Takut menderita
“Romo saya takut untuk menderita, lebih baik saya mati satu kali untuk selamanya!” Ini adalah sebuah perkataan terakhir yang saya dengar langsung dari seorang kenalan sore tadi. Dia barusan divonis oleh dokter bahwa ia mengalami sebuah penyakit yang mengancam nyawanya. Dia sangat pesimis sebab ia memilih lebih baik mati satu kali untuk selamanya. Saya mulanya memilih diam, tanpa satu kata pun yang keluar dari mulutku. Memang dia bukan orang pertama yang pesimis dengan hidupnya tetapi setelah cukup lama tidak mendengar, akhirnya sore ini saya mendengarnya lagi.
Malam ini saya mengingat kembali kenalan itu dan mendoakannya di saat pesimis masih menguasainya. Saya berdoa semua Tuhan boleh mengulurkan tangan untuk memulihkannya dari penyakit yang mengancam nyawanya, meskipun saya juga menyerahkan semuanya kepada Tuhan dan kuasa-Nya. Tuhan yang mencipta, Tuhan yang memiliki rencana untuk memberi hidup abadi kepada orang yang dikasihi-Nya.
Saya mengingat Khalil Gibran. Ia pernah berkata: “Orang-orang optimis melihat bunga mawar, bukan durinya. Orang-orang pesimis terpaku pada duri dan melupakan mawarnya.” Perkataan ini super logis. Ketika menderita atau mengalami suatu masalah kehidupan, orang memilih untuk tinggal di dalam penderitaannya dan lupa bahwa masih ada jalan yang terbuka untuk kebaikan. Tuhan selalu menjadi solusi atas segala masalah kehidupan kita asalkan kita sungguh-sungguh percaya kepada-Nya. Bukankah Tuhan kita jauh lebih agung dari pada masalah kehidupan, sakit penyakit dan aneka kegagalan dalam hidup ini? Mengapa kita hanya berhenti pada sikap memandang duri dari pada memandang bunga mawar?
Kita lebih dari pemenang! St. Paulus memberi aura optimisme bagi setiap orang yang mengimani Yesus Kristus. Ia berkata: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan" Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:35-39). Kata-kata Paulus ini sangat bermakna dan membangkitkan optimisme Kristiani yang dahsyat. Jangan takut menderita karena kita lebih dari pemenang!
Saya mengakhiri refleksi di akhir hari ini dengan mengutip Paulo Coelho. Ia pernah berkata: “Katakan pada hatimu, rasa takut akan penderitaan justru lebih menyiksa daripada penderitaan itu sendiri, dan tak ada hati yang menderita saat mengejar impian-impiannya, sebab setiap detik pencarian itu bisa diibaratkan pertemuan dengan Tuhan dan keabadian.”
P.John Laba, SDB
No comments:
Post a Comment