Mzm 130: 1-2.3-4.5-6a.6b.7-8
1Kor
15:20-24a.25-28
Yoh 6:37-40
Kematian itu indah, Bagaimana menghadapinya?
St. Fransiskus dari Asisi pernah
menghibur umat beriman untuk tidak takut menghadapi kematian. Bagi Fransiskus,
kematian adalah saudara yang kapan saja dapat datang dan menjemput setiap
pribadi. Maka setiap pribadi diharapkan selalu siap menyambut saudara maut atau saudara kematian. Santo
Alfonsus Maria de Liguori, orang Kudus kelahiran Napoli, Italia, 27 September
1696, pernah menulis sebuah buku berjudul “Persiapan Kematian yang baik” pada
tahun 1758. Di usia senjanya ini, Alfonsus menulis buku yang bagus setelah
lebih dari tiga puluh tahun berkotbah dan memberi retret. Buku Persiapan
kematian ini mau membantu seluruh umat beriman untuk mempersiapkan diri dengan
baik dalam menghadapi kematiannya. Almahrum Pater Moses Beding CSsR menyadur
buku karya St. Alfonsus ini dengan judul yang menarik, “Kematian itu indah,
bagaimana menghadapinya?”
Di dalam buku ini diuraikan
banyak hal dan ada satu hal yang menarik yaitu bagaimana mempersiapkan
kematian. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan setiap pribadi yakni:
Pertama, janganlah menunggu sampai saat terakhir. Kematian adalah
sebuah kepastian maka setiap orang harus menyadari bahwa mereka akan
melewatinya. Untuk itu persiapan diri dalam menyambut kematian itu perlu dan
harus dimiliki setiap orang sehingga nantinya ia dapat berjumpa dengan kematian
yang membahagiakan. Kematian yang membahagiakan dapat dialami oleh orang yang
membenci dosa-dosanya dan mencintai Allah sendiri.
Kedua, periksalah batinmu dan bereskanlah hidupmu. Setiap orang diingatkan untuk mempersiapkan
kematiannya dengan memeriksa batin dan melakukan pertobatan. Orang perlu membuang jauh-jauh dari hatinya semua
afeksi yang jahat dan perasaan-perasaan marah serta dengki kepada sesama. Usaha
menjauhkan diri dari perbuatan salah dan dosa. Itu sebabnya sakramen ekaristi
dan tobat menjadi bagian yang penting dalam mempersiapkan kematian.
Ketiga, setiap orang diharapkan menghindari dirinya dari cinta
duniawi. Setiap orang hendaknya merasa memiliki keinginan untuk menghadapi
ajal. Penulis Kitab Wahyu menulis, “Berbahagialah orang mati, yang mati dalam Tuhan” (Why 14:13). St. Ambrosius berkata, “Mereka
yang mematikan cinta duniawi selama hidupnya akan mati dalam keadaan yang baik”
Kematian yang bahagia menurut St. Agustinus adalah usaha mengatur hal-hal
duniawi selama hidup dan menjauhkan semua kekayaan dan harta duniawi, paling
kurang tidak menginginkannya. Sikap batin yang penting di sini adalah merasa
bahwa setiap hari adalah hari terakhir dalam hidup.
Pada hari ini kita merayakan
peringatan arwah semua orang beriman. Mereka adalah jiwa-jwa yang masih berada di api penyucian. Mereka
menunggu saat dimurnikan oleh Tuhan dengan dukungan doa dari kita semua yang
masih berziarah di bumi ini dan mereka yang sudah mengalami sukacita penuh di
surga. Siapa yang istimewa didoakan hari ini? Mereka adalah saudara-saudari,
keluarga dan sahabat kenalan. Meskipun sudah meninggal dunia tetapi relasi kita
dengan Tuhan tidak terputus. Cinta kasih di antara kita dapat melampaui
batas-batas maut. Tuhan Allah adalah kasih yang mempersatukan baik orang hidup
maupun orang mati.
Kematian itu indah dalam hal apa?
Dalam prefasi arwah didoakan kalimat-kalimat berikut ini: “Kristus telah menumbuhkan harapan kokoh akan kebangkitan mulia sehingga kita yang
takut akan maut yang tak terelakkan itu sungguh-sungguh dihibur oleh hidup abadi
yang telah dijanjikan Tuhan. Kematian adalah perubahan hidup bukan hidup
dilenyapkan dan bahwa kediaman abadi
tersedia bagi kita semua di surga bila pengembaraan di dunia ini akan berakhir.”
Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini
mengajak kita untuk menerima kematian sebagai bagian dari hidup kita. Bacaan
pertama dari Kitab kedua Makabe mengajak kita untuk setia memikirkan dan
mendoakan mereka yang sudah meninggal dunia. Ini adalah sebuah keutamaan yang
harus seharusnya dilakukan oleh setiap pribadi. Mendoakan orang yang sudah
meninggal juga menjadi tanda iman yang tulus kepada Tuhan. Dialah pencipta dan
pengatur hidup kita. St. Paulus dalam
bacaan kedua mengatakan bahwa Kristus adalah sumber dan pokok pengharapan kita
semua, baik yang hidup maupun mati. Di dalam Kristus, semua orang diantar menuju
kepada Allah dan memperoleh kehidupan kekal. Penginjil Yohanes mengajak kita
untuk menerima Yesus sebagai penyelamat kita. Yesus berkata: “Semua orang yang diberikan Bapa kepadaKu
akan datang kepadaKu dan barang siapa datang kepadaKu tidak akan Kubuang...Setiap
orang yang percaya kepada Anak Allah beroleh hidup yang kekal, dan Tuhan akan
membangkitkannya pada akhir zaman.”
Hari ini kita semua dipanggil
untuk menyadari kasih dan kemurahan Tuhan. Dia menciptakan kita, Dia juga yang
akan memanggil kita untuk bersatu denganNya. Persiapkanlah dirimu untuk
menyambut kematian karena kematian itu indah dan membahagiakan selamanya.
Doa: Tuhan, bantulah aku untuk
menyiapkan kematianku dengan baik. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment