1Sam
1:20-22.24-28
Mzm
84:2-3.5-6.9-10
1Yoh
3:1-2.21-24
Luk 2:41-52
“BapaMu dan Aku Cemas Mencari Engkau”
Dalam kalender liturgi Gereja Katolik, Hari Minggu setelah
perayaan Natal dirayakan sebagai Pesta Keluarga Kudus. Pasti orang bertanya
mengapa perlu merayakan Pesta Keluarga Kudus? Allah memiliki rencana untuk
menyelamatkan umat manusia. Oleh karena itu Ia rela menjadi manusia dengan
memilih Maria, seorang gadis dari Nazareth sebagai ibu. Maria menerima kabar
sukacita dari Malaikat Gabriel dan setuju menjadi Ibu bagi Yesus yang akan lahir
dari rahimnya. Yusuf si tukang kayu diminta oleh Malaikat untuk mengambil Maria
sebagai isterinya karena Roh Allah telah menaungi Maria dan Anak yang lahir dari rahim Maria akan dinamai Yesus. Inilah rencana Allah untuk
menyelamatkan manusia. Maka “Sabda menjadi daging” atau dikenal dengan nama “Inkarnasi”
dan tinggal di tengah-tengah manusia (Yoh1:14). Allah masuk dalam sejarah
kehidupan manusia, Ia menjelma menjadi manusia dan berasal dari keturunan Daud
(Mat 1:1-17). Apa arti semua ini? Artinya Allah sangat mencintai manusia maka Yesus
tidak hanya lahir dalam kurun waktu dan tempat tetapi secara rohani, Ia juga
lahir di dalam hidup manusia. Ia lahir di dalam keluarga-keluarga manusia.
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada pesta keluarga kudus ini
menekankan bahwa inti keluarga adalah cinta kasih Allah. Dalam bacaan pertama
kita mendengar kisah kelahiran Samuel di dalam Kitab Perjanjian Lama. Hanna
ibunya pernah pergi ke rumah Tuhan di Silo, yang dilayani oleh imam Eli. Di situ
ia berdoa memohon agar Tuhan memberikan kepadanya seorang anak. Ia juga
bernazar bahwa apabila Tuhan berkenan menganugerahkan seorang anak kepadanya
maka ia akan mempersembahkan anak itu kepada Tuhan seumur hidup untuk
melayaniNya. Tuhan mengabulkan permohonan Hanna. Ia hamil dan melahirkan
anaknya Samuel artinya “Aku telah memintanya dari Tuhan”. Hanna mengingat
janjinya kepada Tuhan maka bersama suaminya Elkana dan semua anggota rumahnya
bergegas ke rumah Tuhan di Silo. Hanna sebelumnya berjanji, “Nanti, ketika anak itu sudah cerai susu, aku akan mengantarkan dia,
maka ia akan menghadap ke hadirat Tuhan dan tinggal di sana seumur hidupnya”
Hanna dan Elkana berbuat demikian, sambil mempersembahkan hewan kurban berupa seekor
lembu jantan berusia tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur. Samuel
diserahkan kepada Allah seumur hidup.
Hanna dan Elkana adalah contoh keluarga saleh dalam Kitab Perjanjian
Lama. Mereka memiliki pergumulan hidup yang luar biasa karena hingga usia
matang mereka belum memiliki anak. Melalui doa dan harapan maka Tuhan
mengabulkan permohonan mereka dan mereka juga berani untuk mempersembahkan anak
mereka untuk melayani Tuhan. Samuel dikenal sebagai imam, nabi, hakim dan dialah
yang demi nama Tuhan untuk melantik Saul dan Daud sebagai raja. Tuhan
sungguh berkarya di dalam dirinya. Hanna dan Elkana adalah contoh orang tua
yang berdoa dan berharap pada Allah. Mereka juga menjadi model bagi semua orang
tua untuk mendidik anak supaya layak menjadi anak-anak Allah dan kerelaan untuk
memberikannya kepada Allah. Kehendak Allah dipegang teguh oleh Hanna dalam
mendidik Samuel. Ini juga menjadi hal yang positif bagi semua orang tua saat ini.
Di dalam bacaan Injil kita berjumpa dengan keluarga kudus
dari Nazareth. Keluarga kudus memberikan sebuah teladan kesalehan yang luar
biasa karena mereka harus berjalan dari Nazareth ke Yerusalem menempuh jarak
sekitar 64 mil atau 103km untuk saat ini dengan jalan raya yang agak lurus. Tetap
pada zaman dahulu jalannya tidak lurus seperti sekarang, banyak belokan maka diperhitungkan
sekitar 150km dengan transportasi keledai sebagai hewan tunggangan. Dengan
jarak seperti ini maka dibutuhkan sekurang-kurangnya sepuluh hari untuk pergi dan
pulang ke Yerusalem di luar hari-hari suci di Yerusalem. Penginjil Lukas hari
ini menggambarkan keluarga kudus bukan sebagai keluarga yang harmonis tetapi
sebuah keluarga saleh yang juga mengalami ketegangan dan salah pengertian satu
sama lain.
Di pihak orang tua yaitu Yusuf dan Maria. Pada hari kedelapan
mereka sudah mempersembahkan Yesus ke dalam Bait Allah, sudah diterima oleh
Simeon dan Hanna. Simeon bahkan dikisahkan bersukacita karena melihat
keselamatan dari Tuhan. Simeon juga melihat masa depan Yesus sebagai pribadi
yang ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang Israel dan
menjadi tanda perbantahan. Sedangkan bagi Maria ibu Yesus, Simeon mengatakan
bahwa suatu pedang akan menembus jiwanya (Luk 2:21-35). Tetapi kali ini mereka
sekiranya tidak menyadari persembahan Yesus kepada Tuhan pada usia delapan
hari, 12 tahun sebelumnya maka mereka pun cemas mencari Yesus. Ketika menemukanNya
mereka mengungkapkan kecemasan mereka dengan berkata, “Anak mengapa Engkau
melakukan itu terhadap kami? Ayahmu dan aku cemas mencari Engkau?”
Di pihak Yesus, Ia mengetahui diriNya sebagai Anak Allah maka
ia juga merasa sedang berada di tempat yang cocok. Ia berada di tengah-tengah orang
pandai dan bijak. Ia sebagai sebagai seorang Anak berusia 12 tahun tetapi
memiliki hikmat dan pengertian yang mendalam. Ia merasa telah diserahkan kepada
Allah maka Ia memilih tinggal di mana Ia harus berada dan dalam urusan BapaNya.
Maka Ia juga menjawab dengan tepat identitasNya kepada Maria dan Yusuf bahwa
Dialah Anak Allah. Relasi Yesus dengan Maria dan Yusuf pun tidak putus karena
Ia taat kepada Bapa dan hidup sebagai seorang Anak dalam asuhan Maria dan
Yusuf.
Terlepas dari pemahaman teologis dan biblis seperti ini,
Maria dan Yusuf tetaplah inspirator dalam parenting. Sebagai orang tua mereka
memiliki tugas dan tangung jawab untuk mendidik anak. Mereka memiliki kecemasan
tertentu dan mencari serta menemukan Anak mereka. Yusuf dan Maria memiliki
sikap yang positif dan kiranya menggerakkan hati banyak orang tua untuk cemas
mencari dan menemukan anak mereka yang sulit diatur dan menjadikan mereka
anak-anak Allah.
Yohanes dalam Bacaan kedua menekankan bahwa kita semua dengan
jasa Yesus Kristus telah menjadikan kita sebagai anak-anak Allah. Orang-orang
beriman disebut anak-anak Allah karena Allah mengasihi mereka. Allah menjadikan
mereka satu keluarga baru yakni menjadi anak-anak dari Bapa yang sama yaitu
Tuhan. Apa yang harus dilakukan oleh anak-anak Allah? Bagi Yohanes, “Kita harus percaya akan nama Yesus Kristus,
AnakNya, dan supaya saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan
Kristus kepada kita. Barang siapa menuruti segala perintahNya, ia diam di dalam
Allah dan Allah diam di dalam dia”.
Apa yang harus kita lakukan?
Bacaan-bacaan suci pada pesta keluarga kudus ini mengatakan
banyak hal kepada kita. Tetapi hal-hal yang kiranya tepat untuk kita hayati
sebagai pelaku Firman adalah:
Pertama, hendaknya keluarga-keluarga
kristiani menjadi keluarga yang saleh seperti keluarga kudus dari Nazareth. Keluarga
yang merasa bahwa doa adalah sebuah kebutuhan. Maria dan Yusuf adalah orang
Yahudi sejati dan mereka juga mendidik Yesus untuk bertumbuh dengan ukuran
kesalehan sebagai manusia. Dia sungguh-sungguh manusia. Tetapi Yesus juga
sungguh-sungguh Allah maka persatuan dengan Bapa di surga memiliki daya kasih
yang luar biasa yang juga mempersatukan setiap pribadi. Apakah doa merupakan
sebuah kebutuhan dalam keluarga?
Kedua, Orang tua adalah pendidik ulung. Yusuf
dan Maria cemas mencari Yesus di Yerusalem. Mereka adalah pendidik ulung bagi
Yesus. Hanna dan Elkana adalah orang tua yang menjadi pendidik ulung bagi
Samuel. Bagaimana orang tua yang percaya pada Kristus? Apakah kalian merasa dan
menyadari bahwa mendidik anak adalah bagian esensial dalam panggilan kalian
sebagai orang tua? Buatlah anak-anak merasa bahwa mereka dikasihi dan bahwa
orang tua hadiri dalam diri mereka.
Ketiga, Yesus adalah inspirator bagi
anak-anak. Yesus menyadari diriNya sebagai Anak Allah dan cara ia menjawab Maria dan Yusuf kedengaran seolah-olah Ia melawan orang tuaNya. Yesus melakukan
hal yang benar karena Dia adalah Tuhan. Tetapi hal yang patut diikuti oleh
anak-anak adalah ketaatanNya. Ia taat pada Bapa di Surga tetapi tetap dalam
asuhan Maria dan Yusuf. Bagaimana ketaatan sebagai anak dalam keluarga? Kadang-kadang
anak lebih banyak menuntut pada orang tua tetapi mereka sendiri tidak berlaku
sebagai anak yang baik.
Mari kita belajar dari keluarga kudus Nazareth. Bertumbuhlah
dalam kasih dan damai. Tuhan Yesus lahir dan menjadi dewasa juga dalam keluarga-keluarga
kristiani.
Doa: Tuhan, datanglah dan tinggalah dalam keluarga kami
masing-masing. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment