Mi 6:1-4.6-8
Mzm 50:5-6.8-9.16-17. 21.23
Mat 12:38-42
Yesus lebih dari
Yunus dan Salomo!
Ada seorang romo yang bertubuh
mungil. Penampilannya tidak meyakinkan orang bahwa dia seorang romo. Ketika
diundang untuk merayakan misa di sebuah sekolah, seorang siswa kelas 4SD merasa
iba dengan romo itu karena ia berpikir romonya tidak mampu mengangkat kotak
persembahannya besar. Anak-anak lain malah lebih sinis, mereka berpikir bahwa
romo itu mungkin tidak mampu membuat misa yang menarik. Tetapi ketika mulai
merayakan Ekaristi, semua anak terkagum-kagum. Semua anak bersemangat dan
menikmati misanya dengan meriah. Manusia selalu melihat dengan cepat keadaan
fisik dan meragukan kemampuan sesamanya.
Para ahli Taurat dan kaum Farisi
melihat dan mengalami segala sesuatu yang dikerjakan Yesus. PengajaranNya
dilakukan dengan baik dan membuat semua orang takjub kepadaNya. Namun
ketakjuban ini bukanlah jaminan untuk menjadi percaya kepadaNya. Mereka belum
percaya. Mereka datang kepada Yesus dan berkata, “Guru kami ingin
melihat suatu tanda dariMu”. Yesus tidak memberi satu tanda tetapi hanya
mengingatkan mereka akan pengalaman Yunus dalam perut ikan dan Salomo yang
bijaksana. Yunus dipanggil Tuhan untuk mempertobatkan orang-orang Ninive, dia
berusaha menolak kehendak Tuhan sehingga harus mengorbankan dirinya masuk dalam
perut ikan selama 3 hari dan 3 malam (Yun 3:1-10). Orang-orang Ninive bertobat
setelah menerima seruan tobat Yunus. Yesus mengatakan bahwa diriNya sebagai
Anak Manusia juga akan mengalami pengalaman Yunus ini, bedanya Yunus berada di
dalam perut ikan sedangkan Anak manusia di dalam perut bumi. Yunus masih di
dalam perut makhluk hidup, Anak manusia berada di dalam dunia orang mati. Yunus
keluar dari perut ikan, Anak Manusia bangkit dengan mulia.
Yesus juga mengambil contoh
Salomo yang dikenal dikalangan bangsa Israel sebagai orang yang paling
bijaksana. Kebijaksanaannya adalah anugerah istimewa dari Tuhan yang ia minta
untuk memperjuangkan kebaikan Umat Allah. Banyak orang termasuk Ratu dari
Selatan mencari Salomo di Yerusalem untuk menikmati kebijaksanaannya. Ini wujud
ketakjuban manusiawi kepada Salomo, meski Salomo akhirnya menyalahgunakan
kebijaksanaan sebagai anugerah Tuhan. Orang juga mencari Yesus untuk mengalami
mukjizat sebagai mukjizat bukan motivasi luhur untuk bersatu dengan Tuhan. Oleh
karena itu Yesus dengan tegas memberi predikat “angkatan yang jahat” kepada
para ahli Taurat dan kaum Farisi. Mereka seharusnya menyadari bahwa Yesus
melebihi Yunus dan lebih bijaksana dari Salomo.
Para nabi juga mengalami hal yang
sama dengan Yesus. Selalu saja ada tuntutan-tuntutan tertentu baik ditujukkan
kepada nabi atau kepada Tuhan. Dengan tuntutan-tuntutan tertentu maka Mikha
menggambarkan sebuah model pengadilan Allah bagi umatNya. Umat Allah memang
dikasihi apa adanya, namun mereka tidak setia kepada Yahwe. Kehancuran adalah
hal yang seharusnya mereka rasakan. Dengan demikian Mikha dengan berani
menasihati umat Allah untuk meniadakan korban persembahan karena yang
terpenting adalah kebajikan-kebajikan. Tuhan berfirman, “Hai manusia
telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari
padamu: selain berlaku adil, mencintai, kesetiaan dan hidup rendah hati di
hadapan Allahmu.” Kebajikan-kebajikan ini yang paling penting bagi
manusia untuk hidup layak di hadirat Tuhan.
Sabda Tuhan hari ini membantu
kita untuk mengimani Allah dengan sepenuh hati. Kita sedang menikmati segala
ciptaan dan anugerah-anugerah yang diberikanNya kepada kita, mengapa masih
meminta tanda atau bukti-bukti lain lagi? Para ahli Taurat dan kaum Farisi
melihat dan mengalami karya-karya Yesus tetapi mereka tidak percaya dan meminta
tanda. Singkatnya, mereka tidak bertobat. Kita pun seringkali mengalami hal
yang sama, merasakan kebesaran Tuhan tetapi tidak bersyukur, malah menjadi
serakah, dan tidak percaya kepadaNya. Bertobatlah, baharuilah hidupmu.
Sabda Tuhan menyadarkan kita
untuk menghayati kebajikan-kebajikan kristiani. Kita hanya akan menjadi hebat
ketika dalam hidup setiap hari menjadi pribadi yang tidak banyak menuntut,
mempraktekkan keadilan cinta kasih dan kerahiman. Semua kebajikan dari Tuhan
ini membantu kita untuk bertumbuh sebagai anak-anak Allah. Kita boleh
berefleksi: sejauh mana anda dan saya mempraktekkan kebajikan-kebajikan ini?
Pada akhirnya kita diarahkan
untuk memfokuskan diri kita pada Yesus. Mari kita memandang Yesus karena Dia
"lebih dari" Yunus dan Salomo. Yesus adalah segalanya maka kita pun
mengasihiNya "lebih" dari segala sesuatu yang lain. Siapakah Yesus di
dalam hidupmu? Apakah Yesus selalu "lebih dari" atau selalu
"kurang dari" segala sesuatu yang lain?
Doa: Tuhan, pertobatkanlah hati
kami yang keras. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment