Yes
40:1-11
Mzm
96:1.2.3.10ac.11-12.13
Mat
18:12-14
Tuhanku,
gembalaku!
Saya pernah memiliki pengalaman menarik sewaktu masih belajar di
Israel. Dalam suatu perjalanan bersama para konfrater dari Yerusalem ke
Yerikho, saya melihat seorang gembala yang membawa ratusan ekor dombanya. Sang
gembala mengenakan pakaian yang cukup rapi, memiliki hand phone nokia yang
masih memiliki antene dan tape recorder sambil menunggang seekor keledai. Sang
gembala ini berada di belakang sedang domba-dombanya begitu tertib berada di
depannya. Ketika ada kendaraan yang lewat domba yang di depan berhenti maka
semuanya berhenti. Setelah aman baru mereka menyeberangi jalan. Tentu saja ini
melalui latihan tertentu dan gembalanya harus sabar dengan domba-dombanya. Saya
membayangkan kalau ada yang tersesat pasti dia akan mencarinya.
Ketika sudah kembali dan melayani di Timor
Leste, saya memiliki lagi pengalaman yang baru. Dalam perjalanan dari Dili ke
Lospalos, saya menemukan seorang gembala yang sabar dengan domba-domba yang
bodoh. Ketika melewati jalan utama, mobil tidak bisa lewat karena domba-domba
pada tiduran di tengah jalan. Sang gembala dengan sabar dan baik hati
mengangkat satu persatu dan memindahkannya ke pinggir jalan, tetapi begitu dia
kembali mengangkat domba yang lain, domba yang sebelumnya sudah kembali dan tidur di
tengah jalan lagi. Cara yang "terbaik" baginya adalah melupakan dirinya sebagai
gembala baik, mengambil sebatang kayu dan mulai memukul domba-domba itu,
memaki-maki domba dan mereka akhirnya dapat berpindah ke pinggir jalan.
Dua pengalaman menarik! Ada gembala yang baik
dan setia, ada gembala yang tidak sabar dengan domba-dombanya. Yah, menerima
diri adalah hal yang penting bagi kita semua. Pada hari ini kita dikuatkan lagi
oleh Tuhan melalui SabdaNya untuk belajar dan meniru pribadi Tuhan sebagai
Penghibur dan Gembala yang baik.
Nabi Yesaya dalam bacaan pertama mengucapkan
kata-kata hiburan kepada umat Israel yang berada di Babel. Tuhan melalui Yesaya
berjanji bahwa Ia akan membebaskan mereka dari kuasa Babel. Mereka akan kembali
ke Sion, menata kehidupan mereka dan menikmati sukacita Tuhan. Mengapa demikian? Karena Tuhan
sendiri mengingatkan: “Hiburlah, hiburlah
umatKu! Tenangkanlah hati Yerusalem dan serukan kepadanya bahwa perhambaannya
sudah berakhir, bahwa kesalahannya sudah diampuni, sebab ia telah menerima
hukuman dari tangan Tuhan dua kali lipat karena segala dosanya.” Manusia
boleh jatuh dalam dosa tetapi Tuhan tetap mencari dan menyelamatkannya. Tuhan
tidak pernah memperhitungkan berapa dosa yang dibuat umatNya tetapi menginginkan
keselamatan mereka.
Yesaya juga menubuatkan kedatangan sang
pembuka jalan Tuhan yakni Yohanes Pembaptis. Dia adalah suara yang berseru di
padang gurun untuk menyiapkan jalan bagi Tuhan. Jalan raya di padang belantara
diluruskan sebagai jalan bagi Allah kita. Kemuliaan Tuhan akan dilihat banyak
orang ketika semua gunung dan bukit diratakan, lembah ditimbun. Bangsa Israel
tidak lebih dari bunga yang layu dan rumput yang kering. Oleh karena itu mereka
harus tetap berpegang teguh pada Sabda Tuhan karena SabdaNya itu tetap selamanya.
Yesaya juga mengajak umat Israel untuk selalu memandang Allah. Kiblat hiduonya hanya terarah kepada Allah. Ia akan datang
sebagai penyelamat. Ia laksana gembala yang baik yang akan menggembalakan
mereka.
Jiwa gembala baik dari Allah Bapa diingatkan lagi
oleh Yesus. Ia sendiri mengakui diriNya sebagai gembala yang baik. Ia berkata, “Akulah
gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu”. (Yoh 10:14). Dalam perikop
kita dari Injil Matius, gembala yang baik akan mencari dombanya yang sesat meskipun hanya satu
ekor yang tersesat. Perumpamaan ini menggambarkan Allah sebagai kasih. Allah mengasihi umatNya dan tidak mau umatNya binasa. Dia satu-satunya penyelamat
umat manusia.
Sabda Tuhan hari ini menggambarkan kehidupan
masing-masing kita. Kita memiliki pengalaman Babel tersendiri dan kadang membuat
kita berpikir bahwa Tuhan tidak lagi memperhatikan kita. Kita ditinggal
sendirian olehNya. Ternyata itu hanya gambaran kemanusiaan kita yang rapuh. Tuhan tidak
pernah meninggalkan kita sendirian. Dia laksana gembala yang selalu sabar
dengan kehidupan kita yang penuh dosa dan salah. Apakah anda menyadari kebaikan dan kesabaran Tuhan.
Apakah anda juga dapat menjadi gembala yang baik? Anda dan saya dapat menjadi
gembala yang baik, asal kita sama-sama terbuka pada semua rencana dan kehendakNya.
Doa: Tuhan, terima kasih karena Engkau
menjadi gembalaku. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment