Hari Sabtu, Pekan Biasa X
2Kor 5:14-21
Mzm 103:1-2.3-4.8-9.11-12
Mat 5:33-37
Jangan hanya pandai bersumpah!
Seorang
sahabat saya mengatakan: “Saya heran dengan para pemerintah kita. Mereka selalu
mengucapkan sumpah demi Allah tetapi mereka sendiri tidak takut akan Allah
sehingga masih melakukan dengan sadar dan terang-terangan tindakan korpusi,
kolusi dan nepotisme”. Sahabat yang satu lagi mengatakan setelah mengikuti
perayaan perkawinan: “Semoga sumpah atau janji perkawinan “Demi Allah dan Injil
suci” itu dapat dihayati selamanya karena ternyata banyak yang tidak setia di
dalam perkawinan mereka”. Saya lalu berpikir tentang kaul-kaul kebiaraan yang
saya ikrarkan di hadapan Tuhan untuk menjadi taat, miskin dan murni. Semua hidup dengan janji, ikrar, sumpah dan
banyak kali selalu disebutkan “Demi Allah”. Masalahnya adalah bagaimana
menghayatinya. Apakah ada kesetiaan dalam menghayatinya? Kadang janji, ikrar
dan sumpah hanyalah kata-kata kosong. Mengapa? Karena kata-kata itu hanya untuk
menutupi wajah kemunafikan dan mengelabui kebenaran.
Pada hari ini
Yesus dalam Injil mengingatkan para muridNya: “Kalian telah mendengar, ‘Jangan
bersumpah palsu melainkan peganglah sumpahmu di hadapan Tuhan’. Peraturan ini
diketahui oleh semua orang Yahudi. Tetapi Yesus memperdalam pemahaman mereka
dengan mengatakan, “Jangan sekali-kali
bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi
bumi karena bumi adalah tumpuan kakiNya, atau pun demi Yerusalem karena
Yerusalem adalah kota Raja Agung”. Mengapa Yesus mau mengatkan demikian?
Karena di dalam tradisi Yahudi, para rabi biasanya mengajarkan bahwa tidak ada
kekuatan bagi sumpah yang diucapkan demi langit dan bumi. Orang yang bersumpah
itu harus tahu semua konsekuensinya. Artinya ada hukuman bagi orang yang
melanggar sumpahnya.
Yesus mau
membuka wawasan para muridNya untun menyadari bahwa semua sumpah yang diucapkan
selalu berhubungan dengan Allah. Oleh karena itu bersumpah demi langit, bumi
dan Yerusalem tidak patut karena itu adalah bagian dari Allah sendiri. Langit menjadi
tempat Ia bertakhta atau berkuasa, bumi sebagai tempat Ia berpijak dan
Yerusalem sebagai kotaNya. Artinya baik di langit dan bumi ada kuasa Tuhan dan
kita sebagai manusia tidak memiliki kuasa apa pun. Lagi pula kita harus
menyadari bahwa sebagai manusia kita tidak punya kuasa untuk langit, bumi dan
Yerusalem. Sumpah demi langit dan bumi hanyalah sumpah palsu, topeng
kemunafikan manusia.
Yesus
melanjutkan pengajarannya: “Jangan bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak
berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. Kalau ya katakana ya,
kalau tidak katakan tidak”. Yesus menghendaki agar para pengikutNya setia, tulus
dan jujur. Karena kenyataannya banyak yang tidak setia, tulus dan jujur maka
ada sumpah. Yesus
mengatakan pada bagian terakhir dari Injil, “Apa yang lebih itu berasal dari si jahat”. Karena ada si jahat ini membuat manusia harus bersumpah, namun masih ada juga yang tidak punya komitmen dengan sumpahnya. Orang masih berbohong dan tidak jujur.
mengatakan pada bagian terakhir dari Injil, “Apa yang lebih itu berasal dari si jahat”. Karena ada si jahat ini membuat manusia harus bersumpah, namun masih ada juga yang tidak punya komitmen dengan sumpahnya. Orang masih berbohong dan tidak jujur.
Kebohongan
bukan hanya soal-soal kecil tetapi berkembang menjadi kebohongan public. Ini seperti
sebuah penyakit menular dalam masyarakat kita. Anak-anak berbohong kepada orang
tuanya, suami berbohong kepada istrinya, istri berbohong kepada suaminya,
meskipun dibawah sumpah tetapi orang masih juga berbohong, anak buah berbohong
kepada atasan dan sebaliknya. Inilah kebohongan yang sudah menjadi turun
temurun di dalam masyarakat kita. Itus sebabnya Yesus mau supaya orang menjadi
jujur dengan dirinya untuk mengatakan benar atau tidak benar.
Santo Paulus
di dalam bacaan pertama mengingatkan kita untuk bertumbuh sebagai pengikut
Kristus yang baik. Paulus percaya bahwa Kristus sudah mati, maka konsekuensinya
adalah semua orang berdosa juga ikut mati dan dibangkitkann oleh Kristus
sendiri. Setiap orang yang dibangkitkan Kristus menjadi ciptaan baru. Hidup
lama berlalu, hidup baru dianugerahkan. Paulus juga melihat
kefanaan manusia yang sering jatuh dalam dosa. Namun demikian Allah selalu berusaha untuk mendamaikan manusia dengan diriNya melalui Yesus PutraNya. Yesus Kristus adalah damai kita!
kefanaan manusia yang sering jatuh dalam dosa. Namun demikian Allah selalu berusaha untuk mendamaikan manusia dengan diriNya melalui Yesus PutraNya. Yesus Kristus adalah damai kita!
Mengingat
panggilan dan pelayanannya maka Paulus juga mengingatkan jemaat di Korintus
untuk berani memberi dirinya di damaikan dengan Allah. Mengapa? Karena Kristus sendiri yang tidak
mengenal dosa dibuatNya menjadi dosa karena kita agar di dalam Yesus Kristus
kita semua dapat dibenarkan. Paulus adalah contoh orang yang setia pada
janjinya kepada Tuhan sebagai abdi.
Sabda Tuhan
pada hari ini mengundang kita untuk bertumbuh sebagai orang yang setia di dalam
panggilan masing-masing. Memang setiap orang memiliki kelemahan manusiawi yakni
pandai bersumpah namun mudah mengiingkari sumpahnya. Kita butuh Yesus yang
mendamaikan kita dengan Allah. Ia senantiasa membuka kesempatan kepada kita
untuk bertobat.
Doa: Tuhan,
bantulah kami untuk menjadi orang yang jujur dan setia kepadaMu dan sesama
kami. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment