Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXX
Rm. 8:31b-39
Mzm. 109:21-22,26-27,30-31
Luk. 13:31-35
Kita lebih dari
para pemenang!
Ada seorang pemuka umat yang
mengisahkan suka dan duka hidup stasinya untuk membangun Gereja. Hal yang
paling sulit bagi stasi itu bukan soal dana, karena dananya sudah lama
dikumpulkan oleh umat, melainkan proses untuk mendapatkan ijin membangun
Gereja. Setelah beberapa tahun berjuang akhirnya keluar juga ijin untuk
membangun (IMB) Gereja. Semua orang merasa legah karena rintangan terbesar
sudah dilalui. Tinggal saja bagaimana mengatasi para preman yang selalu
nongkrong di sekitar lokasi Gereja dan oknum-oknum yang selalu mengadakan demo
untuk menolak pembangunan Gereja di lokasi yang sudah disiapkan. Meskipun
kelihatan masih banyak kesulitan yang akan mereka hadapi namun pemuka umat itu
mengatakan bahwa dalam nama Tuhan Yesus, mereka akan menang bahkan mereka akan
lebih dari para pemenang. Dan benarlah perkataan ini. Umat stasi ini berhasil
membangun Gerejanya dan mampu mengatasi segala halangan. Kini mereka aman
dan nyaman beribadah di dalam Gereja stasi mereka.
Pada hari ini kita mendengar
kelanjutan pengajaran Santu Paulus kepada jemaat di Roma. Mula-mula ia
meyakinkan jemaat di Roma tentang situasi hidup mereka yang nyata yakni adanya
penganiayaan besar-besaran terhadap jemaat Kristen di kota Roma. Sebab itu
Paulus berkata: “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”
(Rm 8:31). Ia bahkan menegaskan: “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri,
tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak
mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Rm 8:32).
Di sini, Paulus menghadirkan Allah dalam diri Yesus Kristus yang penuh dengan
kerahiman. Allah yang menyertai manusia yang diciptakan sewajah dengan-Nya, Dia
bahkan mengorbankan Anak-Nya yang tunggal yakni Yesus Kristus untuk keselamatan
manusia. Pengurbanan Yesus Kristus adalah menderita, wafat dan bangkit dengan
mulia sebagai tanda kemenangan akan maut dan dosa.
Selanjutnya, Paulus melontarkan
sebuah pertanyaan reflektif dan mendalam: “Siapakah yang akan memisahkan kita
dari kasih Kristus?” (Rm 8: 35). Saya merasa yakin bahwa jemaat di Roma yang
mendengar perkataan Paulus ini berani mengatakan bahwa tidak ada seorang pun
yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Beberapa contoh pengalaman yang
menganggu relasi dengan kasih Kristus seperti penindasan atau kesesakan atau
penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang atau
kemartiran. Semua pengalaman keras dan menakutkan ini tidak akan memisahkan
jemaat atau Gereja dari kasih Kristus. Paulus menegaskan: “Sebab aku yakin,
bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau
kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk
lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus
Yesus, Tuhan kita.” (Rm 38-39). Mengapa demikian? Jawaban yang pasti adalah
‘dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang
telah mengasihi kita.’ (Rm 8:37).
Santu Paulus sedang mengungkapkan
wajah Gereja yang nyata di tengah dunia saat ini. Ada berbagai macam tantangan
besar yang menerpa Gereja dari dalam dan luar. Dari bagian dalamnya, kehidupan
menggereja kelihatan melemah. Hidup Kristiani sepertinya hanya sedalam kulit
saja. Rasa berdosa sudah semakin menipis maka tidak ada lagi kesadaran umat
untuk mau mengaku dosa. Kesadaran untuk berdoa juga semakin lemah. Berapa orang
yang benar-benar mengikuti perayaan Ekaristi dan Ekaristi benar-benar mengubah
hidupnya? Berapa orang yang benar-benar membaca dan menghayati Sabda Tuhan? Ada
para selibater tertentu yang tidak menghayati hidup selibatnya di hadapan
Tuhan. Masalah pedofilia yang menerpa para gembala dan siapa saja di dalam
Gereja. Ini adalah hal-hal yang berada di dalam Gereja, mengguncang dan boleh
dikatakan menghancurkan Gereja dari dalam. Dari luar gereja muncul
penganiayaan-penganiayaan dan larangan-larangan tertentu yang melawan
eksistensi Gereja. Semua ini sedang dialami Gereja saat ini.
Apakah semua hal yang disebutkan ini
menyebabkan Gereja menjadi tidak kudus lagi? Gereja sesuai Credo yang kita
hayati tetaplah kudus karena Tuhan sendiri yang mendirikan Gereja. Tuhan Yesus
bersahabat dengan orang-orang berdosa tetapi Ia sendiri tidak pernah jatuh ke
dalam dosa. Tuhan Yesus justru menguduskan mereka. Hal yang sama terjadi di
dalam Gereja. Gereja itu berdosa karena anggota-anggota Gereja adalah umat yang
lemah namun Gereja tetaplah kudus karena Tuhan Yesus sendiri mendirikan Gereja
dan menguduskannya. Bagi saya ini menunjukkan bahwa Gereja benar-benar lebih
dari pemenang! Banyak kesulitan dari dalam dan dari luar tetapi Gereja tetap
berdiri karena Tuhan yang mendirikannya di atas wadas perkas.
Dalam bacaan Injil hari ini,
Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai lebih dari pemenang. Ia juga mengalami
kesulitan berhadapan dengan Herodes yang mengancam untuk membunuh-Nya. Ini
bukan hanya terjadi saat Yesus masih bayi tetapi saat dewasa pun masih tetap
mengalami ancaman. Yesus bereaksi terhadap ancaman Herodes dengan menyebutnya
srigala. Yesus juga melihat ke depan bahwa Ia akan menderita, wafat dan bangkit
pada hari ketiga di Yerusalem. Mengapa Yesus menderita? Satu alasan yang muncul
dalam perikop Injil hari ini adalah sebab Yerusalem keras hatinya. Inilah
perkataan Yesus tentang Yerusalem: “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh
nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu!
Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam
mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.
Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi Aku
berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu
berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" (Luk 13:34-35).
Pada hari terakhir bulan Misi dan
juga bulan Rosario ini, marilah kita memohon Bunda Maria sebagai Bunda Gereja
untuk tetap mendoakan Gereja kepada Yesus Puteranya supaya tetap menjadi lebih
dari pemenang. Apapun situasinya, penderitaan dan kemalangan, kebahagiaan dan
sukacita Gereja tetaplah lebih dari pemenang.
PJ-SDB