Pesta Kanak-Kanak Suci, Martir
1Yoh 1:5-2:2
Mzm 124:2-3.4-5.7b-8
Mat 2:13-18
Jangan Egois!
Selama bertahun-tahun menjadi
imam saya memiliki pengalaman pastoral tertentu yang turut mendewasakan imamat saya.
Salah satunya adalah mendampingi keluarga tertentu yang sedang berada dalam
badai karena anak gadis mereka hamil tanpa ada seorang lelaki yang bertanggung jawab. Gadis
itu datang dan berbicara dengan saya pengalaman “jatuh” dalam dosa besar dan
sedang hamil dua bulan. Ia meminta saya menjadi perantara untuk berbicara
dengan orang tuanya. Karena mengenal orang tuanya maka saya pun memberanikan
diri untuk berbicara dengan orang tua gadis ini. Reaksi orang tua setelah
mendengar berita ini adalah: Bapanya emosi tingkat dewa dan memarahi ibunya
karena tidak tahu mendidik anak gadisnya. Ibunya diam, kemudian memandang
suaminya dan memandang saya lalu berkata, “Hal ini bukan hanya kesalahan saya,
tetapi kesalahan kita sebagai orang tua. Nasi sudah jadi bubur pak, maka kita
harus berbesar hati menerima kenyataan ini”. Bapa itu terdiam kemudian berkata,
“Romo memang ini aib bagi keluarga kami. Tetapi kami tidak akan egois, kami
akan tetap menerima anak kami apa adanya dan anak yang akan lahir sebagai cucu
pun kami terima!” Akhirnya tiba hari kelahiran cucu mereka dan sungguh mereka
menerimanya dengan senang hati hingga saat ini
Hari ini kita merayakan pesta Kanak-Kanak
Suci. Para Kanak-Kanak Suci yang dibunuh di Bethlehem adalah korban keegoisan
penguasa yakni Herodes saat itu.
Penginjil Matius melukiskan situasinya seperti ini: Orang-orang majus melihat sebuah
bintang unik dan mereka datang untuk menyembah kanak-kanak Yesus. Mereka
singgah di Yerusalem dan bertemu dengan Herodes. Mereka menyampaikan sebuah
berita yang membuat Herodes menunjukkan rasa egoisnya dan memberontak karena
bagi orang majus, ada seorang Raja yang baru lahir. Untuk mencari kebenaran
lebih lanjut maka Herodes mengumpulkan orang-orang pintar untuk menyelidiki
kebenaran informasi para ahli nujum itu. Dan mereka pun sepakat mengatakan
bahwa Bethlehem adalah tempat di mana Raja itu dilahirkan. Herodes lalu
menyuruh para prajurit untuk membunuh semua anak laki-laki di Bethlehem dan
sekitarnya yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah. Tuhan mengetahui
rencana busuk Herodes maka melalui malaikat, Ia berpesan kepada Yusuf untuk
mengungsi ke Mesir dengan membawa Anak yang baru lahir dan IbuNya. Yesus
selamat dari upaya pembunuhan Herodes.
Kisah ini menunjukkan betapa
egoisnya manusia. Orang yang gila kuasa akan selalu mencari jalan untuk
menghancurkan orang lain. Ia akan tetap mau berkuasa dan menghalalkan segala
cara bahkan nyawa orang pun hilang demi mempertahankan kuasa sebagai manusia.
Di dalam hidup kita, kita menemukan banyak orang yang punya kuasa,
menyalahgunakan kuasanya untuk tujuan yang tidak manusiawi. Herodes menggunakan
kuasanya dengan membunuh anak-anak yang tidak berdosa di Bethlehem. Pada zaman ini banyak Herodes bermunculan
dan menyalahgunakan kuasanya untuk melakukan tindakan korupsi, kolusi dan
nepotisme. Banyak Herodes yang suka mengalihkan situasi sehingga
masalah-masalah sosial yang besar bisa dikubur begitu saja. Tidak ada lagi rasa bersalah! Banyak orang tua
berlaku sebagai Herodes yang merasa aib dan mendukung anak perempuannya
melakukan aborsi.
Bacaan Injil hari ini mengambil
keluarga kudus sebagai model kesetiaan dan tanggung jawab untuk menghancurkan
egoisme. Yusuf diminta Tuhan melalui malaikat untuk mengambil Anak dan IbuNya
untuk menyingkir ke Mesir hingga Herodes mati. Yusuf adalah figur inspiratif
bagi semua kepala keluarga, semua pemimpin untuk tidak egois tetapi memiliki
tanggung jawab luhur terhadap kehidupan Anak dan orang-orang yang lemah lainnya yang mereka pimpin.
Pada saat-saat yang sulit, orang yang berkuasa hendaknya melindungi orang-orang
kecil bukan menghancurkan hidup mereka. Bukan lagi rahasia umum bahwa pelecehan terhadap seorang anak kecil
atau mereka yang lemah banyak dilakukan orang dewasa yang dekat sekali dengan
para korban.
Orang-orang yang tidak egois
adalah orang yang hidup dalam terang. Yohanes dalam bacaan pertama menulis, “Saudara-saudara terkasih, inilah berita
yang telah kami dengar dari Yesus Kristus dan kami sampaikan kepadamu: Allah
adalah terang dan dunia ini tidak ada kegelapan.” Allah menerangi hidup
manusia tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dan menolak terang. Ketika
seorang terbiasa jatuh dalam dosa yang sama, ia hidup dalam kegelapan dan
sangat sulit untuk keluar dari kegelapan untuk melihat terang. Hidup di dalam
terang adalah hidup dalam persekutuan dengan Yesus karena Ia telah menyucikan
kita dengan DarahNya yang mulia.
Yohanes juga mengingatkan kita
untuk berani mengakui dosa dan salah kita di hadirat Tuhan. Ia menulis, “Jika
kita mengaku dosa maka Allah adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni
dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Yesus adalah pendamai
antara Allah dan manusia. Ia menghapus dosa kita dan dosa seluruh dunia. Yesus
tidak egois tetapi ia berkorban untuk keselamatan semua orang.
Sekarang marilah memeriksa bathin
kita masing-masing. Apakah anda masih mau bersifat egois? Apa untungnya anda
menjadi egois? Apakah anda sudah mengakui dosa-dosamu atau anda tetap menyembunyikan
dosa-dosamu?
Doa: Tuhan bantulah aku untuk
tidak egois di dalam hidupku. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment