2Taw 36:14-16.19-23
Mzm 137:1-2.3.4-5.6
Ef 2:4-10
Yoh
3:14-21
Kasih dan sukacita yang sempurna
Seorang sahabat pernah berkata
kepadaku bahwa hidupnya adalah sebuah anugerah. Sebuah anugerah yang luar biasa
dari Tuhan. Beginilah kisah hidupnya. Dia adalah anak tunggal dalam keluarga. Ketika
berusia 3 tahun, ia jatuh sakit. Setelah didiagnosa oleh dokter, ternyata ia
memiliki kelainan ginjal. Ginjal sebelah kirinya harus segera diangkat. Tidak
ada pilihan medis yang lain. Dokter meminta pendapat orang tuanya tentang jalan
keluar terbaik yang dapat membantu anak mereka untuk tetap hidup. Ibunya
berkata: “Demi anakku, aku bersedia memberikan ginjalku untuknya. Biarkan dia
hidup lebih lama daripadaku” Ibunya menyumbang ginjalnya untuk anak tunggalnya.
Anaknya hidup sampai sekarang, ibunya hidup sampai usia 75 tahun dan meninggal
dunia. Pada saat penguburan sang ibu, anak itu berkata kepada semua hadirin: “Kasih
itu tidak hanya diucapkan tetapi dialami. Mami membagi kasihnya sampai tuntas buatku.
Terima kasih mami atas kasihmu bagiku”. Sebuah sharing yang sederhana tetapi sangat mendalam maknanya. Cinta kasih
itu tidak hanya diucapkan tetapi dilakukan dalam hidup yang nyata.
Sabda Tuhan melalui bacaan-bacaan
suci pada hari ini membantu kita untuk bersukacita dan merefleksikan cinta
kasih Allah yang sempurna bagi manusia. Setelah Yesus membersihkan Bait Allah
(Pekan Prapaskah III/B), kini Yesus mengajak kita untuk memandang Dia sebagai sebagai
yang tersalib, sumber keselamatan. Pandangan kita terarah pada Dia di Salib
karena dengan salib suciNya, Ia telah menguduskan dunia yang penuh kegelapan.
Untuk menjelaskan makna salib, Ia mengambil contoh dalam dunia Perjanjian Lama.
Ketika orang-orang Israel dalam perjalanan di padang gurun dan mengalami
hukuman dari Tuhan dengan gigitan ular tedung, Tuhan memerintahkan Musa untuk
membuat ular tembaga (nekhasy
harekhosyet) dan memasangkan pada sebuah tiang yang tinggi. Barang siapa
yang digigit ular tetapi memandang kepada ular itu ia akan tetap hidup.
Di dalam dunia Perjanjian Baru,
kita percaya bahwa ada kehidupan baru yang dianugerahkan Tuhan kepada setiap
orang yang memandang dan percaya kepada Putera Manusia yang ditinggikan di Salib.
Kalau umat Israel memandang ular tembaga yang diangkat dari bawah ke tiang yang
lebih tinggi dan tetap hidup maka misteri Salib jauh melebihi segalanya. Yesus
ditinggikan berarti diangkat tinggi-tinggi dan dimuliakan. Pada salib, Dia
dimuliakan dan masuk dalam kemuliaanNya.
Dia berasal dari atas. Dia adalah Putera Allah yang diutus untuk menyelamatkan
dunia. Penginjil Yohanes bersaksi: “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia sehingga Ia mengutus PuteraNya yang tunggal
supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup
yang kekal.” Dia adalah Terang yang menerangi dunia yang penuh dengan
kegelapan. Terang yang tidak dikenal oleh para pendosa.
Penyataan kasih Allah sebenarnya
dialami terlebih dahulu oleh Bangsa Israel. Mereka jatuh dalam dosa misalnya
dengan menyembah berhala atau menajiskan Bait Allah. Berkali-kali Tuhan
memperingatkan mereka melalui para nabi tetapi mereka juga tidak berubah. Itu
sebabnya kota kediaman Yeursalem dan Bait Suci dihancurkan oleh orang-orang
Kasdim dan penduduknya diangkut ke Babel. Pengalaman Babel merupakan
pengalaman pahit bagi mereka. Selama hampir 70 tahun berada di Babel, mereka kehilangan harapan, seakan Tuhan tidak
memperhatikan mereka. Namun kerahiman Tuhan tetap menguasai mereka. Allah
menunjukkan kasihNya dengan memenuhi janjiNya untuk membebaskan mereka. Koresh, Raja Persia dipakai Tuhan untuk membebaskan mereka dan mereka pun kembali ke
Yerusalem. Allah sungguh mengasihi mereka. JanjiNya ditepati. Tetapi umatNya
sendiri tetap mengkhianatiNya.
Peristiwa pembebasan Bangsa
Israel dari Babel merupakan simbol yang dipakai untuk memahami pembebasan yang
Tuhan kehendaki bagi setiap orang. Tuhan memiliki inisiatif untuk membebaskan
manusia yang berdosa melalui wafat dan kebangkitan PuteraNya. Keselamatan
bukanlah usaha manusia tetapi bagi Paulus keselamatan adalah pemberian Allah
secara cuma-cuma dalam diri Yesus PuteraNya. Oleh karena itu setiap orang harus
merendahkan dirinya di hadirat Tuhan. Paulus berkata, “Sesungguhnya kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus
untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang sudah dipersiapkan Allah
sebelumnya.” (Ef 4:10).
Sabda Tuhan hari ini memberi rasa
optimis kepada kita. Kita merupakan pribadi yang luhur di hadiratNya. Oleh
karena itu Dia rela menyerahkan PuteraNya yang tunggal supaya kita yang percaya
kepadaNya memiliki hidup kekal. Tentu saja kita harus bersyukur kepada Tuhan
atas kasihNya yang sempurna ini.
Sejalan dengan masa prapaskah ini, Sabda Tuhan juga mengingatkan kita akan perjalanan rohani untuk merenungkan secara mendalam penderitaan Kristus. Sama seperti perjalanan kembali bangsa Israel dari Babel ke Yerusalem, demikian pula dalam hidup keseharian, kita juga berjalan kembali kepada Tuhan lewat semangat pertobatan. Bangsa Israel bersukacita karena mereka kembali ke Yerusalem, kita juga bersukacita karena kembali kepada Tuhan. Kita diampuniNya dan merasakan kasih dan kerahimanNya yang sempurna. Kita juga dipanggil untuk mengalami terangNya karena pengalaman kegelapan berkepanjangan yang sering dialami setiap pribadi (berdosa).
Hari ini merupakan Hari Minggu
sukacita. Kita bersukacita karena mengalami kasih dan pengampunan Tuhan. Hidup
kita berubah dari kegelapan kepada terang. Dari hidup penuh dosa kepada
pengampunan tanpa batas dari Tuhan. Dari hidup yang nyaris hancur kepada keselamatan abadi. Dari Babel hidup
keseharian kita kepada hidup penuh damai sejahtera.
Mengasihi berarti berkorban. Mampukah kita?Mari kita membenahi diri dan menyadari kasih dan kerahiman Tuhan. Tuhan memberkati kita semua. Amen
Mengasihi berarti berkorban. Mampukah kita?Mari kita membenahi diri dan menyadari kasih dan kerahiman Tuhan. Tuhan memberkati kita semua. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment