Hari Kamis, Pekan Biasa XI
2Kor 11:1-11
Mzm 111:1-2.3-4.7-8
Mat 6:7-15
Bila kalian berdoa…
Banyak orang
berpikir bahwa kalau berdoa butuh rangkaian kata-kata yang indah sehingga
menarik minat para pendengar, tata bahasa yang baku dan dengan gesture tubuh
yang unik yang menandakan orang itu sungguh-sungguh berdoa. Mungkin saja secara
manusiawi kita butuh-butuh orang-orang ini untuk mendorong pribadi-pribadi
tertentu supaya berdoa dengan baik, namun semua ini sifatnya hanya eksternal
saja. Ada seorang tokoh umat yang merasa heran karena seorang suster mendoakan
doa makan seperti ini: “Selamat malam Bapa di Surga. Bapa sendiri tahu bahwa
kami anak-anakMu sedang lapar. Makanan di depan kami enak dan bila kami
menyantapnya akan membuat tubuh kami kuat sehingga dapat memuji dan menyembah Engkau
selamanya. Amen”. Ia berkomentar, “Suster kog doa hanya begini aja, doa yang bagus
dong”. Ketika mendengar komentar tokoh umat ini, saya bertanya di dalam hati, “Apa
kriteria sebuah doa yang bagus?” Mungkin kriteria manusiawinya bukan ilahinya
karena yang ilahi itu hanya Tuhan yang tahu.
Seringkali
kita hanya terjebak dalam rumusan bahasa manusiawi dan lupa bahwa Doa itu kita
panjatkan kepada Tuhan dengan kepolosan hati sebagai seorang Anak kepada Bapa yang
dikasihi dan yang mengasihi. Mungkin kita perlu menyamakan persepsi tentang
makna doa. Di dalam Katekismus Gereja Katolik, dikatakan bahwa doa berarti
mengarahkan hati kepada Allah, ketika seseorang berdoa, ia masuk ke dalam
hubungan yang hidup dengan Allah (KGK 2558-2565). Saya ingat St. Theresia Lisieux pernah
berkata, “Bagiku doa adalah ayunan hati, suatu pandangan sederhana ke surga,
seruan syukur dan cinta kasih, baik di tengah pencobaan maupun kegembiraan”.
Doa merupakan pintu gerbang untuk berkomunikasi dengan Allah. Nah di sini perlu
ada iman dan kepercayaan bahwa Allah sungguh ada dan hidup sehingga pribadi itu
dapat berkomunikasi denganNya.
Sekarang
pikirkanlah hari-hari hidup kita. Banyak kali kita terlalu terpaku pada rumusan
kata-kata manusiawi sehingga menghalangi relasi kita dengan Tuhan. Saya pernah
meminta seorang umat di lingkungan untuk memimpin doa makan. Ia mengatakan
tidak dapat mengucapkan doa makan karena ia tidak terbiasa berdoa sebelum makan, sulit menemukan kalimat yang tepat
untuk Tuhan. Tentu sangat disayangkan pribadi tertentu seperti ini. Mengapa
harus takut dan tidak mau berdoa hanya
karena rumusan kata-kata itu?
Yesus
mengetahui semuanya ini maka Ia mengajar para muridNya: “Maka berdoalah kalian
demikian,
‘Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah namaMu, Datanglah
KerajaanMu. Jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam Surga. Berilah
kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami seperti kami
pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah membawa kami ke dalam
pencobaan. Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amen. (Mat 6: 9-13).
Doa Bapa kami
atau Doa Tuhan menurut Tertulianus adalah ringkasan dari seluruh Injil. Thomas
Aquinas mengatakan “doa yang paling sempurna”. Doa ini dikatakan sempurna
karena mengandung tujuh intensi yang bagus: “Dimuliakanlah
NamaMu, Datanglah KerajaanMu, Jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam
Surga, Berilah kami rejeki pada hari ini, Ampunilah kesalahan kami seperti kami
pun mengampuni yang bersalah kepada kami, janganlah masukkan kami ke dalam
pencobaan, Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat”. Sadar atau tidak
sadar, kita selalu mengucapkan semua intensi ini setiap kali mendoakan doa Bapa
Kami. Kita memuji nama Tuhan Allah, dan memohon semua yang kita perlukan setiap
hari termasuk bagaimana membentuk relasi antar pribadi kita dapat terjalin
dengan baik.
Santo
Agustinus pernah berkata, “Dalam doa Tuhan, kita semua secara bersama-sama
mengucapkan “Bapa kami”. Frasa “Bapa kami”diucapkan oleh semua orang, entah
kaisar, entah rakya jelata, entah tuan, entah budak. Mereka semua adalah
saudara karena memiliki bapa yang satu dan sama". Kiranya dengan mendoakan Doa
Tuhan atau Oratio Dominica membuat kita semakin bertumbuh dan akrab dalam
berelasi dengan Tuhan sebagai Bapa dan kita semua sebagai anak-anakNya dan saudara-bersaudara.
Sabda Tuhan pada hari ini luar biasa. Yesus mengajar kita bagaimana berdoa dan apa yang kita doakan. Ia mengajar kita untuk menjadikan doa sebagai percakapan dengan Bapa dalam rahasia bathin kita, dan mengajar kita "Bapa kami". Dalam doa, hendaknya Tuhan Allah menjadi prioritas kita. Di hadapaan Tuhan kita berdoa sambil memohon tiga intensi pertama, untuk memuliakan namaNya, kedatangan kerajaanNya dan terpenuhinya kehendakNya di bumi seperti di Surga. Empat intensi yang lainnya diperuntukan bagi sesama. Apa artinya intensi-intensi ini? Tuhan selalu nomor satu di dalam hidup setelah itu manusia sebagai sesama kita. Wujud nyata doa Bapa kami adalah, ketika Yesus mengatakan kepada para muridNya, "Apabila kalian berdoa, katakanlah..." maka para orang tua terpanggil untuk melakukan hal yang sama kepada anak-anakNya. Doa Bapa kami patut dihayati hari demi hari di dalam hidup setiap hari.
Sabda Tuhan pada hari ini luar biasa. Yesus mengajar kita bagaimana berdoa dan apa yang kita doakan. Ia mengajar kita untuk menjadikan doa sebagai percakapan dengan Bapa dalam rahasia bathin kita, dan mengajar kita "Bapa kami". Dalam doa, hendaknya Tuhan Allah menjadi prioritas kita. Di hadapaan Tuhan kita berdoa sambil memohon tiga intensi pertama, untuk memuliakan namaNya, kedatangan kerajaanNya dan terpenuhinya kehendakNya di bumi seperti di Surga. Empat intensi yang lainnya diperuntukan bagi sesama. Apa artinya intensi-intensi ini? Tuhan selalu nomor satu di dalam hidup setelah itu manusia sebagai sesama kita. Wujud nyata doa Bapa kami adalah, ketika Yesus mengatakan kepada para muridNya, "Apabila kalian berdoa, katakanlah..." maka para orang tua terpanggil untuk melakukan hal yang sama kepada anak-anakNya. Doa Bapa kami patut dihayati hari demi hari di dalam hidup setiap hari.
Doa: Tuhan,
bantulah kami agar hari ini kami juga dapat bertumbuh dalam doa sehingga
semakin bersahabat denganMu. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment