Hari Rabu, Pekan Biasa XIV
Kej 41: 55-57.42: 5-7a.17-24a
Mzm 33: 2-3.10-11.18-19
Mat 10:1-7
Shemot, Inilah Nama-Nama
Kalau kita
coba browsing di internet dengan
menulis kalimat: “Inilah nama-nama” maka akan muncul tampilan nama-nama orang
baik dan jahat, secara pribadi atau kelompok. Tetapi yang kiranya lebih menarik
perhatian kita adalah deretan nama-nama artis yang mau mencalonkan dirinya
sebagai legislatif (bacaleg) untuk pemilu legislatif 2014 mendatang. Sejak
pemilu legislatif yang lalu sudah ada artis-artis yang menjadi legislatif pusat
dan daerah. Untuk tahun 2014 lebih banyak lagi yang mau mencalonkan dirinya. Banyak
di antara mereka sudah menjadi calon sementara dengan mengikuti verifikasi ke
calon tetap yang akan diumumkan pada tanggal 25 Agustus 2013 mendatang. Sebut
saja nama-nama seperti Anang dan Ashanti, Melly Manuhutu, Ridho Roma, Charles
Bonar Sirait, Tia AFI dan lain sebagainya. Banyak orang masih mempertanyakan,
apakah hadirnya para artis dan public figure
lainnya dapat meningkatkan elektabilitas pada setiap partai politik yang
mengayomi mereka. Tentu prinsip umum selalu berlaku yakni banyak yang
mencalonkan diri tetapi sedikit yang dipilih. Banyak juga yang akan stress
karena tidak terpilih.
Tuhan Yesus juga
memiliki banyak murid. Dari banyak murid yang berbondong-bondong mengikutiNya,
Ia akhirnya hanya memilih dua belas pria sejati. Penginjil Matius melaporkan
nama-nama mereka seperti di dalam Kitab Keluaran: “Inilah nama-nama” (shemot, Kel 1:1) kedua belas rasul
Yesus: Simon yang disebut Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes, Filipus,
Bartolomeus, Tomas, Matius, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot dan
Yudas Iskariot. Kedua belas orang
terpilih yang kiranya mewakili 12 suku Israel ini bukanlah orang yang sempurna.
Petrus menyangkal Yesus tiga kali. Yakobus dan Yohanes memiliki ambisi yang
kuat sehingga ibu mereka memohon untuk bisa duduk di sisi kiri dan kanan
Yesus.Tomas dikenal karena ia kurang percaya.Simon orang zelot adalah pengikut
gerakan bawah tanah yang berharap bahwa Yesus akan menjadi raja sehingga dapat
mengusir orang-orang Romawi. Yudas Iskariot, satu-satunya yang berasal dari
Yudea terpilih menjadi bendahara dan mengkhianati Yesus.
Yesus
mengetahui semua kelemahan dan kelebihan mereka, tetapi Ia memilih sesuai
dengan kehendakNya. Mereka yang tidak sempurna hendak disempurnakanNya.
Bagaimana menyempurnakan mereka? Ia memberi mereka kuasa untuk melanjutkan
karya keselamatan yang sudah dimulaiNya. Kuasa macam apa yang diberikan Yesus?
Kuasa untuk mengusir roh-roh jahat, dan melenyapkan segala penyakit serta
segala kelamahan yang selalu dialami oleh manusia. Kuasa yang diberikan Yesus
bertujuan mulia yakni kedua belas pria sejati ini menjadi utusan Tuhan. Siapakah yang menjadi sasaran perutusan dari para
utusan Tuhan ini? Yesus dengan jelas berkata: “Janganlah kalian menyimpang ke jalan bangsa-bangsa lain, atau masuk ke
dalam kota Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat
Israel.” Domba-domba yang hilang adalah opsi fundamental para rasul. Mereka
ini miskin, menderita, pendosa, sakit dan dipandang hina dalam masyarakat social.
Apa yang hendak mereka wartakan? Mereka hendak mewartakan bahwa Kerajaan Allah
sudah dekat.
Kita semua
memiliki panggilan hidup yang sama yakni menjadi utusan Tuhan karena pembaptisan.
Ketika dibaptis, satu hal yang menjadi bagian penting adalah nama baptis. Para
pelayan pembaptisan akan menyebut nama-nama calon baptisan baru, kemudian
pastor sambil membaptis juga menyebut nama baptis, dan membaptis dalam nama
Tritunggal Mahakudus. Nama itu mencerminkan totalitas hidup dan kepribadian
manusia. Menyebut nama diri mencerminkan seluruh hidup diri pribadi yang
bersangkutan. Maka hari ini kita semua diingatkan bahwa bukan hanya nama-nama
para rasul yang diutus Yesus, tetapi nama kita semua juga masuk dalam deretan
pewarta Kerajaan Allah karena rahmat Pembaptisan. Kita semua yang dibaptis
memiliki panggilan menjadi Rasul Kristus. Kita meneruskan karya bakti Yesus
Kristus di dalam dunia. Kita meneguhkan kehidupan saudara-saudari kita. Ini
sungguh menjadi sebuah panggilan dan perutusan yang luhur untuk melayani
domba-domba yang tersesat dalam dunia modern. Lihatlah orang-orang miskin dan
papa, orang sakit, kaum pendosa dan yang dipandang hina dalam masyarakat. Mari
kita menyadari panggilan dan perutusan Tuhan ini, kita menjadi utusan yang
istimewa selamanya.
Tugas para rasul adalah sebagai utusan Tuhan bagi domba-domba Israel yang tersesat. Perkataan Yesus ini kiranya sejalan dengan bacaan pertama. Yusuf putra Yakub atau putra Israel dijual oleh saudara-saudaranya kepada para pedagang ke Mesir. Di sana ia menjadi Bupati yang berhasil. Ketika tiba bahaya kelaparan, saudara-saudaranya pergi ke Mesir untuk membeli makanan. Ternyata mereka berjumpa dengan saudara yang sudah dijual. Dan saudara ini memberi makanan kepada mereka. Tuhan memiliki rencana yang luhur untuk mempersatukan Yusuf dan saudara-saudaranya melalui bahaya kelaparan. Cinta kasih Allah sungguh ada di dalam diri Yusuf sehingga dapat melegahkan hidup saudara-saudaranya yang kelaparan.
Kisah hidup Yusuf ini sejalan dengan dengan Pemazmur yang mengatakan: "Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru" (Mzm 118:22). Yusuf menjadi batu penjuru yang mempersatukan saudara-saudaranya. Ia tidak membalas dendam kepada saudara-saudaranya. Ia hanya menangis kemudian kembali kepada mereka. Air mata itu dapat menjadi tanda pengampunan yang tiada batasnya kepada saudara yang sudah bersalah. Yusuf menantang kita untuk berani mengampuni saudara-saudari kita yang bersalah, menjual nama baik kita kepada orang lain. Apakah kita berani melupakan semua dosa dan salah yang sudah dibuat kepada kita atau kita tetap menyimpan dendam sampai ajal menjemput? Mengampuni akan berhasil kalau kita berani melupakan masa lalu. Perdonare e dimenticare!
Tugas para rasul adalah sebagai utusan Tuhan bagi domba-domba Israel yang tersesat. Perkataan Yesus ini kiranya sejalan dengan bacaan pertama. Yusuf putra Yakub atau putra Israel dijual oleh saudara-saudaranya kepada para pedagang ke Mesir. Di sana ia menjadi Bupati yang berhasil. Ketika tiba bahaya kelaparan, saudara-saudaranya pergi ke Mesir untuk membeli makanan. Ternyata mereka berjumpa dengan saudara yang sudah dijual. Dan saudara ini memberi makanan kepada mereka. Tuhan memiliki rencana yang luhur untuk mempersatukan Yusuf dan saudara-saudaranya melalui bahaya kelaparan. Cinta kasih Allah sungguh ada di dalam diri Yusuf sehingga dapat melegahkan hidup saudara-saudaranya yang kelaparan.
Kisah hidup Yusuf ini sejalan dengan dengan Pemazmur yang mengatakan: "Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru" (Mzm 118:22). Yusuf menjadi batu penjuru yang mempersatukan saudara-saudaranya. Ia tidak membalas dendam kepada saudara-saudaranya. Ia hanya menangis kemudian kembali kepada mereka. Air mata itu dapat menjadi tanda pengampunan yang tiada batasnya kepada saudara yang sudah bersalah. Yusuf menantang kita untuk berani mengampuni saudara-saudari kita yang bersalah, menjual nama baik kita kepada orang lain. Apakah kita berani melupakan semua dosa dan salah yang sudah dibuat kepada kita atau kita tetap menyimpan dendam sampai ajal menjemput? Mengampuni akan berhasil kalau kita berani melupakan masa lalu. Perdonare e dimenticare!
Doa: Tuhan,
Bapa di dalam Surga, kami bersyukur karena nama kami juga dipanggil dalam
diriMu sebagai Allah Tritunggal, Tuhan kami pada saat dibaptis. Bantulah kami
untuk melakukan tugas pelayanan kami hari ini dengan baik sebagai
pelayan-pelayan kasihMu, mewartakan KerajaanMu yang agung. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment