Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXIII
Kol 3:12-17
Mzm 150:1-6
Luk 6:27-38
Seratus persen
Katolik!
Banyak di antara kita yang sudah
biasa mendengar perkataan Mgr. Soegijopranoto yakni menjadi ‘Orang Katolik 100%
dan orang indonesia 100%’. Menjadi orang katolik 100% berarti kita menunjukkan
jati diri kita sebagai orang katolik yang sudah dibaptis, setia dalam melakukan
tugas dan kewajiban sebagai warga gereja. Jadi, seorang warga Negara Indonesia
yang beragama Katolik, oleh karena imannya kepada Tuhan Yesus Kristus, terlibat
aktif dalam mewujudkan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan masyarakat dan
bangsa Indonesia, khususnya mereka yang kecil lemah miskin, tersingkir dan
difabel (Bdk GS 1, Mat 25: 40). Gereja sebagai umat Allah, haruslah menjadi
pelopor kebaikan dan kasih kepada Tuhan dan sesama manusia. Santu Paulus dan
Tuhan Yesus membantu kita melalui bacaan-bacaan liturgi hari ini untuk
bertumbuh sebagai pribadi yang serratus persen katolik dan serratus persen
Indonesia.
Sosok pertama adalah santu
Paulus. Dalam bacaan pertama, beliau mengingatkan jemaat di Kolose untuk
menyadari panggilan luhur mereka. Ia memberikan keyakinan kepada jemaat di
Kolose bahwa mereka adalah pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi Allah.
Tentu saja ini nuansa optimisme yang diberikan Paulus kepada Gereja di Kolose
dan kita semua yang membaca dan merenungkannya saat ini. Paulus selanjutnya
berharap supaya kita semua mengenakan belas kasihan, kemurahan dan kerendahana
hati, kelemahlembutan dan kesabaran dan saling mengampuni. Dari semua kebajikan
yang ada, Paulus berharap supaya kita mengenakan cinta kasih sebagai tali
pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
Marilah kita merenungkan
perkataan Paulus ini. Kita semua membutuhkan kesadaran yang jernih bahwa kita
juga merupakan pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya. Sebagai pilihan
Allah maka kita berusaha untuk menghayati kebajikan-kebajikan dari Allah sendiri
seperti memiliki hati yang berbelas kasih kepada sesama, murah hati, rendah hati,
lemah lembut, sabar dan suka mengampuni. Semua ini ada di dalam diri Yesus
sendiri. Dia tidak hanya mengatakan tetapi lebih dari itu menunjukkannya di
dalam hidup yang nyata. Misalnya, kita selalu berdoa: “Yesus yang lemah lembut
dan rendah hati, jadikanlah hati kamik seperti hati-Mu”. Saya membayangkan
bahwa semua kebajikan ini kalau dihayati dengan baik oleh Gereja maka kita
semua benar-benar Kristen, artinya Kristus kecil yang sedang hidup dan berjalan
di tengah dunia saat ini. Sebaliknya kita harus merasa malu, ketika mengakui
diri sebagai orang katolik, mengikuti Yesus Kristus namun hidup jauh dari kehidupan
Tuhan Yesus sendiri.
Tuhan Yesus sendiri menurut
Paulus, telah memanggil dan membentuk kita untuk menjadi satu tubuh dengan-Nya.
Proses pembentukan ini terjadi sebab ada damai Kristus, sabda dan kekayaannya melingkupi
hidup kita. Maka sebagai tugas dan panggilan Gereja sebagai umat Allah adalah
menyanyikan Mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani, untuk mengucap syukur
kepada Tuhan Allah di dalam hati kita. Di samping itu hendaknya kita juga sadar
diri bahwa apa yang kita ucapkan dan lakukan dalam hidup itu demi nama Tuhan
Yesus Kristus bukan demi diri kita sendiri. Kita ingat istilah ini: CHRISTIAN,
apabila kita membuat penggalan kata akan menjadi CHRIST-IAN. Kita dapat
mengatakan: CHRIST, I Am Nothing! Tuhan Yesus adalah segalanya bagi kita.
Sosok kedua adalah Tuhan Yesus
Kristus. Pengajaranan-Nya dari Injil hari ini, benar-benar mengubah arah hidup
kita secara radikal. Bagi saya, menjadi pengikut Kristus yang radikal memang
harus demikian, karena Tuhan Yesus sendiri melakukannya di dalam hidup pribadi-Nya.
Apa yang Tuhan Yesus ajarkan kepada kita pada hari ini? Pertama, mengasihi
musuh. Kedua, selalu berbuat baik kepada orang yang membenci kita. Ketiga,
memohon berkat bagi orang-orang yang mengutuk kita. Keempat, mendoakan
orang-orang yang mencaci maki kita. Kelima, berpasrah dan melepaskan. Keenam,
selalu bermurah hati. Ketujuh, jangan menghukum sesama lain. Ketujuh ajaran ini
benar-benar mengorientasikan kita untuk menjadi pengikut Kristus sejati.
Pada hari ini kita berani
bermimpi dan berharap untuk menjadi seratus persen katolik, serratus persen
Indonesia. Kita menjadi seratus persen katolik ketika kita mampu melakukan
dalam hidup yang nyata semua pengajaran Yesus dan wejangan santu Paulus di
atas. Memang tidaklah mudah, namun kita perlu melakukannya sampai tuntas
melalui kesaksian hidup kita. Kita dapat menjadi seratus persen Indonesia kalau
benar-benar melakukan perbuatan amal kasih kepada orang-orang kecil di negeri
ini.
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment