Hari Rabu, Pekan Biasa ke-IV
Peringatan Wajib St. Agatha
2Sam. 24:2,9-17
Mzm. 32:1-2,5,6,7
Mrk. 6:1-6
Lectio:
Pada suatu ketika tibalah kembali
Yesus ke tempat asal-Nya, sedang para murid mengikuti-Nya. Pada hari Sabat Ia
mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar
Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa
pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian
bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak
Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah
saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa
dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati
di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan
di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali
menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia
merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari
desa ke desa sambil mengajar.
Demikianlah Injil Tuhan kita
Terpujilah Kristus
Renungan:
Pernah kecewa!
Pada hari ini kita mengenang St.
Agatha. Beliau hidup di Sisilia pada abad ketiga. Ia bertumbuh sebagai seorang
gadis cantik, sehingga memikat hati para pria, termasuk Gubernur Romawi.
Gubernur Romawi ini menyuruh orang untuk membawa Agatha ke istana supaya
menjadi istri Gubernur, tetapi ia menolak dengan keras sebab ia sudah berjanji
untuk membaktikan diri bagi Tuhan. Untuk menguatkan hatinya di hadapan sang
Gubernur, Agatha berdoa begini: "Yesus Kristus, Tuhanku, Engkau melihat
hatiku dan Engkau mengetahui kerinduanku. Hanya Engkau saja yang boleh
memilikiku, oleh sebab aku sepenuhnya adalah milik-Mu. Selamatkanlah aku dari
orang jahat ini. Bantulah aku agar layak untuk menang atas kejahatan.” Agatha
tidak mengikuti perintah Gubernur sehingga ia mengalami kekerasan fisik dan
verbal. Ia ditangkap dan dikirim ke rumah seorang mucikari, namun Agatha tetap
menjaga dirinya. Ia sangat menjunjung tinggi kesucian tubuhnya.
Agatha digoda sedemikian rupa
namun ia tetap bertahan dan focus pada Tuhan Yesus. Ia sudah berjanji untuk
mempersembahkan dirinya secara total kepada Tuhan Yesus. Pada akhirnya Gubernur
menyuruh para algojo untuk mencambuk dan menganiaya tubuhnya yang kudus. Dalam
suasana menderita ia masih berdoa: “Tuhan Allah, Penciptaku, Engkau telah
melindungi aku sejak masa kecilku. Engkau telah menjauhkan aku dari cinta
duniawi dan memberiku ketabahan untuk menderita. Sekarang, terimalah jiwaku.”
Agatha wafat sebagai martir di Catania, Sisilia, pada tahun 250. Ia dihormati
sebagai pelindung para wanita penderita penyakit kanker payudara. Banyak doa
mohon penyembuhan yang terkabul dengan perantaraan martir suci ini.
Kisah hidup Santa Agatha ini
membuka wawasan kita untuk memahami bacaan Injil pada hari ini. Santa Agatha
rela menjadi martir karena ia tidak mau mengecewakan Tuhan Yesus. Ia sangat
mencintai-Nya dan berjanji untuk tetap bersama Yesus selamanya. Sang Gubernur
merasa kecewa berkali-kali karena cintanya ditolak oleh Agatha. Puncak
kekecewaannya adalah mencambuk dan membunuh Agatha. Di satu pihak Agatha
membaktikan dirinya kepada Tuhan tanpa merasa kecewa, di pihak Gubernur penuh
dengan kekecewaan dan menolak kehidupan Agatha.
Pada hari ini kita mendengar
sebuah kisah Injil yang menarik perhatian kita semua. Penginjil Markus
melaporkan bahwa Tuhan Yesus dan rombongan para murid-Nya meninggalkan daerah
sekitar Galilea dan mendaki ke Nazareth sebagai tempat asal Yesus. Mereka
menempuh perjalanan sekitar 30 km. Pada hari Sabat Ia seperti biasanya
mengikuti ibadat di dalam rumah ibadat bersama orang-orang lainnya. Pada
kesempatan ini, Ia menunjukkan diri bukan sebagai seorang tukang kayu melainkan
sebagai seoran Rabi. Ia mengajar di dalam rumah ibadat dan semua orang begitu
heran memandang-Nya.Ia juga memiliki murid-murid yang sebagian besarnya berasal
dari Galilea.
Tentu saja orang-orang Nazareth
merasa heran dengan Yesus. Mereka melihat Yesus dan memikirkan Yesus seperti
saat Ia masih tinggal di Nazareth. Yesus itu biasa-biasa saja dan sangat
mengherankan karena mendadak menjadi sosok yang luar biasa. Inilah
pertanyaan-pertanyaan yang meremehkan sosok Yesus dan merupakan ungkapan
kekecewaan banyak orang Nazareth kepada Yesus: "Dari mana diperoleh-Nya
semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat
yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini
tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah
saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" (Mrk 6:2-3).
Pertanyaan-pertanyaan ini ditutup dengan rasa kecewa dan menolak Yesus.
Tuhan Yesus memahami rasa kecewa
orang-orang sekampung halaman-Nya. Ia berkata: "Seorang nabi dihormati di
mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di
rumahnya." (Mrk 6:4). Tuhan Yesus tidak ikut-ikutan menunjukkan rasa
kecewa yang mendalam kepada orang-orang sekampung yang tidak menerima dan
mengakui-Nya. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka kepada-Nya. Ia tetap
semangat, berkeliling dari desa ke desa sambil mengajar. Hanya manusia yang
lupa diri dan kecewa serta menolak Tuhan di dalam hidupnya.
Ada dua hal penting yang menjadi
fokus permenungan kita. Pertama, perasaan kecewa kepada Tuhan dan menolak-Nya. Apakah
anda pernah merasa kecewa dan mau menolak Tuhan di dalam hidupmu?
Pikirkankanlah saat ada penderitaan dan kemalangan, saat ada duka dan cemas,
saat ada kegagalan dalam hidup. Biasanya Tuhan yang menjadi sasaran kemarahan
manusia, dan kata yang keluar dari mulut adalah: “Saya kecewa dengan Tuhan”.
Mari kita belajar untuk merasa malu di hadirat Tuhan sebab Ia tidak
mengecewakan kita. Kita selalu mengecewakan Tuhan sebagai orang berdosa, tetapi
Tuhan tidak pernah mengecewakan kita. Hanya kasih dan kebaikan yang ada pada
Tuhan. Pertanyaan lain untuk kita renungkan: Apakah anda pernah merasa kecewa
dengan sesamamu? Apa untungnya anda merasa kecewa dan mengecewakan orang lain?
Santu Petrus berkata: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya,sebab Ia yang
memelihara kamu” (1Ptr 5:7).
Kedua, berusaha untuk selalu
berbuat baik. Tuhan Yesus tidak membalas kejahatan manusia dengan memberi kutukan.
Ia membalas kejahatan dengan kasih. Dari Yesus kita belajar untuk mengasihi dan
membantu sesama kita. Kita mengasihi dengan kasih Tuhan Yesus. Kita memandang
sesama dengan mata Yesus yang penuh belas kasih. Hanya dengan demikian tidak
ada kebencian dan kekecewaan serta penolakan. Hanya kasih yang merajai dan
menguasai hidup manusia. Hidup kita ini hanya sementara saja. Hindarilah rasa
kecewa dan mengecewakan orang lain dengan berbuat baik. Orang mengenang kita
sepanjang masa karena kasih dan kebaikan yang kita bagikan kepada semua orang
dan kepada Tuhan sendiri.
Doa: Tuhan Yesus Kristus, kami
bersyukur karena Engkau mengajar kami supaya tetap melakukan kasih dan kebaikan
kepada semua orang. Bantulah kami untuk tetap mengasihi musuh-musuh dan berdoa
bagi mereka yang menganiaya kami secara fisik dan verbal. Bilamana kami ditolak,
kuatkanlah kami untuk tetap setia melayani seperti Engkau sendiri. Santa
Agatha, doakanlah kami untuk mengasihi Yesus seperti engkau sendiri. Amen.
P. John Laba, SDB
No comments:
Post a Comment