Ul 30:15-20
Mzm
1:1-2.3.4.5.6
Luk 9:22-25
Menyangkal diri, Memikul Salib!
Hari Kamis sesudah Rabu Abu. Kita semua tentu masih memiliki
ingatan segar tentang penerimaan abu. Abu dioleskan di dahi berbentuk Salib
atau ditaburkan di atas kepala sebagai tanda pertobatan yang boleh kita bangun
selama 40 hari sebelum merayakan Paskah. Abu menandakan bahwa kita ini orang berdosa dan akibat dari
dosa adalah kematian, kehancuran. Tetapi Tuhan masih tetap menunjukkan kasih
setiaNya kepada kita. Jadi meskipun berdosa Tuhan tetap mengasihi. Meskipun kita
lupa, tetapi Ia tidak akan melupakan kita. Ia sendiri berjanji: “Dapatkah seorang perempuan melupakan
bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia
melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau” (Yes 49:15). Ungkapan yang indah dari Yesaya bagi kita semua.
Penginjil Lukas hari ini mengisahkan Yesus yang menunjukkan
dua rute perjalanan bagi kita. Rute pertama adalah jalan yang Ia lalui sendiri yaitu
jalan Salib (via della croce). Jalan salib
adalah jalan yang penuh derita. Yesus mengalaminya sendiri. Setiap orang pasti tidak mau mengikuti jalan
seperti ini, hanya Yesus saja yang mau mengikutinya. Dan hanya orang yang
mengimaniNya secara radikal boleh dengan
sukacita mengikuti jalan Salib Yesus. Rute kedua adalah jalan kita sendiri
untuk mengikutiNya dari dekat. Ini boleh dikatakan Jalan kehidupan (via della vita). Kita melihat hidup
Yesus, meniruNya dan mengikutiNya hari demi hari. Hidup Yesus menjadi hidup
kita sendiri. Dengan menggabungkan jalan salib dan jalan kehidupan maka orang
beriman akan memiliki jalan keselamatan (via della salvezza). Tentu saja kembali kepada Yesus
sebagai satu-satunya Juru Selamat kita.
Sebagaimana disinggung di atas bahwa jalan Kristus adalah
jalan salib dan kematian tetapi juga jalan kemuliaan ketika Ia bangkit. Dalam
Bacaan Injil hari ini kita mendengar Yesus berkata,
“Anak manusia harus menderita banyak hal dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala lalu dibunuh,
tetapi dibangkitkan pada hari ketiga (Luk 9:22). Jalan Yesus adalah jalan
salib dan kematian tetapi menjadi mulia ketika Ia bangkit. Bagaimana dengan
kita? Rute yang harus kita ikuti adalah rute
yang sama dengan Yesus. Ia sendiri berkata: “Setiap
orang yang mau mengikut Aku, harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap
hari dan mengikuti Aku.” (Luk 9:23). Yesus memanggul salib sebagai ungkapan ketaatanNya kepada Bapa di Surga. Kita juga memikul Salib kita dan mengikuti
Yesus menuju kepada Bapa surga. Yesus adalah Jalan yang kita lewati. Jalan yang dilewati Yesus diringkas dengan tiga pengalaman Yesus: “menderita, wafat dan bangkit”. Ketiga
pengalaman Yesus menjadi nyata dalam hidup kita yakni: “Menyangkal diri, memikul
salib setiap hari dan mengikuti Yesus”. Menyangkal diri berarti berjuang
untuk melumpuhkan ingat diri yang menjadi akar dari segala dosa. Musuh yang paling
besar adalah diri kita sendiri. Oleh karena itu mengalahkan diri sendiri sama
dengan mengalahkan seluruh dunia. Orang yang selalu jatuh dalam dosa adalah
orang egois yang selalu berpikir bahwa dia tidak berdosa.
Belajar dari jalan-jalanNya Yesus, kita semua disadarkan
bahwa hidup ini adalah pilihan. Musa sebelum meninggal dunia di kaki gunung
Nebo, ia mengatakan kepada orang Israel untuk berani memilih. Pilihan pertama: kalau mereka menghendaki hidup berarti mereka
harus mengasihi Tuhan dan setia kepadaNya. Mereka dengan sendirinya akan
memperoleh kebaikan. Pilihan kedua: kalau mereka tetap mau hidup egois dengan
berpaling kepada allah–allah lain maka mereka akan mengalami kematian atau
kecelakaan.
Kita juga selalu mengalami pilihan-pilihan tertentu dalam
kehidupan ini. Banyak kali ada kecenderungan untuk melakukan perbuatan dosa dan
salah. Orang terlambat menyadarinya sebagai dosa setelah melakukannya. Banyak
kali orang memilih untuk melakukan hal terbaik demi kebahagiaan sesama tetapi
selalu ditantang untuk membuat perhitungan atau menceritakan perbuatan yang
sudah dilakukan. Hari ini kita diingatkan akan salib. Memikul salib berarti ada
kerelaan hati untuk menderita tetapi penderitaan itu bertujuan untuk
membahagiakan atau menyelamatkan orang lain.
Kita bersyukur kepada Tuhan karena Ia selalu menyadarkan kita
terutama dalam perjalanan untuk mengikutiNya. Apakah kita berani menyangkal
diri kita? Apakah kita berani memikul salib? Ingat kata-kata Yesus: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh
dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?”
Doa: Tuhan, sadarkan aku untuk menjadi pengikutMu yang setia.
Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment