St. Yosafat,Martir.
Keb 18:14-16;19:6-9; Mzm 105: 2-3.36-37.42-43; Luk 18: 1-8
Jangan
pernah berhenti berharap PadaNya
Tuhan Yesus menyiapkan para
muridNya untuk menyambut parusia dengan
sebuah perumpamaan tentang ketekunan dalam doa dan kemampuan untuk mendengar
dengan baik.
Ketekunan. Yesus
menegaskan kepada para muridNya untuk menanti kedatangan Tuhan dengan tekun
berdoa dalam setiap waktu kehidupannya. Untuk lebih jelas maka Yesus mengambil
contoh seorang janda sederhana yang selalu datang kepada hakim untuk membelah
haknya. Hakim yang mengakui diri tidak takut akan Allah dan tidak menghormati
siapapun pada akhirnya membenarkan perkara janda tersebut. Untuk mendapatkan
sesuatu yang diinginkan maka perlu ketekunan dalam hidup. Apalagi dalam hal doa
dimana kita berbicara dari hati ke hati dengan Tuhan. Jangan berhenti berdoa,
pasrahkan, serahkanlah dirimu kepada Tuhan.
Kemampuan
untuk mendengar. Yesus tidak hanya mendorong para murid
untuk berdoa dengan tekun tetapi Ia juga mengajar mereka untuk memiliki
kemampuan mendengar dengan baik. Kisah hakim yang ada dalam bacaan Injil ini,
terlepas dari kelicikannya, dia menunjukkan satu hal yang baik yaitu mampu mendengar.
Kalau saja manusia yang licik bisa mendengar, apalagi Allah Bapa yang baik. Ia
akan membenarkan para pilihanNya yang siang dan malam meminta tolong kepadaNya.
Ia akan menolong mereka. Mengapa? Karena Ia mendengar mereka. Menanti
kedatangan Tuhan tidak hanya dengan berteriak minta tolong tetapi mampu mendengar
dengan baik suara dan kehendak Tuhan di dalam hidupnya.
Tentang janda. Dalam bahasa
Yahudi janda disebut ‘almana yang
merujuk pada seorang perempuan yang pernah menikah, suaminya meninggal dunia
dan perempuan ini tetap tidak menikah lagi. Dalam bahasa Yunani, janda disebut chera artinya orang yang hening (the silent
one) atau “tidak mampu berbicara”. Tentu ini sesuai dengan budaya patriarkal di
Timur Tengah saat itu, dimana kaum wanita tidak boleh berbicara atas nama
dirinya sendiri. Yang punya kuasa adalah suami atau anak laki-lakinya yang
sedang bertumbuh menjadi dewasa. Perempuan yang kehilangan dukungan laki-laki menjadi
simbol kelemahan dan kesedihan. Tangisan (Ayub 27:15), berkabung (2Sam 14:2),
kesedihan (Ratapan 1:1), melukiskan kehidupan seorang perempuan ketika
kehilangan pasangannya. Kemiskinan (Rut 1:21), utang piutang (2 Raja 4:1)
merupakan gambaran kehidupan ekonominya. Dengan situasi seperti ini, para janda
lalu mendapat jaminan keamanan sosial. Dia diijinkan untuk menyiapkan ladang
dan kebun anggur hingga musim panen tiba. Mereka juga menjadi ukuran orang-orang
yang tidak berdaya dalam masyarakat saat itu (Mazmur 73:4, 12-14; Yer 22:16).
Janda dalam injil hari ini ternyata
berbeda dengan gambaran umum di dalam Kitab Suci di atas. Sebetulnya seorang
janda Yahudi yang tidak banyak bicara ternyata dia banyak bicara. Dia selalu
datang kepada hakim dan menakutkan hakim. Hakim sendiri tentu kaget dengan
janda tersebut karena secara sosial memang tidak seperti janda yang lain. Hakim
itu sendiri tidak takut akan Allah dan menghormati orang. Tetapi nyatanya
apabila tidak ada dukungan dari sesama, ia tentu tidak akan menjadi hakim yang
disegani. Figur hakim dan janda sama-sama membantu kita untuk mengerti tentang
doa dengan tekun dan kemampuan untuk
mendengar.
Tentang doa. Para tokoh mistik
dalam Gereja mengajarkan tahapan-tahapan doa. Pada tahap pertama, berdoa “kepada” Tuhan. Tuhan dirasakan masih
jauh sehingga berdoa “kepada”. Dari tahap ini orang perlu beralih ke tahap
berikutnya yaitu berdoa “bersama” Tuhan. Para murid Yesus memohon “Tuhan ajarlah kami berdoa” (Luk 11:1) dan
Yesus berdoa bersama mereka. Dari doa bersama Tuhan orang beralih ke tahap yang
lebih tinggi yaitu “doa adalah kasih.” Allah adalah kasih maka baik manusia
yang berdoa dan Tuhan yang mendengar saling melebur dalam kasih.
Dengan SabdaNya, Allah juga
mau menata kehidupan manusia untuk menjadi lebih istimewa. Dengan iman, manusia
pasti merasakan keterlibatan Allah di dalam hidupnya. Maka jawaban manusia
adalah doa sebagai saat bersyukur dan berterima kasih karena Tuhan selamanya
baik dan sungguh baik.
Hari ini Sabda mengingatkan
kita untuk tekun berdoa dan mampu mendengar Tuhan dan sesama kita. Apakah anda
orang yang tekun? Apakah anda orang yang setia mendengar?Jangan pernah berhenti dalam berharap. Doa kita: Tuhan
buatlah aku mampu mendengar suaraMu. PJSDB
No comments:
Post a Comment