Hari Selasa, Pekan II Paskah
Kis. 4:32-37
Mzm. 93:1ab,1c-2,5
Yoh. 3:7-15
Hidup kekal milik
kita
Paus Fransiskus memberikan sebuah
homili yang menarik perhatian seluruh Gereja di Kapel Santa Marta, kemarin 20
April 2020. Ia mengatakan: “Untuk menjadi orang Kristen sejati, tidak hanya dengan
menghayati kesepuluh perintah Allah dan selesai, namun kita harus selalu bersiap
sedia untuk dilahirkan kembali dan berusaha untuk mematuhi Roh yang tinggal di
dalam diri kita, Dia yang membimbing kita kemana-mana sesuai dengan kehendak-Nya.
Ini merupakan kemerdekaan dalam Roh. Semoga Tuhan membantu kita untuk patuh
kepada Roh.” Pesan rohani Bapa Suci ini membuka mata dan hati kita supaya tetap
berkomitmen untuk berada dekat dengan Tuhan. Kita dibaptis saja belum cukup.
Kita mengikuti misa, berdevosi, berziarah, aktif di kelompok kategorial saja
belum cukup. Kita harus membuka diri untuk dilahirkan kembali dalam air dan
roh. Hanya dengan demikian kita dapat melihat Kerajaan Allah.
Pada hari ini kita mendengar
kisah lanjutan pertemuan tertutup antara Nikodemus si orang Farisi dan pemimpin
agama Yahudi bersama Yesus Kristus orang Nazaret. Suasana pertemuan ini memang
penuh persaudaraan namun sedikit membingungkan Nikodemus. Ia tak segan-segan
mengakui Yesus sebagai Rabi utusan Allah, pembuat mukjizat dan bahwa Allah
menyertai-Nya. Selanjutnya, Yesus memandangnya dengan penuh kasih dan mengingatkannya
untuk dilahirkan kembali dalam air dan roh. Perkataan Yesus ini mengherankan
Nikodemus karena ia tidak mengerti dengan baik maksud Yesus tentang dilahirkan
kembali dalam air dan Roh. Sebab itu Yesus sekali lagi mengingatkannya: “Janganlah
engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin
bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu
dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap
orang yang lahir dari Roh." (Yoh 3:7-8).
Nikodemus menunjukkan dirinya
sebagai manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ia dalam suasana
keheranan bertanya kepada Yesus tentang kemungkinan untuk dilahirkan kembali.
Nah, ini menjadi kesempatan bagi Yesus untuk menyentuh titik-titik kelemahan
Nikodemus. Tuhan Yesus berkata: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau
tidak mengerti hal-hal itu?” (Yoh 3:10). Nikodemus terbangun dari tidur imannya
ketika mendengar perkataan Yesus ini. Maka Tuhan Yesus lalu membuka pikirannya
untuk mengerti lebih dalam lagi perutusan-Nya di dunia ini. Tuhan Yesus lalu memperkenalkan
jati diri-Nya sebagai Putera Allah yang bersatu dengan Bapa dan Roh Kudus.
Sebab itu Ia berkata: “Sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami
ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak
menerima kesaksian kami.” (Yoh 3: 11). Yesus tidak berkata-kata dari diri-Nya
tetapi berbicara dalam nama Bapa dalam Roh Kudus, sehingga Ia menggunakan kata
kami. Sayan sekali karena kesaksian Allah Tritunggal sendiri tidak dipercaya oleh
manusia.
Tuhan Yesus lalu mewahyukan diri-Nya
sebagai Anak Allah. Dia berkata: “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke
sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.”
(Yoh 3: 13). Perkataan Yesus ini menjadi nyata ketika Dia disalibkan. Kita pun
selalu mendoakan doa ini: “Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus
dunia.” In Cruce Salus, pada salib ada keselamatan. Yesus ditinggikan di salib
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal. Dan sekarang kitab
oleh berbangga sebab hidup kekal menjadi milik kita.
Para Rasul yang menjadi saksi
kebangkitan Kristus mewartakan Kristus dengan sukacita. Pewartaan mereka
memiliki dampak yang besar bagi penduduk yang menghuni kota Yerusalem. Mereka
mendengar dan percaya kepada Yesus Kristus, bahkan jumlah mereka bertambah
banyak. Para Rasul menyadari pertambahan ini sehingga mereka mulai berusaha
untuk menata pola hidup bersama di antara mereka. Oleh karena mereka semua percaya
kepada Kristus yang satu dan sama maka ikatan persatuan di antara mereka juga
bertambah. Tidak ada lagi perbedaan yang memisahkan tetapi perbedaan yang
mempersatukan. Hal ini mereka tunjukkan dalam semangat sehati dan sejiwa.
Ciri khas semangat sehati dan
sejiwa atau cor unum et anima una adalah ‘tidak seorangpun yang berkata, bahwa
sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah
kepunyaan mereka bersama’ (Kis 4:32). Para rasul mempersatukan komunitas Gereja
perdana sehingga mereka semua hidup dalam kasih karunia yang berkelimpahan.
Sebab itu tidak ada seorang pun yang merasa berkekurangan, mereka merasa
berkelimpahan karena saling berbagi satu sama lain. Tidak ada klaim milik pribadi
tetapi menjadi milik bersama dalam suasana penuh persaudaraan. Semangat Gereja
perdana ini menjadi kekuatan bagi kita semua untuk tetap bersatu sebagai
saudara.
Apa yang Tuhan kehendaki bagi
kita pada hari ini? Pertama, Nikodemus adalah kita. Karena jasa Yesus Kristus
maka kita adalah pemenang dan penakluk bangsa-bangsa. Karena itu kita perlu
mencari Tuhan, menjumpainya lewat doa-doa kita, merendahakan hati kita dan siap
untuk dibimbing oleh Yesus. Nikodemus menginspirasikan kita untuk serupa
dengannya dalam mencari dan menemukan Yesus dalam hidup yang nyata. Kedua, Kita
belajar dari sosok Yesus yang menyadari tugas perutusan-Nya. Ia datang ke dunia
bukan atas nama-Nya sendiri tetapi atas nama Allah Tritunggal Mahakudus. Kita
harus berusaha untuk melupakan diri dan memperhatikan orang lain. Ketiga, Kita
belajar untuk membaharui diri dengan memandang salib Kristus. In Cruce Salus!
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment