Yer 13:1-11
Mzm (Ul) 32:18-21
Mat 13:31-35
Jadilah seperti biji sesawi dan ragi!
Pada suatu kesempatan saya
mengikuti upacara adat pernikahan di kampung halamanku. Sebagai pastor saya
juga diminta mengenakan sarung adat dan duduk bersama para orang tua, baik dari
pihak perempuan (calon isteri) maupun laki-laki (calon suami). Masing-masing
pihak memiliki juru bicara yang dianggap bijaksana karena mengerti “bahasa
adat”. Mereka menggunakan pantun tertentu dalam kiasan-kiasan dan
perumpamaan-perumpamaan. Saya tidak banyak mengerti semua yang juru bicaranya
ungkapkan, hanya pada akhirnya saya melihat kedua pihak saling tukar menukar
benda adat. Setelah itu mereka saling tepuk tangan diiringi nyanyian berupa
pantun tertentu lagi.
Tuhan Yesus ketika menjelaskan
tentang Kerajaan Sorga selalu menggunakan perumpamaan-perumpamaan tertentu
sehingga dapat membantu para muridNya mengerti dengan baik. Oleh karena daerah
Israel dari dulu terkenal dengan sistem pertanian yang baik maka Yesus pun
menggunakan perumpamaan seputar kehidupan agraris atau kehidupan sebagai
nelayan di danau Galilea. Misalnya Ia menggunakan contoh benih, biji-bijian dan
pukat. Hal-hal ini sangat akrab dengan kehidupan para muridNya. Masalahnya
adalah para murid memahami semua perumpamaan ini secara harafiah dan sempit
sehingga Yesus harus menerangkannya lagi.
Pada hari ini Yesus mengumpamakan
Kerajaan Sorga serupa dengan biji sesawi yang ditaburkan orang di atas sebuah
lahan. Bagi Yesus, biji sesawi itu memang kecil, tetapi ketika bertumbuh akan
menjadi besar melebihi sayuran lainnya bahkan menjadi pohon sehingga
burung-burung dapat bersarang di atas cabang-cabangnya. Yesus juga
mengumpamakan Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang wanita dan
diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai seluruhnya beragi. Ragi
memang sedikit tetapi membuat adonan menjadi besar.
Biji sesawi dan ragi memang kecil
dan terkadang kurang diperhatikan atau diabaikan tetapi ternyata memiliki daya
yang besar. Biji sesawi dapat menjadi pohon, ragi menjadi adonan besar. Ada
daya dari dalam biji sesawi dan ragi yang sifatnya mengubah kehidupan. Ini
adalah optimisme Yesus tentang Kerajaan Sorga yang Ia wartakan. Dari sedikit
orang yang mendengar pewartaanNya tetapi Ia optimis bahwa pewartaanNya itu akan
mencapai seluruh dunia dan selama-lamanya. Para pewarta mengalami perubahan
dari dalam dirinya dan dengan demikian mereka akan mengubah sesamanya menjadi
baru. Ini semua tidak terlepas dari janjiNya untuk menyertai para utusan hingga
akhir zaman.
Hidup kristiani akan bermakna
ketika setiap pribadi yang dibaptis bertumbuh dalam iman. Seperti biji sesawi
yang kecil bertumbuh menjadi besar, demikian benih-benih iman yang ditaburkan
Tuhan di dalam hidup setiap pribadi melalui orang tua dan para pembina
diharapkan dapat bertumbuh menjadi dewasa. Kadang-kadang orang boleh mengakui
dirinya sebagai orang katolik “dari orok” atau mengakui bahwa nenek moyangnya
sudah katolik “dari doeloe” tetapi imannya kerdil. Imannya dari kecil seperti
biji sesawi lalu kerdil saat bertumbuh. Biji sesawi harus mendapat lahan yang
subur bukan lahan yang mengerdilkan. Demikian juga ragi. Ragi itu sedikit,
kelihatan tidak berdaya tetapi ketika diaduk merata bersama tepung terigu, ia
membuat adonan itu menjadi besar. Hidup kristiani harus seperti ragi yang
menyusup dalam adonan sehingga adonan menjadi besar. Ada roh yang berasal dari
dalam diri setiap pribadi yang bekerja diam-diam tetapi memiliki kuasa untuk
mengubah hidup banyak orang.
Apa yang harus kita lakukan?
Supaya biji sesawi dapat tumbuh subur dan ragi dapat menyusup masuk dan
mempengaruhi dari dalam maka kita perlu bertobat. Nabi Yeremia dalam bacaan
pertama memberi gambaran nyata hidup manusia yang rapuh di hadirat Tuhan. Ibarat
ikat pinggang lenan yang disembunyikan dicela-cela bukit batu dekat sungai
Efrat dan menjadi lapuk demikian banyak orang yang mengaku sebagai orang
beriman tetapi rapuh di dalam hidup imannya. Selalu saja ada kesombongan dalam
diri manusia sehingga tidak mendengar Sabda Tuhan, hatinya degil dan suka
menyembah berhala. Namun demikian Tuhan tetap memiliki rencana keselamatan bagi
umatNya yang berdosa. Nah, agar orang-orang seperti ini menjadi sadar diri dan bertobat maka Tuhan menjadikan mereka
seperti ikat pinggang yang melekat pada pinggangNya “supaya mereka itu menjadi
umat yang ternama, terpuji dan terhormat bagiKu”.
Nabi Yeremia mau mengatakan
kebesaran Tuhan yang memiliki inisiatif untuk menarik mereka datang dan bersatu
denganNya sebagai satu-satunya Allah yang benar. Laksana ikat pinggang yang
menyatu dengan pemakainya, demikian umat Allah yang berdosa sekali pun
“ditarik” oleh Allah untuk bersatu denganNya. Sungguh luar biasa Allah kita
yang tidak memperhitungkan dosa-dosa tetapi memperhatikan iman kita. Iman
sebagai anugerah cuma-cuma dari Tuhan maka tugas kita adalah menumbuhkannya,
mematangkannya hari demi hari.
Sabda Tuhan hari ini sangat kaya
dengan makna. Kita berusaha untuk bertumbuh dalam iman laksana biji sesawi,
biji yang kecil menjadi besar. Iman kita kepada Tuhan jangan tetap menjadi iman
seorang anak balita tetapi harus bertumbuh sejalan dengan usia kita. Semakin
tua semakin menjadi dalam iman. Iman yang matang itu ditandai dengan kematangan
dalam tingkah laku yang mencerminkan kematangan hidup rohani. Nah di sinilah
peran ragi yang membuat adonan mengembang menjadi besar dari dalam adonan itu
sendiri. Kematangan hidup iman, hidup rohani itu gerakan roh dari dalam diri
setiap orang. Ini juga yang boleh disebut kharisma dalam diri setiap orang.
Kita juga bersyukur kepada Tuhan
karena Ia selalu punya rencana untuk menyelamatkan dan membaharui hidup kita.
KuasaNya laksana ikat pinggang yang menarik dan mengikat erat setiap pribadi
untuk bersatu denganNya. Dengan demikian manusia yang berdosa akan menjadi
ciptaan baru yang ternama, terpuji dan terhormat. Inilah martabat sebagai
anak-anak Allah di dalam Yesus Kristus. Di dalam Kerajaan Sorga, orang-orang
yang bertobat dan yang memiliki martabat sebagai anak-anak Allah adalah
penghuninya.
Doa: Tuhan, terima kasih atas
kasih dan pengampunanMu. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment