Hari Jumat, Pekan Biasa X
2Kor 4:7-15
Mzm 116: 10-11.15-16.17-18
Mat 5:27-32
Bejana Tanah Liat
Saya pernah
mendampingi seorang yang divonis dokter “hanya menghitung hari”. Ada banyak
kesempatan di mana saya duduk, mendengar, berbicara dan melayani
sakramen-sakramen terakhir yakni viaticum dan perminyakan. Kelihatan orang itu
kesakitan. Ketika membalikkan badannya di atas ranjang, ia harus merintih
kesakitan. Kadang-kadang ia batuk dengan nafas yang menakutkan, karena dikira
itu nafas terakhirnya. Pada saat-saat sebelum menghembuskan nafasnya ia berkata
kepada seluruh keluarganya, “Tuhan Yesus
lebih menderita daripada saya”. Ia meninggal dunia dengan wajah yang
ceriah. Saya selalu mengenang orang itu dan yakin bahwa ia juga orang kudus. Ia
pasti masuk surga karena bertahan dalam penderitaannya, tidak mau menyibukan
orang lain dan percaya bahwa penderitaan Kristus lebih berat daripada
penderitaannya.
Masing-masing
kita memiliki pergumulan-pergumulan tertentu, aneka penderitaan di dalam hidup
ini. Pergumulan-pergumulan itu sesuai keadaan hidup kita yang nyata.
Kadang-kadang pergumulan itu membuat orang semakin jauh dari Tuhan, tetapi
kadang membuat orang menjadi semakin akrab dengan Tuhan Yesus yang menderita
dan Bunda Maria yang berduka cita. Semua ini adalah bagian dari kerapuhan hidup
kita, kefanaan di hadirat Tuhan.
Pada hari ini
St. Paulus memberikan permenungannya yang mendalam tentang hidup Kristiani,
terutama pelayanan kepada Tuhan dan sesama. Paulus menulis: “Saudara-saudara, harta pelayanan kami
sebagai rasul kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyatalah bahwa
kekuatan yang berlimpah itu berasal dari Allah bukan dari kami sendiri”. Paulus
mengakui bahwa dirinya memang memiliki banyak kerapuhan dan kelemahan dalam
pelayanannya. Ia merasa dibentuk untuk menjadi pelayan melalui proses seperti
seorang tukang priuk membuat bejana dari tanah liat. Bejana itu kuat dan dapat
berfungsi dengan baik untuk segala keperluan manusia tetapi mudah pecah dan
hancur manakala tidak diperhatikan. Dengan demikian Paulus menyadari bahwa dalam
pelayanannya, sumber kekuatan adalah dari Tuhan sendiri.
Mengapa
harus mengandalkan kekuatan dari Tuhan? Karena sebagai rasul dari Yesus Kristus,
orang harus siap untuk memikul salib dan mengikutiNya hari demi hari. Memikul
salib berarti menerima segala penderitaan dengan sukarela, menjalaninya dengan
kasih supaya sesama dapat menikmati kebahagiaan. Itu sebabnya Paulus dengan
bangga mengatakan: “Dalam segala hal kami
ditindas, namun tidak terhimpit. Kami habis akal namun tidak putus asa. Kami dianiaya
namun tidak ditinggalkan sendirian. Kami dihempaskan namun tidak binasa. Kami
senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami supaya kehidupan Yesus
menjadi juga nyata di dalam tubuh kami” Paulus menderita, dipenjarakan,
bahkan nantinya mati sebagai martir karena citanya kepada Kristus dan
GerejaNya. Dia tetap merasakan penyertaan Tuhan dalam segala situasi hidupnya
dan bahwa Kristus juga hidup di dalam dirinya.
Selanjutnya
Paulus mengungkapkan imannya dengan mengatakan: “Kami yakin bahwa Allah yang telah membangkitkan Tuhan Yesus akan
membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Allah juga akan menghadapkan
kami dan kalian di hadiratNya”. Buah
dari kerasulan Paulus sebagai rasul adalah, semakin banyak orang yang percaya kepada
Tuhan. Mereka percaya karena para rasul sebagai utusan Tuhan berbicara tentang
apa yang mereka sendiri sudah percaya.
Sabda Tuhan
pada hari ini menghadirkan figur Paulus sebagai Rasul Yesus Kristus. Ia percaya
bahwa Yesus ada di di dalam dirinya dan Dia memiliki panggilan untuk
menghadirkan Kristus di dalam hidup sesamanya. Hal yang menarik dari kisah
Paulus di Korintus adalah sebagai rasul yang baik, Dia mengenal dirinya laksana
bejana tanah liat, penuh kelemahan dan kerapuhan tetapi di saat yang sama tetap
merasa kuat karena Tuhan menjiwai dan menyertainya. Dengan demikian dia berani
bersaksi dan membawa banyak orang kepada Tuhan. Bagaimana dengan anda dan saya yang mengikuti Kristus? Apakah dapat bertahan dalam setiap penderitaan dan pergumulan hidup dan tetap akrab dengan Tuhan atau semakin jauh dari Tuhan?
Doa: Tuhan,
bantulah kami untuk bertahan dalam penderitaan dan semoga kami dapat membahagiakan sesama dengan
penderitaan yang kami alami ini. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment