Hari Selasa, Pekan ke-VI Paskah
Kis. 16:22-34
Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8
Yoh. 16:5-11
Merindukan
Penghibur
Saya pernah mengunjungi sebuah rumah
yang hanya dihuni oleh sepasang suami istri yang sudah memasuki masa senja.
Ketika tiba di rumah itu rasanya begitu sepi, seperti tak ada penghuni. Ternyata
mereka berdua sedang duduk-duduk di taman belakang sambil memperhatikan
tanaman-tanaman hijau. Mereka kaget dengan kedatangan saya. Saya mengatakan bahwa
kedatangan saya hanya merupakan sebuah kunjungan biasa, karena sudah cukup lama
saya tidak melihat mereka berdua pergi ke Gereja. Mereka lalu menceritakan
banyak hal tentang pengalaman saling merawat di usia senja. Ada dua hal yang
membuat saya terpesona dengan sharing pasutri ini, pertama, mereka mengakui
bahwa semakin usia bertambah cinta kasih di antara mereka semakin kuat. Kedua,
mereka selalu merindukan anak-anak dan cucu-cucu sebagai penghibur di kala
mereka kesepian. Bagi saya, pengalaman pasutri ini sangat meneguhkan
keluarga-keluarga tertentu, yang semakin lama ikatan cinta kasih mereka semakin
longgar, cinta kasihnya terasa makin hambar ‘tidak seperti doeloe lagi’.
Pengalaman pasutri ini juga mengingatkan tentang kerinduan supaya keluarga tetap
bersatu dan bertumbuh dalam kebahagiaan.
Kita mendengar kelanjutan kisah Yesus
dan para murid-Nya dalam malam perjamuan terakhir. Tuhan Yesus memberikan
amanat-Nya kepada mereka, dan di harapkan mereka dapat memahami dan melakukannya.
Yesus mengulangi lagi perkataan-Nya bahwa Dia pergi kepada Bapa yang sudah
mengutus-Nya ke dunia untuk menyelamatkannya. Tentu saja para murid merasa
kehilangan, berduka cita. Kepergian Yesus kepada Bapa memang sangat berguna
supaya sang Penghibur yang diminta Yesus kepada Bapa dapat segera diutus dalam
nama-Nya sebagai Putera Allah. Kalau saja Yesus tidak pergi maka Penghibur juga
tidak akan datang kepada kita.
Apakah peran dari sang Penghibur?
Sang Penghibur atau Paracletos atau Roh Kebenaran datang untuk mengajar dan
mengingatkan manusia akan segala sesuatu yang sudah diajarkan dan di lakukan
Yesus. Sang Penghibur memberi kesaksian tentang Yesus sang Putra, dengan
demikian kita juga kita yang didampingi dan tinggal bersama Penghibur memiliki
tanggung jawab untuk bersaksi.Gereja sepanjang zaman melakukan tugas
perutusannya untuk bersaksi tentang Yesus Kristus dengan kuasa Roh Kudus, sang
Penghibur sejati. Pada hari ini kita mendengar peran lain dari Penghibur yakni
menginsyafkan dunia akan tiga hal berikut ini:
Pertama, Penghibur menginsyafkan
dunia akan dosa. Dosa itu tindakan melawan kasih Allah. Salah satunya adalah ada
rasa tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Orang-orang yang mendengar Yesus dan
melihat tanda-tanda heran pada saat itu masih tidak percaya kepada-Nya.
Orang-orang masa kini yang sudah tidak melihat Yesus dengan matanya sendiri hidup
di dalam dosa. Orang-orang yang terbiasa hidup dalam dosa akan lupa diri bahwa
dia orang berdosa. Maka kita butuh Roh Kebenaran untuk menginsyafkan kita bahwa
kita orang berdosa dan perlu bertobat. Apakah anda merasa diri sebagai orang
berdosa? Apakah anda mendekatkan diri pada sakramen tobat?
Kedua, Penghibur akan menginsafkan
dunia akan Kebenaran. Tuhan Yesus adalah Kebenaran. Ia mengakui diri sebagai Jalan,
Kebenaran dan Hidup. Tuhan Yesus sebagai Kebenaran yang memerdekakan kita dari
dosa dan kematian. Tuhan Yesus adalah Kebenaran sejati yang kembali kepada Bapa
dan dunia tidak melihat-Nya lagi. Yesus adalah Allah dari Allah maka Dia
kembali kepada Allah sendiri.
Ketiga, Penghibur menginsyafkan
dunia tentang penghakiman. Kita semua percaya bahwa Yesus akan datang untuk
mengadili orang yang hidup dan mati. Dia
akan mengadili kita bukan berdasarkan berapa gudang dosa yang sudah kita
lakukan. Ia mengadili kita berdasarkan kasih kepada Tuhan dan sesama manusia.
Dia adalah kasih dan mengadili dengan kasih. Kita mengenal tujuh perbuatan
kerahiman yang akan Tuhan pakai untuk mengadili kita pada hari Penghakiman
yaitu memberi makan kepada orang yang lapar, memberi minum kepada orang yang dahaga,
memberi pakaian kepada mereka yang tidak memilikinya, memberi tumpangan kepada
orang asing atau tuna wisma, mengunjungi orang-orang sakit, mengunjungi orang
di dalam penjara dan menguburkan orang mati. Semua pekerjaan kerahiman jasmani ini
kita lakukan bagi Yesus di dalam diri sesame yang seperti ini.
St. Yohanes Paulus II dalam
Ensiklik Dominum et Vivificantem no. 24, mengatakan: “Tidak ada pengutusan Roh
Kudus (setelah dosa asal) tanpa salib dan kebangkitan: “Sebab jika Aku tidak
pergi, Penghibur tidak akan datang kepadamu; sebaliknya jikalau Aku pergi, Aku
akan mengutus Dia kepadamu.” (Yoh 16:7). Tuhan tetap bekerja dan membaharui
hidup kita melalui Roh Kudus. Untuk itu kita perlu selalu bersyukur atas kasih
dan kebaikan Allah.
Apa yang harus kita lakukan?
Tuhan Yesus mengatakan tentang
perpisahan dengan para murid-Nya, namun tanggung jawab untuk melanjutkan pekerjaan-pekerjaan
Yesus harus tetap dilakukan. Para rasul menjadi misionaris ke mana-mana untuk
mewartakan Injil. St. Paulus dan Silas, adalah model misionaris sejati. Mereka
mengalami banyak penganiayaan dan dipenjarakan tetapi mereka tetap tabah dan
kuat untuk menjalani semangat misionernya. Buah dari ketabahan mereka ini
adalah pertobatan bagi banyak orang. Hal terpenting adalah percaya kepada
Yesus. Maka ketika membaptis keluarga kepala penjara di Filipi, Paulus dan
Silas mengatakan: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan
selamat, engkau dan seisi rumahmu." (Kis 16:31). Kita perlu menata diri
untuk bertumbuh dalam iman kepada Kristus. Kita percaya bahwa Yesus adalah
satu-satunya Penyelamat kita. Apakah kita masih percaya kepada Tuhan? Apakah
kita merindukan Tuhan di dalam hidup kita?
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment