Yes 11:1-9
Mzm 72, 1-2.7-8.12-13.17
Luk 10, 21-24
Rendah hati dan
bersyukurlah!
Segera setelah ke-72 murid kembali dari perutusan
mereka dari desa-desa yang akan dikunjungi Yesus (Luk, 10:17-20), dan sambil
mendengar sharing pengalaman ber-misi, Yesus dengan kepenuhan Roh Kudus
menunjukkan sukacitaNya dengan bersyukur dan bahagia kepada Bapa di Surga: “Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit
dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang-orang bijak dan
orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil”.
Siapakah orang kecil itu?
Orang-orang kecil (kaum
anawim) adalah kaum miskin yang terbuka pada semua rencana Tuhan. Orang-orang
kecil ini tidak memiliki apa-apa. Mereka menggantungkan seluruh harapan mereka
hanya kepada Tuhan (Providentia Divina). Tuhan adalah harta mereka yang paling
bernilai. Hal ini berbeda dengan orang-orang bijak dan pandai. Mereka
mengandalkan pikiran mereka dan tidak mau percaya siapa-siapa termasuk Tuhan
sendiri. Para murid Yesus diharapkan memiliki spirit orang kecil sehingga
mereka dapat ikut serta dalam kehidupan bersama Tuhan.
Di samping syukur yang disampaikan Yesus kepada Bapa,
satu aspek lain yang penting adalah persekutuan yang mesra antara Allah Bapa
dan Putera (Yesus) dalam Roh Kudus: “Semua
telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu...” Dengan persekutuan yang mesra
ini, para murid Yesus juga diajak untuk mengikuti dan menghayati pengalaman
iman ini yakni selalu berusaha untuk bersatu dengan Tuhan hari demi hari.
Memang hanya orang kecil yang memiliki hati yang murni sehingga dapat melihat
Tuhan (Mat 5:8). Kaum anawim inilah yang terbuka pada Allah dan memahami serta
menerima KerajaanNya.
Selalu bersyukur adalah dorongan dan karya Roh Kudus bagi setiap pribadi untuk bersyukur kepada Bapa surgawi dalam Yesus. Anak-anak Allah yang bersyukur juga dapat membentuk pribadi-pribadi yang dapat membawa damai kepada sesama (Mat 5:9). Nabi Yesaya menggambarkan bahwa dengan karya Roh Kudus maka ada keharmonisan di dalam alam baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan-hewan dan manusia. Keharmonisan ini mendorong manusia untuk tetap berseru dengan penuh keyakinan: “Datanglah Tuhan, Raja keadilan dan damai”.
Marana-tha.
PJSDB
No comments:
Post a Comment