Hari Selasa Pekan Biasa ke-2
Peringatan Wajib St. Agnes
1Sam. 16:1-13
Mzm. 89:20,21-22,27-28
Mrk. 2:23-28
Merawat
Kebersamaan
Pada pagi hari ini saya menemukan
sebuah kutipan inspiratif ini: “Jangan terlalu cepat menilai seseorang,
terkadang apa yang kau lihat adalah hal yang memang sengaja ingin dia
perlihatkan kepadamu.” Perkataan ini memang sering terjadi dan dialami banyak
orang. Ada kebiasaan untuk terlalu cepat menilai seseorang dengan hanya melihat
tampilan lahirianya saja: tubuhnya indah atau tidak indah, penampilannya menarik
atau tidak menarik dan hal lainnya yang dapat kita rasakan dengan panca indra
kita. Orang mudah terjebak melihat tampilan lahiria padahal belum tentu hal itu
yang terbaik. Mengapa? Sebagaimana dikatakan di atas bahwa terkadang apa yang kita
lihat adalah hal yang memang sengaja ingin dia perlihatkan kepada kita. Kita
perlu pandai membaca tanda-tanda zaman.
Pada hari ini kita mendengar
kisah lanjutan tentang Samuel. Suasana Kerajaan Israel di bawah kepemimpinan Saul
bermasalah. Sebab itu Tuhan menolak Saul sebagai raja Israel. Tuhan Allah lalu menyapa
dan mengutus Samuel untuk menjumpai Isai, orang asli Bethlehem dengan sebuah
keterangan bahwa dari anak-anak Isai, Tuhan akan memilih seorang anak Isai yang
akan menggantikan Saul sebagai raja bagi-Nya. Samuel menunjukkan rasa
kemanusiaannya yakni ia merasa takut karena selalu ada kesempatan bagi Saul
untuk membunuh Samuel. Tuhan memberi petunjuk kepada Samuel supaya luput dari sikap
jahat Saul, yakni Samuel harus menyiapkan bahan persembahan kepada Tuhan
sendiri. Ketika para tua-tua bertanya perihal kedatangannya ke Bethlehem,
Samuel menjawab: "Ya, benar! Aku datang untuk mempersembahkan korban
kepada Tuhan. Kuduskanlah dirimu, dan datanglah dengan daku ke upacara
pengorbanan ini." (1Sam 16:5).
Selanjutnya, Samuel menguduskan
Isai dan anak-anaknya yang laki-laki sekaligus mengundang mereka ke pesta
pengorbanan itu. Samuel menggunakan kategori manusiawi, sehingga ia
memperhatikan setiap anak Isai yang lewat di hadapannya. Secara fisik orang
seperti Eliab dan Abinadab memang sangat meyakinkan karena bertubuh kekar,
tinggi dan tentu sangat di segani. Tuhan berkata kepada Samuel: "Sungguh,
di hadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapi-Nya." Tetapi berfirmanlah Tuhan
kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi,
sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah;
manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1Sam
16:6-7). Samuel mengamini percakapannya dengan Tuhan. Kini Samuel bercakap-cakap
dengan Isai dan menanyakan semua anak-anaknya. Ternyata masih ada anak bungsu
yang menggembalakan ternak mereka.
Samuel bertanya apakah ada anak-anak
Isai yang lain? Isai menjawab: "Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang
menggembalakan kambing domba." Kata Samuel kepada Isai: "Suruhlah
memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke
mari." Mereka pun memanggil Daud. Ada pun deskripsi fisik dari Daud adalah
ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Tuhan meminta Samuel untuk
segera mengurapi Daud sebagai raja Israel yang baru. Pengurapan berdampak
positif yakni Roh Kudus selalu menyertai Daud.
Kisah Samuel dalam bacaan ini
membuka wawasan kita. Pertama, supaya kita melihat dengan menggunakan mata
Tuhan bukan semata-mata dengan mata kita. Kita melihat dengan mata Tuhan
berarti kita semakin berfokus pada jati diri atau bagian terdalam hidup pribadi
saudara-saudari kita. Banyak kali kita terjebak dan hanya memandang hal-hal
lahiria saja. Orang mengatakan kita melihat cashingnya saja dan lupa bagian
terdalam di dalam diri manusia. Kita butuh perubahan radikal dalam hidup ini.
Kedua, aspek kesetiaan sangatlah penting. Kita belajar dari Samuel yang
sebenarnya memiliki beban dan ketakutan tersendiri akibat penolakan Saul
sebagai Raja Israel. Namun Samuel menunjukkan kesetiaannya kepada Tuhan, dengan
melakukan tugasnya secara sempurna. Ketiga, Kisah Samuel ini membangkitkan
semangat kita untuk merajut sekaligus merawat kebersamaan. Artinya apapun
perbedaan yang dimiliki, orang harus tetap setia melakukan tugasnya untuk
mempersatukan semua orang. Samuel merawat kebersamaan orang-orang Israel yang
sedang mencari seorang leader baru.
Tuhan Yesus adalah seorang leader
baru yang merawat kebersamaan di antara banyak perbedaan yang ada. Markus
mengisahkan perjalanan bersama antara Yesus dan para murid-Nya pada hari Sabat.
Sambil berjalan bersama para murid Yesus memetik bulir gandum. Hal ini memang
sederhana namun dipersoalkan oleh orang-orang Farisi. Mereka menganggap Yesus
dan para murid-Nya tidak menguduskan hari Sabat. Tuhan Yesus bereaksi dengan
mengambil contoh rajau Daud dan pasukannya yang masuk ke dalam rumah Tuhan
Allah, lalu mengambil roti yang hanya boleh dimakan oleh para imam, tetapi
mereka mengambil dan memakannya karena lapar. Yesus dengan tegas mengatakan: "Hari
Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak
Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat." (Mrk 2:27-28).
Mengapa Yesus merawat kebersamaan?
Ia datang ke dunia untuk mempersatukan semua orang, mengikis semua perbedaan.
Banyak orang bersikap legalis seperti orang-orang Farisi di hadapan Yesus namun
mereka tidak dapat bersekutu dengan orang-orang lain. Mereka menjadi kelompok
khusus yang tidak dapat membaur karena menganggap dirinya sudah suci. Yesus
datang untuk mengubah mindset orang-orang yang sok legalis dan sok suci. Di
hadapan Tuhan semua orang sama sebagai manusia lemah dan hanya Yesus saja yang
menguatkan kita.
Pada hari ini kita belajar untuk
merawat kebersamaan sesuai dengan kehendak Tuhan sendiri. Hidup kita sungguh
bermakna bukan karena kita hebat, tetapi kita berhasil mengubah orang lain
menjadi hebat. Tuhan Yesus mengubah kita menjadi hebat di hadapan Bapa, dengan
hidup tanpa cela dan layak mendapat harkat dan martabat sebagai anak-anak
Allah. Semoga santa Agnes yang kita kenang hari ini menginspirasikan kita untuk
merawat kebersamaan dengan sesama kita.
PJ-SDB