Berbahagialah Dia Yang Telah Percaya
Sangat romantis kalau kita menyimak
perikop Kidung Agung ini: “Bangunlah, Manisku!
Jelitaku, marilah! Lihatlah musim dingin telah lewat, hujan telah berhenti dan
sudah berlalu. Di ladang telah nampak bunga-bunga... Perlihatkanlah wajahmu,
perdengarkanlah suaramu! Sebab suaramu sungguh merdu dan jelita nian parasmu.”
Bahasa-bahasa romantis mengisyaratkan dua insan yang sedang mabuk asmara atau
sedang jatuh cinta. Mungkin pikiran banyak orang tertuju pada dua pribadi
manusia yang saling mencintai tetapi sebenarnya perikop ini menggambarkan
hubungan mesra antara Yahve dengan Israel sebagai umat kesayanganNya. Dalam
terang Perjanjian Baru, perikop ini menggambarkan relasi intim antara Yesus
dengan Gereja yang didiriakanNya. Relasi antara
Yesus yang berinkarnasi atau sebagai “Sabda yang menjadi Daging” dan masing-masing manusia yang dicariNya untuk
diselamatkan.
Relasi intim antara Allah dan manusia dirasakan oleh Bunda Maria setelah menerima Kabar Sukacita dari Malaikat Gabriel. Maria tidak tinggal diam tetapi membawa “Sabda yang menjadi Daging” ke rumah Elisabeth saudaranya. Perjumpaan penuh akrab antara Maria dan Elisabeth membawa sukacita besar bagi bayi dalam kandungan Elisabeth yaitu Yohanes Pembaptis dan Yesus dalam kandungan BundaMaria. Sukacita besar Yohanes karena Ia digerakan oleh Roh Kudus untuk menyambut Yesus sang Putera. Elisabeth ibunya pun penuh dengan Roh Kudus sehingga menyapa Maria sebagai “Ibu Tuhanku” dan mengakui Maria: “Sungguh berbahagialah dia yang telah percaya, sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana”.
Sabda Tuhan menyapa kita untuk
memahami misteri kasih Allah bagi umat manusia. Maria adalah wanita pertama
yang memahami misteri kasih Allah dalam hidupnya. Hebatnya Maria adalah ia tidak
tinggal diam atau merasa memiliki Yesus seorang diri tetapi membawanya dengan
sukacita kepada saudaranya Elisabeth. Elisabeth dan Yohanes adalah dua pribadi
yang merasakan sukacita dari Misteri kasih Allah ini. Misteri kasih terungkap
dalam pelayanan tanpa pamrih seperti yang dilakukan Maria di rumah Elisabeth selama tiga bulan.
Pengikut Kristus yang hebat
adalah dia yang mampu membawa Kristus kepada sesama dalam wujud perbuatan kasih
dan semangat melayani seperti Bunda Maria. Maria rela melupakan kehormatannya
sebagai ibu Tuhan untuk melayani karena dia seorang abdi yang siap melakukan
kehendak Tuhan. Bagaimana dengan saya dan anda? Bunda Maria doakanlah kami
untuk melayani lebih sungguh. Amen.
PJSDB
No comments:
Post a Comment