Hari Kamis,
Pekan Biasa XV
Kel 3:13-20
Mzm 103:
1-2.3-4.6-7
Mat 11:28-30
Tuhan selalu setia pada
janjiNya
Ada seorang ibu yang pernah berbicara dengan saya tentang
putranya yang sedang bertumbuh menjadi remaja. Ibu ini mengeluh karena anaknya
perlahan-lahan berubah. Sebelumnya ia seorang penurut tetapi sekarang ia selalu
mempertanyakan segala sesuatu, dalam arti selalu bertanya mengapa, untuk apa
dan bagaimana kalau dimintai bantuannya. Sebagai orang tua dia maunya anak
melakukan saja apa yang diperintahkan. Saya mengatakan kepadanya bahwa dunia
sedang berubah, anak-anak juga berubah. Anak-anak memang patut bertanya supaya
mereka dapat bekerja dan melayani dengan baik. Oleh karena itu mereka juga
harus didengar oleh orang tua. Ibu itu kemudian mengatakan bahwa ia akan coba
mendengar anaknya. Pada kesempatan yang lain, ibu itu mengatakan kepadaku bahwa
ia sudah berusaha mengerti anaknya dan ternyata relasi mereka menjadi baik.
Memang kunci utama untuk membangun relasi yang baik adalah selalu
berkomunikasi, berdialog, saling mendengar.
Pada hari ini kita berjumpa dengan figur Musa sebagai utusan
Tuhan. Ada dialog antara Musa dengan Tuhan Allah, seperti dialog antara seorang
anak dengan ayahnya. Musa masih terpesona di depan belukar menyala, tanpa
terbakar, sambil mendengar suara dari dalamnya. Lebih lagi ketika dari dalam
belukar keluar suara yang mengatakan bahwa bangsa Israel akan datang ke Horeb
dan beribadah kepadaNya sebagai Tuhan Allah. Laksana seorang anak, Musa
bertanya: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada
mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya
kepadaku: bagaimana tentang namaNya?, apa yang harus kujawab dengan mereka?”
(Kel 3:13). Pertanyaan Musa memang masuk akal karena ia akan berbicara dengan
manusia yang lain. Sudah pasti orang Israel akan mempertanyakannya baik nama
maupun kredibilitas Musa dalam hubungan dengan kuasa menjadi pemimpin. Tuhan
memberikan namaNya: “AKU ADALAH AKU’. Sekali lagi Ia berkata: “Beginilah kau
katakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu” (Kel
3:14).
Tuhan mewahyukan namaNya yang unik, “AKU ADALAH AKU” kalau
ditulis יהוה dan ditransliterasi menjadi YHWH.
Orang-orang Yahudi tidak membacanya seperti kita Yahwe tetapi ELOHIM. Maka
Tuhan (אֲדֹנָי: Adonai) Allah (יהוה: YHWH disebut Elohim). Ia mengajar
Musa strategi untuk memimpin Israel dan menaklukan Firaun. Musa diajarkan dan
diutus YHWH untuk mengatakan namaNya sebagai Tuhan Allah nenek moyang mereka
yakni Abraham, Ishak, dan Yakub kepada semua orang Israel. Tuhan berjanji bahwa
Ia mencintai mereka dan hendak membawa mereka keluar dari tanah Mesir menuju ke
negeri yang berlimpah susu dan madunya yakni negeri orang Kanaan, orang Het,
orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. Setelah mengatakan janji
Tuhan ini kepada orang-orang Israel, Musa juga diminta untuk menghadap Firaun
bersama para tua-tua Israel. Mereka harus berani bersaksi bahwa Tuhan Allah
nenek moyang mereka meminta untuk pergi ke padang gurun supaya menyembahNya.
Memang hal ini merupakan suatu perutusan yang sulit bagi Musa tetapi dengan
penyertaan Tuhan, ia akan berhasil.
Pengalaman Musa merupakan sebuah pengalaman yang luhur dan
tetap aktual bagi kita semua. Musa sedang berhadapan dengan tiga pribadi dan ia
harus menunjukkan dirinya sebagai leader. Pertama, Musa berhadapan dengan Tuhan
Allah yang mewahyukan diriNya dalam belukar yang menyala. Ia harus melepaskan
sepatu, simbol hidup lamanya yang enak karena dipelihara oleh putri Firaun
supaya bisa ikut menderita dan membebaskan saudara-saudaranya dari perbudakan
Mesir. Musa memiliki misi yakni membawa nama Yahwe untuk memperkenalkannya
kepada orang Israel dan Firaun, dan dengan kuasa Yahwe, ia boleh memimpin orang
Israel keluar dari tanah Mesir. Kedua, Musa
berhadapan dengan bani Israel. Bani Israel perlahan-lahan lupa akan
Allah nenek moyang mereka bahkan namanya saja mereka tidak mengetahuinya.
Melalui Musa Tuhan mewahyukan namaNya sebagai Yahwe. Masalah yang dihadapi Musa
adalah bagaimana meyakinkan mereka akan nama Yahwe dan kuasa yang diterimanya.
Ketiga, Musa dengan Firaun. Musa sendiri dibentuk di dalam istana tetapi kini
ia harus melawan rezim yang keras untuk membebaskan saudara-saudaranya. Musa
bahkan bisa dibunuh karena membela hak-hak hidup bani Israel.
Satu hal yang tetap menarik perhatian kita adalah kehadiran
Tuhan dan janji-janjiNya. Ia berjanji untuk menyertai Musa dan memberi kuasa
ilahiNya kepada Musa untuk menghadapi bani Israel dan Firaun. Janji Tuhan ini
sungguh-sungguh terlaksana. Dia tidak pernah ingkar janji kepada hambaNya Musa
dan bani Israel. Tuhan juga senantiasa hadir dan menyertai seluruh kehidupan
kita. Kita masing-masing memiliki persoalan yang mungkin mirip dengan Musa. Ada
perjuangan tertentu, penderitaan dan kadang membuat kita berpikir bahwa Tuhan
sudah melupakan kita. Berapa kali kita mengadili Tuhan dan lupa bahwa ternyata
Tuhan mahabaik dan tetap setia pada janji-janjiNya.
Penginjil Matius, hari ini mengisahkan Yesus yang berkata
kepada para muridNya: “Marilah kepadaKu kalian yang letih lesu dan berbeban
berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. Sebuah ajakan yang sangat bagus:
“Marilah kepadaKu”. Tuhan ternyata tidak pernah mengajak orang-orang yang
baik-baik saja. Ia mengajak semua orang bahkan orang yang letih lesu dan
berbeban berat. Orang yang letih lesu dan berbeban berat adalah mereka yang
terlalu ditekan oleh hukum Taurat yang ditafsirkan secara manusiawi oleh
orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Mereka mengikat beban dan memberikan
beban itu kepada orang lain, sedangkan mereka sendiri tidak memikulnya. Itulah
kemunafikan kaum Farisi dan para ahli Taurat. Orang-orang yang letih dan lesu
juga mewakili kaum papa, miskin, pendosa. Mereka ini adalah opsi pelayanan
Yesus. Keselamatan diberikan dan menjadi nyata di dalam diri mereka.
Yesus melanjutkan: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah
padaKu, karena Aku ini lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat
ketenangan”. Yesus tidak hanya mengundang untuk datang saja kepadaNya, Ia juga
mengajar mereka dengan hidupNya yang lemah lembut dan rendah hati. Dua
kebajikan yakni lemah lembut dan rendah hati (praüs kái tapeinós) menjadi
kebajikan luhur yang patut diikuti oleh setiap orang. Seseorang dikatakan hebat
bukan karena proyek besar yang dilakukan dan berhasil tetapi karena ia lemah
lembut dan rendah hati. Tuhan Yesus berjanji untuk memberi kelegaan dan itu
dapat diakses dari kebajikan-kebajikan dan nasihat-nasihat InjilNya.
Sabda Tuhan pada hari ini sangat indah karena cocok dengan
pengalaman hidup kita setiap hari. Pikirkanlah dalam sehari kita mengalami
pergumulan hidup tertentu di dalam keluarga dan tempat kerja. Kita memang butuh
sikap matiraga dan penyangkalan diri seperti Musa. Setiap waktu kehidupan, kita
juga selalu diajak oleh Tuhan untuk datang kepadaNya dan merasakan penyertaan
serta kasihNya yang tiada batasnya. Ia berjanji untuk menyertai kita semua. Ia juga mengundang kita untuk datang dan belajar dari padaNya supaya hidup kita penuh dengan
kebaikan, kelembutan hati dan juga menjadi pribadi yang rendah hati. Apakah
kita mampu menjadi serupa dengan Yesus Tuhan dan penebus kita?
Doa: Tuhan Yesus Kristus, bantulah kami untuk menjadi pribadi
yang lemah lembut dan rendah hati. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment