Hari Sabtu Pekan V Paskah
Kis. 16:1-10
Mzm. 100:1-2,3,5
Yoh. 15:18-21
Masih ada rasa
benci!
Ketika masih menjadi mahasiswa di
Yerusalem, saya dan teman-teman lain memiliki kebiasaan untuk mengunjungi kota
Yerusalem lama, sambil berdoa rosario di Calvari atau tempat lain yang
memungkikan untuk berdoa di sana. Sebagai mahasiswa teologi, kami juga
menggunakan atribut-atribut tertentu seperti menggunakan salib, pegang rosario
dan atribut lainnya. Pada suatu hari Minggu sore, saya bersama beberapa teman
berjalan-jalan menuju ke Yerusalam lama melalui gerbang Jaffa. Kami berpapasan
dengan beberapa orang Yahudi yang sering disebut golongan ultra ortodoks.
Ketika melihat teman yang menggunakan salib, orang itu membuang ludahnya.
Pengalaman ini tidak terlupakan. Kami terus melanjutkan perjalanan menuju ke
gereja Makam Suci untuk berdoa rosario sambil merenung perkataan Santu Paulus: “Kami
memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan,
dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan.” (1Kor 1:23). Kami
menangkap reaksi orang ultra ortodoks Yahudi ketika melihat salib sebagai batu
sandungan dan membuang ludahnya, meskipun bukan ke arah kami. Kisah ini mau mengatakan
bahwa rasa benci kepada orang-orang lain itu tetap beranak turun-temurun. Saya
teringat pada perkataan Nelson Mandela ini: “Tak ada orang yang terlahir untuk
membenci orang lain karena warna kulitnya, latar belakangnya, atau agamanya.
Orang harus belajar untuk membenci. Jika bisa belajar untuk membenci, maka
mereka bisa diajar untuk mengasihi karena kasih lebih alamiah bagi hati manusia
ketimbang sebaliknya.”
Pada hari ini kita mendengar
kelanjutan kisah Yesus dalam perjamuan malam terakhir. Ia mengatakan: "Jikalau
dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari
pada kamu.” (Yoh 15:18). Ada saja orang yang secara pribadi atau berkelompok
membenci Yesus dan Gereja-Nya. Ini memang bukan hal yang baru karena Tuhan Yesus
sendiri mengatakannya dalam malam perjamuan terakhir. Perkataan ini menjadi
nyata ketika Ia mengalami penderitaan, hingga wafat di atas kayu salib.
Perkataan Yesus menjadi nyata juga sepanjang sejarah Gereja, dengan adanya
begitu banyak martir, yang mencuci pakaian mereka dengan darah Anak Domba.
Perkataan Yesus ini tetap menjadi nyata ketika para pengikut-Nya kesulitan dan
dipersulit untuk membangun Gereja, beribadat dan mendapatkan bantuan sosial. Ketika
kita mengalami seperti ini, kita tidak perlu berkecil hati sebab Tuhan Yesus
sendiri sudah lebih dahulu mengalaminya. Dunia tetap akan membenci Yesus dan
para pengikut-Nya.
Tuhan Yesus menguatkan para
murid-Nya dengan mengatakan bahwa dunia akan tetap membenci mereka sebab para
murid-Nya bukan berasal dari dunia. Tuhan Yesus sendirilah yang memilih para
murid-Nya dari dunia untuk memiliki martabat baru sebagai anak-anak Allah.
Mereka mengalami penebusan yang berlimpah. Semua ini melalui jalan penderitaan
yang dialami Yesus sendiri. Yesus berkata: “Seorang hamba tidaklah lebih tinggi
dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan
menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan
menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu
karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.” (Yoh
15:20-21). Dunia membenci Yesus, berarti dunia juga membenci Gereja-Nya.
Apa yang mau Tuhan Yesus katakan kepada kita?
Kita memiliki komitmen untuk
menjadi pengikut Kristus. Sakramen Pembaptisan telah membuka jalan bagi kita
untuk menjadi kudus. Maka semakin kita mengasihi Yesus, berusaha untuk tinggal
dan mengalami kasih-Nya, maka penderitaan akan tetap berada di depan mata kita.
Ada rasa benci yang mendalam bukan hanya kepada Yesus tetapi kepada kita sebagai
Gereja saat ini. Penganiayaan bagi Gereja masih terjadi di mana-mana. Rasa
benci terhadap Yesus terjadi karena orang-orang tidak mengenal Allah Bapa yang
mengutus Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal.
Gereja sebagai umat Allah tetap
mengalami kebencian. Berkaitan dengan ini Yesus mengatakan: “Sekiranya kamu
dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu
bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah
dunia membenci kamu.” (Yoh 15:19). Perkataan Yesus ini mengisyaratkan kepada
kita supaya dalam hal apapun, kita tetap setia kepada Yesus. Penderitaan dan
kemalangan itu kecil. Covid-19 itu kecil sebab kita memiliki Allah yang
Maharahim. Ia tidak akan meninggalkan kita sebagai anak-anak-Nya. Kita adalah
milik Kristus (2Kor 10:7) dan lebih dari pemenang.
St. Paulus berkata: “Siapakah
yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau
penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti
ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang
hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan. Tetapi dalam semuanya
itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi
kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat,
maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu
makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rom 8: 35-39). Kita lebih dari pemenang dan Tuhan
tetap akan melindungi kita dari rasa benci yang mendalam.
St. Paulus dan rekan-rekannya berkeliling
dan berbuat baik di tanah misi. Mereka juga mengalami kebencian di tempat-tempat
di mana mereka bermisi. Hanya karena cinta kasih mereka kepada Tuhan Yesus maka
mereka setia, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, seperti Yesus sendiri
yang tidak memiliki tempat untuk meletakan kepala-Nya. Kali ini Paulus ditemani
Silas mengalami gerakan-gerakan roh Yesus untuk bermisi. Orang Makedonia saja
berseru: "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!" (Kis 16:9).
Paulus dan Silas setia mewartakan Injil sampai tuntas. Ada kebencian tentu saja
ada, tetapi kasih kepada Kristus mengalahkan segala-galanya.
Apakah anda juga masih membenci
Tuhan dan sesamamu? Mengapa?
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment