Engkau sangat berharga!
Pada suatu siang di bulan Juni tahun 1998 saya berada di stasiun kereta api kota Milano. Saya menunggu kereta api yang akan mengantar saya ke kota Bologna di Italia tengah. Saya memperhatikan banyak orang yang menunggu kereta api ke semua jurusan, semua dari suku, Bahasa dan Bangsa yang berbeda-beda. Hal menarik yang saya masih ingat adalah pertemuan antara seorang pria Italia dengan seorang wanita Afrika. Mungkin mereka sudah pernah bertemu dan saya mendengar pria Italia itu mengatakan: “Tu sei belissima” (anda begitu cantik), sambil memeluk dan mencium wanita Afrika itu. Saya duduk sambal tersenyum melihat pemandangan itu. Wanita berkulit gelap, berambut kribo itu mendapat kepercayaan diri yang tinggi karena dinilai begitu cantik oleh seorang pria ganteng dan berkulit putih. Kecantikan dan kegantingan atau tampilan fisik memang relatif untuk setiap orang. Tapi satu hal yang penting di sini, setiap orang itu bernilai, mempunyai harga diri.
Banyak kali kita menilai orang berdasarkan tampilan fisik semata. Masing-masing orang memiliki kriterianya tersendiri tentang siapa yang berkenan di hatinya. Tuhan sendiri melihat hati manusia, sedangkan manusia selalu melihat tampilan fisik atau tampilan luarnya (1Sam 16:7). Kita semua memiliki kebiasaan yang selalu menilai buku dari sampulnya semata. Akibatnya tanpa disadari kita memiliki bawaan yakni sikap antipati dan stereotip terhadap orang atau kelompok tertentu. Padahal sebenarnya kita tidak memiliki hak atau kuasa apapun untuk berpikir negatif terhadap siapapun. Setiap orang itu bernilai, mahal karena miliki martabat.
Kesadaraan untuk menghargai sesama manusia yang bermartabat ini berdasar pada pandangan Kitab Suci bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan rupa Allah sendiri. Anda adalah pribadi yang sempurna karena Tuhan menyempurnakanmu bukan saya, dia dan mereka menyempurnakanmu. Maka mindset kita harus berubah di hadapan sesama. Kita semua itu bernilai sehingga Tuhan mengasihi kita sempurna adanya. Tuhan Yesus saja mengungkapkannya begini: “Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.” (Mat 10:29-31). Betapa kita jauh lebih berharga dari pada burung pipit. Rambut kepala saja terhitung semua meski orang itu boli (botak licin) atau agus (agak gundul sedikit).
Tuhan begitu menghargai martabat manusia, mengapa kita sulit menghargai martabat manusia? Mengapa kita selalu membedakan manusia berdasarkan klasifikasi suku, agama, ras dan antar golongan? Mengapa bendera agama menjadi factor pemisah bukan pemersatu? Padahal bunga itu indah bukan karena hanya ada satu jenis bunga di taman, tetapi berjenis-jenis bunga di taman. Mari kita belajar menghargai nilai hidup manusia.
Tuhan memberkatimu,
P. John Laba, SDB
No comments:
Post a Comment