Rat 22:2.10-14,18-19
Mzm 74:1-2.3-5a.5b-7.20-21
Mat 8:5-17
"Saya tidak pantas…"
Ada seorang bapak yang datang meminta
intensi misa HUT perkawinan majikannya yang ke-35. Sambil ngobrol, ia bercerita
pengalaman kerjanya selama 30 tahun sebagai sopir di dalam keluarga tersebut. Tugasnya
mengantar anak-anak ke sekolah, mengantar nyonya ke pasar atau arisan,
mengantar tuan ke kantor. Pokoknya deskripsi pekerjaannya jelas yakni sebagai
sopir setiap hari. Hal yang membuat dia betah dan bertahan dalam pekerjaan
sebagai sopir adalah tuannya itu baik hati. Ia selalu memperhatikan keluarga
sopir ini seperti memperhatikan keluarganya sendiri. Anak-anak dilatih untuk
tahu berterima kasih kepadanya. Kalau makan bersama, sering diajak duduk
bersama di meja makan yang sama.
Pengalaman ini memang sederhana.
Jarang orang bercerita tentang pekerjaan, apalagi sebagai sopir pribadi dalam
keluarga, office boy, cleaning service,
tukang cuci-gosok dan pekerjaan rumah lainnya. Orang mungkin lebih suka
menceritakan pekerjaan-pekerjaan yang besar dengan gaji yang luar biasa. Namun
demikian hari ini kita mendapat pencerahan dari bacaan Injil. Matius
menceritakan bagaimana seorang perwira di Kapernaum bertemu dengan Yesus dan
meminta bantuanNya untuk menyembuhkan hamba perwira tersebut yang sedang sakit
lumpuh. Yesus menjawab dengan meyakinkan bahwa Ia akan datang untuk
menyembuhkannya. Namun perwira itu tahu diri. Ia adalah orang Romawi bukan
Yahudi, ia seorang bawahan dan di bawahnya juga masih ada prajurit dan hamba
yang dapat diperintah olehnya. Maka di hadapan Yesus yang ada di atas segalanya,
dia merasa tidak layak menerimaNya di rumah. Perwira itu berkata, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di
dalam rumahku, katakan sepatah kata maka hambaku akan sembuh”. Memperhatikan
sikap perwira ini, Yesus berkata, “Iman
sebesar ini tidak pernah Kutemukan pada seorang pun di Israel.” Maka
terjadilah, hamba dari perwira itu menjadi sembuh karena perkataan Yesus
sebelumnya, ”Aku akan datang
menyembuhkannya”.
Yesus juga menyembuhkan ibu
mertua Petrus yang sakit demam. Setelah sembuh, ibu itu melayani Yesus dan para
muridNya. Dengan peristiwa-peristiwa penyembuhan ini maka Yesus sungguh dianggap
sebagai tabib bagi banyak orang. Dikisahkan oleh Matius bahwa pada hari itu
banyak orang disembuhkan Yesus dari sakit penyakit mereka.
Kisah-kisah penyembuhan ini
sangat menarik perhatian kita. Perwira Romawi di Kapernaum mewakili orang-orang
bukan Yahudi yang percaya kepada Yesus. Ia berani menyatakan kasih, iman,
keyakinan dan kerendahan hatinya di hadapan Yesus. Ia juga peduli dengan
kesehatan hambanya bukan kesehatan dirinya atau keluarganya. Itu sebabnya ia
berani memohon kesembuhan hambanya dari Yesus. Kepedulian terhadap sesama,
bahkan hamba yang bekerja melayani perwira siang dan malam ini menggugah hati
Yesus untuk bersedia menyembuhkannya. Lihatlah sikap dan kepedulian perwira ini.
Terhadap Yesus, ia menunjukkan rasa hormat dan percaya bahwa dengan kuasa
SabdaNya pasti dapat menyembuhkan bahkan pada jarak jauh. Ia juga peduli dengan
hambanya. Hambanya adalah bagian dari hidupnya dan patut dikasihi.
Sikap perwira ini juga membantu
kita untuk mengerti makna doa. Doa yang baik memiliki fondasi yang baik yakni:
iman, cinta kasih, harapan dan kerendahan hati di hadapan Tuhan. Ini semua
merupakan ungkapan kasih kepada Tuhan. Doa menjadi sempurna ketika memiliki
dampak positif dalam hidup yakni mengasihi sesama tanpa memandang status social
dan melayani sebagai ungkapan syukur.
Nah perwira ini adalah orang asing. Dia masih percaya bahwa Yesus akan
melakukan segala sesuatu sesuai dengan permohonannya. Itu sebabnya Yesus juga
berani berkata, “Iman sebesar ini tidak
Kutemukan di Israel. Banyak orang akan datang dari timur dan barat, dan duduk
makan bersama Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan
anak-anak Kerajaan ini akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap.
Di sana ada ratap dan kertak gigi”.
Perkataan Yesus ini sekaligus
membantu kita untuk memahami bacaan pertama yang mengisahkan pengalaman bangsa
Israel khususnya dari Kerajaan Yehuda yang mengalami penderitaan di Babilonia.
Sebagai konsekuensi dari dosa menyembah berhala maka akibatnya adalah
penderitaan. Mungkin saja akibat perasaan status
quo sebagai bangsa terpilih sehingga mereka juga mudah meningalkan Tuhan. Atau
mungkin ada prinsip bahwa Tuhan ada di pihak mereka maka wajarlah untuk
bersantai sampai lupa diri dan menyembah berhala serta melakukan dosa-dosa yang
lain melawan Allah yang benar (Yahwe).
Sabda Tuhan hari ini membantu
kita untuk mengoreksi diri berani berkata: “Ya
Tuhan saya tidak pantas Tuhan datang pada saya!”. Pertama, Lihatlah
kehidupan doa masing-masing. Apakah
anda tekun berdoa, selalu bersyukur kepada Tuhan dalam segala situasi hidupmu? Kedua,
Apakah doa-doamu itu memiliki dampak pada kasih dan kepedulian terhadap sesama
seperti yang dihayati perwira di Kapernaum? Ketiga, Bagaimana sikap kita
terhadap Sabda Tuhan. Apakah kita mendengar dan melakukan Sabda Tuhan dalam
hidup kita? Ingat kembali kata-kata perwira asing itu,”Ya Tuan, saya tidak pantas Tuan datang ke rumahku, katakanlah sepata
kata maka hambaku akan sembuh.”
Doa: Tuhan, mampukan kami pada
hari ini untuk peduli terhadap sesama. Amen
PJSDB