Mazmur 9: 2-4.6.16.19
Injil: Luk 20:27-40
Allah
orang yang hidup bukan orang mati
Kaum Saduki adalah sebuah
partai atau kelompok yang pernah ada dalam kalangan orang Yahudi pada zaman
Yesus. Partai ini terdiri dari kaum imam aristokratis dan para pendukung
mereka. Mereka hanya menerima Taurat yang tertulis dan menolak tradisi lisan
yang berkembang terutama di kalangan orang-orang Farisi. Mereka tidak percaya
pada kebangkitan badan karena bagi mereka, hal ini tidak ditulis di dalam Taurat.
Mereka lalu mencobai Yesus
dengan pertanyaan seputar perkawinan Levirat
menurut hukum Musa yakni perkawinan antara saudara laki-laki dengan isteri
(janda) dari saudaranya yang sudah meninggal. Anak yang akan lahir biasanya
menjadi ahli waris saudara yang sudah meninggal (Ul 25:5-10). Bagaimana situasi
perempuan yang dikawini tujuh bersaudara ini pada hari kebangkitan? Siapa yang
akan menjadi suaminya karena mereka mengawininya tetapi tidak memberikan anak
kepada perempuan itu? Yesus dengan bijaksana dan kuasa menjelaskan bahwa hidup
yang akan datang bukanlah kelanjutan dari hidup sekarang di atas dunia ini. "Bagi mereka yang dianggap layak
mendapat bagian dalam dunia yang lain akan seperti malaikat-malaikat dan
menjadi anak-anak Allah" ( Luk 20: 35.37; Kej 6:2). Yesus lalu menutup
penjelasannya dengan berkata: " Ia
bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, karena di hadapan Dia
semua orang hidup."
Kisah Injil ini menarik
perhatian kita. Allah yang diimani adalah Allah orang hidup dan bukan Allah
orang mati. Di hadapan Allah semua orang hidup! Maka dengan sendirinya setiap
orang yang hidup dan percaya memiliki kiblat hidup yang selalu menuju kepada
Allah. Setiap orang akan mengalami kehidupan kekal yakni hidup seperti malaikat
(pelayan Tuhan) dan sebagai Anak Allah. Ini juga menjadi satu janji Tuhan
Yesus. Janji ini akan terpenuhi karena Dia sendiri berkata: "Janganlah gelisah hatimu, percayalah
kepada Allah, Percayalah juga kepadaKu. Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal.
Aku pergi menyiapkan tempat dan datang kembali dan membawa kamu supaya di mana
Aku berada, kamu juga berada." (Yoh 14:1-3).
Namun sering kali kita juga masih
dikuasai oleh kejahatan-kejahatan yang menjauhkan kita dari Tuhan. Tuhan boleh menjanjikan
tempat kekal bagi kita tetapi bagaimana kalau kita sendiri tidak bersedia menghuni
tempat itu? Mengapa? Karena napsu untuk menguasai orang lain, membuat orang
lain menderita, gila harta seperti yang dialami oleh Raja Antiokhus (bacaan I)
masih menguasai dan menyenangkan kita. Raja Antiokhus mati dalam situasi yang
mengerikan karena perbuatan jahatnya bagi orang lain. Kita harus menyadari
bahwa kejahatan akan kalah karena kejahatan juga punya batasnya. Tuhan yang
hidup, Dialah yang berkuasa atas segalanya.
Hari ini kita diajak oleh
Tuhan untuk menghargai hidup di dunia ini karena hidup di dunia ini merupakan
cerminan kehidupan ilahi kelak. Hidup yang senantiasa berkiblat kepada Tuhan.
Biarkan diri kita di pimpin oleh Roh Kudus menuju kepada Bapa dan Putera. Kita juga
bersyukur kepada Tuhan karena Dia adalah Allah yang hidup, Bapa yang kekal yang
senantiasa mengasihi kita. Dia akan menjadikan kita seperti malaikat dan
anakNya sendiri. Berbanggalah memiliki Allah seperti Dia. El Shadai. PJSDB
No comments:
Post a Comment