalah bagi panggilan-panggilan baru untuk tugas pelayanan istimewa di
dalam Gereja dan semoga mereka yang sudah menjawabinya diberikan kesetiaan dan
ketabahan hati oleh Tuhan sang Gembala Baik.
Dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan
Yesus mengatakan diriNya kepada orang-orang Farisi sebagai gembala yang baik, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang
baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya… Akulah gembala yang baik. Aku
mengenal domba-dombaKu, dan domba-dombaKu mengenal Aku. Ada lagi domba-domba lain
yang bukan dari kandang ini, domba-domba itu harus Kutuntun juga. Mereka
mendengar suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala”.
Bayangan tentang gembala yang
baik banyak ditemukan di dalam Kitab Perjanjian Lama. Dari Kitab Kejadian kita
sudah mengenal Habel sebagai gembala yang baik yang memperhatikan berbagai
ternaknya (Kej 4:2). Abraham sebagai Bapa bangsa juga merupakan seorang
gembala. Dia mempunyai banyak ternak dan banyak gembala. Para gembalanya pernah
berkelahi dengan para gembalanya Lot (Kej 13:7). Hewan ternak yang dimiliki
umat perjanjian lama dijadikan kurban bakaran kepada Tuhan, juga menjadi
persembahan persepuluhan (Im 27:32).
Perlahan-lahan Umat Israel
merasakan kedekatan dengan Tuhan laksana gembala yang baik. Kutipan yang
terkenal adalah Mazmur Daud: “Tuhan
adalah gembalaku, takkan kekurangan Aku. Ia membaringkan aku di padang yang
berumput hijau. Ia membimbing aku ke air yang tenang. Ia menyegarkan jiwaku. Ia
menuntun aku di jalan yang benar oleh Karena namaNya. Sekali pun aku berjalan
dalam lembah kekelaman, aku tidak taku bahaya sebab Engkau besertaku, gadaMu
dan tongkatMu itulah yang menghibur aku.Engkau menyediakan hidangan bagiku, di
hadapan lawan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh
melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku seumur hidupku, dan
aku akan berdiam di rumah Tuhan
sepanjang masa” (Mzm 23:1-6).
Para nabi juga mengingatkan umat
Israel bahwa Tuhan mengasihi mereka laksana seorang gembala yang memperhatikan
domba-dombanya. Tugas dari sang gembala adalah tinggal bersama domba-domba,
memperhatikan dan menuntun. Nabi Mikha berdoa, “Gembalakanlah umatMu dengan tongkatMU,
kambing domba milikMu sendiri” (Mikha 7:14). Yesus sendiri lahir dan yang
menjadi orang-orang pertama yang mendengar berita kelahiranNya adalah para
gembala (Luk 2: 15.18.20).
Semua gambaran tentang gembala di
atas menunjukkan kedekatan Tuhan dengan umatNya laksana domba dengan
kawananNya. Itu sebabNya Yesus Putera Allah mewahyukan diriNya di depan orang
Farisi dengan mengatakan diriNya sebagai gembala yang baik, gembala yang
mencintai domba-dombaNya sehingga Ia rela menyerahkan nyawaNya bagi mereka. Dia
adalah gembala yang benar dan bukan seorang upahan yang tidak mengenal
domba-dombanya.
Yesus juga memiliki tugas yang
penting yakni menunutun domba-domba yang bukan dari kandangNya. Ia juga
menuntun mereka, mereka mendengar suaraNya dan mereka juga menjadi satu kawanan
dengan satu gembala. Semangat kegembalaan Yesus dirasakan bagi semua orang dari
berbagai golongan manusia. Petrus dalam bacaan pertama dengan tegas berkata, “Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang
bangunan, yaitu kamu sendiri, namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan
keselamatan tidak ada di dalam nama siapa pun juga selain di dalam Dia.”
Memang, nama Yesus adalah nama yang menyelamatkan semua orang.
Yesus sebagai satu-satunya juru
selamat membuat kita semua memiliki martabat baru sebagai anak-anak Allah yang akan
melihat Yesus dalam keadaanNya yang sebenarnya. Yohanes dalam bacaan kedua
mengatakan dampak dari kegembalaan Yesus yaitu kita sebagai anak-anak Allah. Martabat
sebagai anak-anak Allah adalah wujud kasih Allah yang berlimpah kepada kita
semua yang percaya.
Sabda Tuhan pada hari Minggu Gembala
Baik ini membuat kita menyadari kasih Tuhan dan juga berbagai implikasi yang
positif dari Dia sebagai Gembala utama kita:
Pertama, Tuhan sebagai gembala
kita. Ia bertugas untuk tinggal bersama kita, mendampingi serta menuntun kita
ke jalan yang benar. Dia mengenal kita dan kita mengenal suaraNya. Sifat
gembala yang baik seharusnya membuat kita sadar diri untuk berlaku yang sama
terhadap semua anggota keluarga. Kita memiliki pilihan untuk memperhatikan
dengan kasih kepada semua anggota keluarga terutama yang sangat membutuhkan.
Kedua, Tuhan Yesus sebagai
gembala juga memperhatikan “domba yang bukan dari kandangNya” sehingga menjadi
satu kawanan dan satu gembala.Perkataan Yesus ini memiliki implikasi pada tugas
gereja untuk melayani semua orang tanpa pamrih. Pelayanan-pelayanan kasih tidak
hanya dikhususkan bagi umat katolik tetapi bagi umat manusia. Dengan demikian
semua orang merasakan keselamatan dari Tuhan karena kita percaya bahwa Yesus
adalah satu-satunya penyelamat kita.
Ketiga, Kita mendoakan
panggilan-panggilan baru untuk tugas kegembalaan di dalam Gereja. Bagaimana pun
juga Tuhan tetap membutuhkan para mitra kerja untuk tugas kegembalaan sebagai
imam, biarawan dan biarawati. Gereja menjadi indah karena semua sifat gembala baik
terpancar dalam berbagai tarekat, ordo dan kongregasi yang dengan spiritualitas
masing-masing menyempurnakan tugas gembala baik di dalam pelayanan Gereja masa
kini.
Apa tugas umat untuk para pilihan
Tuhan? Pertama, Mendoakan supaya panggilan dan pilihan Tuhan ini menjadi
pribadi-pribadi yang setia, dan memiliki komitmen yang baik dalam pelayanan.
Kedua, berani memberi koreksi persaudaraan sehingga tugas sebagai gembala yang
baik menjadi lebih berkualitas. Maka prinsip yang baik adalah “Lebih baik
berbicara dengan gembala dari pada berbicara tentang gembalamu”. Ketiga, jangan
memasukan para pilihan Tuhan ini ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah dari
yang jahat.
Doa: Tuhan, syukur kepadaMu atas
panggilan yang Engkau anugerahkan kepada kami!
PJSDB