Yesus
Kristus Sang Penebus Dunia
Apakah Yesus Kristus adalah
satu-satunya penyelamat manusia? Demikian pertanyaan dari seorang anak muda
kepadaku dalam talkshow iman katolik.
Pertanyaan ini kelihatan sederhana namun memiliki makna yang mendalam dalam
konteks hubungan setiap orang yang dibaptis dengan Yesus. Mengimani Yesus
berarti harus mengakui Dia sebagai Penyelamat dan Penebus. Tentu gagasan Yesus
sebagai Penyelamat dan Penebus ini erat terkait dengan dosa dan rahmat, iman
dan perbuatan. Namun di sini bukan tempat bagi saya untuk menganalisis secara
mendalam soteriologi tapi ini hanya
sebuah permenungan sederhana yang kiranya dapat membangkitkan semangat tobat
kita dalam masa prapaskah ini.
Untuk mengerti secara
sederhana Yesus sebagai Penyelamat dan Penebus baiklah pertama-tama kita
kembali kepada makna nama Yesus sendiri. Nama Yesus dalam bahasa Ibrani berarti
Allah yang menyelamatkan atau Allah yang membebaskan. Nama ini mengungkapkan
identitas dan misiNya sebagai Penyelamat dan Penebus umat manusia dari segala
dosanya (Mat 1:21). Dalam Kisah Para Rasul, Petrus berkata: “Tidak ada nama lain yang diberikan kepada
manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis 4:12). Dari nama Yesus
sendiri sudah menunjukkan bahwa Dia adalah satu-satunya Penyelamat dan Penebus bukan
salah satu Penyelamat dan Penebus manusia.
Pada suatu kesempatan, saya
dijemput oleh seorang ketua lingkungan untuk melayani sakramen perminyakan bagi
salah seorang umat yang sedang sakit keras. Setelah selesai melayaninya, ketua
lingkungan itu berbisik di telinga si sakit: “Sebutlah nama Yesus. Yesus...Yesus...Yesus. Hanya Yesus saja yang bisa
menyelamatkanmu. Hanya Yesus saja yang bisa menebusmu. Yesus...Yesus”.
Semua anggota keluarga dan saya menyanyikan perlahan-lahan dan berulang-ulang “Yesus...Yesus...Yesus”. Mukjizat pun
terjadi pada orang sakit itu. Ia kemudian mengalami kekuatan baru dan menjadi sembuh,
meskipun tiga bulan kemudian ia sakit lagi dan meninggal dunia. Ketika
merayakan Misa Requiem, saya mengatakan bahwa orang ini pasti masuk ke Surga
sebab Tuhan Yesus sendiri telah menyertainya selama tiga bulan. Tuhan Yesus
pasti menebusnya.
Katekismus
Gereja Katolik, mengajarkan bahawa Yesus Kristus adalah
Mesias yang benar. Dia telah dikuduskan oleh Allah, diurapi oleh Roh Kudus
untuk misi penebusan. Dialah Mesias yang dinanti-nantikan oleh Israel, diutus
ke dalam dunia oleh Bapa. Yesus menerima gelar Mesias tetapi dengan menjelaskan
makna istilah itu: “Turun dari surga” (Yoh 3:13), disalibkan kemudian
dibangkitkan, Dia adalah Hamba yang menderita “yang memberikan nyawanya sebagai
tebusan bagi banyak orang” (Mat 20:28). Singkatnya, Yesus adalah Kristus
menyatakan inti iman kristen: putra dari seorang tukang kayu yang sederhana
dari Nazaret adalah satu-satunya Mesias dan Juru Selamat yang yang telah di
nanti-nantikan (KGK 436-440 dan 453).
Saya teringat saat masuk
pertama kali di Gereja Santo Yohanes Bosco Sunter Jakarta Utara. Saya melihat
lukisan seekor ikan di tembok, belakang altar. Pada mulanya saya bingung dengan
lukisan itu tetapi kemudian saya ingat makna lukisan tersebut. Di dalam sejarah
gereja lukisan ikan merupakan tanda rahasia sebagai simbol pengakuan iman dalam
Kristus Yesus. Dalam bahasa Yunani, ikan disebut ICHTHYS dan kalau dieja setiap
huruf maka bunyi ejaannya adalah: Iesous Christos, Theou (dari Allah), hYios
(anak), soter (Penyelamat). Sekali lagi di sini mau mengatakan bahwa Yesus
Kristus adalah satu-satunya Penyelamat kita. Dialah Mesias, “Yang diurapi”
dengan Roh Kudus (Kis 10:38). Kita juga sebagai orang yang dibaptis, menyebut
diri sebagai orang-orang kristen karena Kristus, sebagai ungkapan panggilan yang
meluhurkan kita.
Dalam masa prapaskah ini
permenungan kita lebih banyak berfokus pada peran Yesus sebagai Penyelamat dan
Penebus. Kita menyapaNya sang Juru Selamat dan sang Penebus. Dia memberikan
Penebusan berlimpah kepada kita dengan menumpahkan darahNya yang mulia di atas
kayu salib. Pengurbanan diri Yesus yang di kenang lewat Sabda Tuhan yang kita
baca, lewat doa dan praktek-praktek kesalehan yang dilakukan seperti Jalan
Salib mengingatkan kita untuk masuk lebih dalam lagi dalam hidup bersama
Kristus.
Hidup Kristiani menjadi
semakin berarti ketika kita berusaha dari hari ke hari mengalami Yesus Kristus.
Kita tidak dapat berjalan sendiri atau mengandalkan diri sendiri karena Ia adalah
sumber dan pangkal kehidupan (Yoh 15:5). Untuk merasakan penebusanNya yang
berlimpah maka kita perlu bertobat. Apakah sebagai orang berdosa, kita berani
menatap mata Tuhan Yesus yang penuh cinta dan mengatakan dengan rendah hati
“Tuhan Yesus ampunilah aku dan jadilah penebusku saat ini?” Masa prapaskah merupakan
masa kita memandang Yesus yang “ditinggikan” untuk mendapatkan kasihNya.
Saya mengakhiri permenungan
ini dengan sebuah kisah inspiratif. Tonny de Mello, SJ dalam bukunya “Burung
Berkicau” menceritakan sebuah kisah ini: Dalam Injil terdapat kisah Petrus.
Pada waktu itu Petrus berkata: “Tidak,
aku tidak tahu apa yang kamu katakan.” Seketika itu juga, sementara ia
masih berkata-kata, berkokoklah ayam. Lalu berpalinglah Tuhan Yesus memandang
Petrus... dan Petrus keluar dan menangis tersedu-sedu.
Ini adalah pengalaman
Petrus. Bagaimana pengalaman rohani Tonny de Mello? Simaklah kesaksiannya: “Hubunganku
dengan Tuhan cukup baik. Aku biasa memohon sesuatu kepadaNya, berbicara
denganNya, memujiNya dan bersyukur kepadaNya. Tetapi sudah lama aku merasa
kurang enak. Sebab aku selalu merasa, Ia ingin aku memandang mataNya...Dan aku
tidak mau. Aku mau bicara tetapi, tetapi aku melihat ke arah lain kalau kurasa
Ia memandangku. Selalu aku berpaling ke arah lain. Dan aku tahu apa sebabnya.
Aku takut. Kusangka, di sana aku akan menghadapi tuduhan dosa yang belum
kusesali. Ku kira, di sana aku akan menghadapi suatu tuntutan: ada sesuatu,
yang diinginkanNya dariku. Akhirnya pada suatu hari kukumpulkan seluruh keberanianku
dan kupandang Dia! Tidak ada tuduhan. Tidak ada tuntutan. MataNya hanya
berkata, “Aku mencintaimu!” Lama aku memandang mata itu dengan tajam dan penuh perhatian. Salah satu pesan masih
tetap sama: “Aku mencintaimu”. Lalu aku keluar dan seperti Petrus, aku menangis”.
Mari kita kembali kepada
Yesus yang mencintai kita sampai tuntas (Yoh 13:1).
PJSDB
No comments:
Post a Comment