Kis
28:16-20.30-31
Mzm 11:4.5.7
Yoh 21:20-25
Tetapi engkau, Ikutlah
Aku!
Kita semua berada di hari-hari terakhir masa Paskah. Besok kita merayakan Hari Raya Pentekosta. Selama masa novena Pentekosta ini, kita semua memiliki harapan yang sama yakni memperoleh karunia-karunia dan buah-buah Roh Kudus. Mengapa? Karena kita juga menyatakan diri sebagai orang-orang yang percaya kepada Allah Roh Kudus. Percaya kepada Allah Roh Kudus berarti menyembahNya sebagai Allah yang benar sebagaimana Bapa dan Putra. Artinya dengan percaya kepda Roh Kudus kita semua membiarkan Roh Kudus masuk ke dalam hati kita supaya kita menjadi anak-anak Allah dan dapat mengenalNya. Karena Roh Allah turut bekerja, kita dapat mengubah dunia.
Hari ini Penginjil Yohanes melaporkan dialog kasih antara Yesus dan para muridNya khususnya dengan Petrus. Selama tiga tahun bersama-sama, banyak pengalaman menarik yang mereka rajut bersama. Para murid sendiri bergembira karena ada banyak perubahan di dalam diri mereka sejak awal mereka dijanjikan Yesus untuk menjadi penjala manusia. Ada pengalaman tidak enak dengan perilaku Yudas Iskariot yang menjual Yesus. Petrus sendiri punya pengalaman menyangkal Yesus tiga kali. Mereka juga menyaksikan penderitaan sampai wafat Yesus. Tetapi semua itu sudah berlalu. Kini mereka berada di hadapan Yesus yang sudah bangkit dengan mulia. Kalau kita boleh mengikuti refrain Mazmur antar bacaan, para murid adalah orang yang tulus sehingga dapat memandang wajah Tuhan yang mulia. Ia masih mau menyertai mereka, berekaristi bersama dan mengutus mereka hingga ujung dunia dengan segala penyertaanNya. Parakletos yang dijanjikan berasal dari Bapa dalam nama Yesus akan mengajar segala sesuatu kepada mereka dan mengingatkan segala sesuatu yang diajarkan Yesus sendiri. Ini adalah kekuatan mereka.
Hari ini Penginjil Yohanes melaporkan dialog kasih antara Yesus dan para muridNya khususnya dengan Petrus. Selama tiga tahun bersama-sama, banyak pengalaman menarik yang mereka rajut bersama. Para murid sendiri bergembira karena ada banyak perubahan di dalam diri mereka sejak awal mereka dijanjikan Yesus untuk menjadi penjala manusia. Ada pengalaman tidak enak dengan perilaku Yudas Iskariot yang menjual Yesus. Petrus sendiri punya pengalaman menyangkal Yesus tiga kali. Mereka juga menyaksikan penderitaan sampai wafat Yesus. Tetapi semua itu sudah berlalu. Kini mereka berada di hadapan Yesus yang sudah bangkit dengan mulia. Kalau kita boleh mengikuti refrain Mazmur antar bacaan, para murid adalah orang yang tulus sehingga dapat memandang wajah Tuhan yang mulia. Ia masih mau menyertai mereka, berekaristi bersama dan mengutus mereka hingga ujung dunia dengan segala penyertaanNya. Parakletos yang dijanjikan berasal dari Bapa dalam nama Yesus akan mengajar segala sesuatu kepada mereka dan mengingatkan segala sesuatu yang diajarkan Yesus sendiri. Ini adalah kekuatan mereka.
Petrus setelah berikrar di hadapan Yesus dan keenam teman
lainnya bahwa ia mengasihi Yesus lebih dari segalanya, komitmen baru pun ia
bentuk sesuai ajakan Yesus sendiri: “Ikutlah Aku”. Dua kali Yesus mengatakan hal
ini kepada Petrus untuk mengikutiNya. Mengikuti Yesus berarti mata tertuju
hanya kepadaNya, meniru seluruh hidupNya dan mengambil semua kebajikanNya untuk
dihayati setiap hari. Dalam bahasa Inggris, orang Kristiani biasa di sebut
Christian. Kalau kata CHRISTIAN ini dipenggal menjadi dua suku kata maka akan menjadi: CHRIST-IAN. Ada kata CHRIST yaitu Kristus yang
berarti diurapi atau ditahbiskan. Ada akronim IAN yang boleh dikatakan: I am
nothing. Jadi Christian kalau kita
artikan: Christ, I am nothing! Benar kata Yesus di dalam Injil
Yohanes bahwa terlepas dari Yesus, kita
tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh 15:5). Yesus adalah segalanya, tanpa Yesus kita tidak memiliki hidup.
Hal menarik dalam kebersamaan di komunitas adalah para murid
ini saling mengenal satu
sama lain. Petrus memandang Yohanes sebagai murid kesayangan Yesus. Ia terpesona dan merasa rendah diri di hadapan Yohanes. Itu sebabnya Ia berkata kepada Yesus tentang nasib Yohanes. Tetapi Yesus berkata bahwa hidup kekal itu anugerah istimewa dari Bapa dalam namaNya. Oleh karena itu yang paling penting bagi seorang murid adalah selalu terbuka kepada Tuhan dan mau diselamatkan. Pribadi itu mau mengikuti semua rencanaNya hari demi hari. Dengan demikian Tuhan akan lewat dan mengampuni dosa-dosanya. Mengikuti Yesus berarti ingin memperoleh keselamatan.
Terlepas dari relasi antar pribadi di dalam komunitas, satu hal manusiawi yang ditonjolkan Petrus adalah ia membandingkan dirinya dengan Yohanes, murid kesayangan Yesus. Ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?" Yesus berkata: "Jikalau Aku menghendaki supaya ia tuinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau, ikulah Aku" Memang ini hanya pengalaman manusiawi tetapi sering terjadi di dalam hidup kita. Kita menjadikan orang lain sebagai pembanding. Padahal Tuhan Yesus punya rencana-rencana istimewa bagi keduanya. Petrus dipanggil Tuhan untuk mengikuti Yesus sebagai martir. Ia juga akan dibunuh dengan cara yang sama dengan Yesus. Ini adalah wujud kesaksian imannya. Yohanes adalah satu-satunya murid yang tidak wafat sebagai martir. Usianya panjang dan digunakan untuk mewartakan Allah sebagai kasih. Ia memberi kesaksian tentang Yesus di dalam Injil dan surat-surat serta Wahyu. Jadi dua murid dengan panggilan yang sama tetapi cara mengasihi Yesus berbeda.
sama lain. Petrus memandang Yohanes sebagai murid kesayangan Yesus. Ia terpesona dan merasa rendah diri di hadapan Yohanes. Itu sebabnya Ia berkata kepada Yesus tentang nasib Yohanes. Tetapi Yesus berkata bahwa hidup kekal itu anugerah istimewa dari Bapa dalam namaNya. Oleh karena itu yang paling penting bagi seorang murid adalah selalu terbuka kepada Tuhan dan mau diselamatkan. Pribadi itu mau mengikuti semua rencanaNya hari demi hari. Dengan demikian Tuhan akan lewat dan mengampuni dosa-dosanya. Mengikuti Yesus berarti ingin memperoleh keselamatan.
Terlepas dari relasi antar pribadi di dalam komunitas, satu hal manusiawi yang ditonjolkan Petrus adalah ia membandingkan dirinya dengan Yohanes, murid kesayangan Yesus. Ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?" Yesus berkata: "Jikalau Aku menghendaki supaya ia tuinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau, ikulah Aku" Memang ini hanya pengalaman manusiawi tetapi sering terjadi di dalam hidup kita. Kita menjadikan orang lain sebagai pembanding. Padahal Tuhan Yesus punya rencana-rencana istimewa bagi keduanya. Petrus dipanggil Tuhan untuk mengikuti Yesus sebagai martir. Ia juga akan dibunuh dengan cara yang sama dengan Yesus. Ini adalah wujud kesaksian imannya. Yohanes adalah satu-satunya murid yang tidak wafat sebagai martir. Usianya panjang dan digunakan untuk mewartakan Allah sebagai kasih. Ia memberi kesaksian tentang Yesus di dalam Injil dan surat-surat serta Wahyu. Jadi dua murid dengan panggilan yang sama tetapi cara mengasihi Yesus berbeda.
Pertanyaan yang muncul adalah apa jawaban pasti dari manusia terhadap kasih Kristus?
St.Paulus memberi teladan kekudusan bagi kita semua sebagai Gereja. Paulus tahu bahwa ia akan pergi ke luar negeri yaitu ke Roma dan di sana ia akan menderita sebagai tahanan dipenjarakan. Mengapa ia tidak memilih berlari, menjauh dari segala penderitaan tetapi justru dengan tangan terbuka menerimanya? Paulus hebat. Pernakah anda menyadari proses pembuatan anggur yang diminum? Supaya menghasilkan anggur yang berkualitas maka buah anggur itu harus diperas terus sampai tidak ada airnya. Demikian Paulus dan para rasul menderita supaya Gereja dapat menjadi kuat, tegar selamanya.
Selama berada di Roma, Paulus menyewa rumah. Dan selama dua tahun ia menerima banyak orang yang datang kepadanya. Ia dengan terbuka mewartakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Yesus Kristus. Pengalaman Paulus ini memang sesuai dengan perkataannya kepada Timotius: "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala
kesabaran dan pengajaran" (2Tim 4:2). Di bagian lain Paulus berkata: "Karena jika aku memberitakan injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika tidak memberitakan injil" (1Kor 9:16).
St.Paulus memberi teladan kekudusan bagi kita semua sebagai Gereja. Paulus tahu bahwa ia akan pergi ke luar negeri yaitu ke Roma dan di sana ia akan menderita sebagai tahanan dipenjarakan. Mengapa ia tidak memilih berlari, menjauh dari segala penderitaan tetapi justru dengan tangan terbuka menerimanya? Paulus hebat. Pernakah anda menyadari proses pembuatan anggur yang diminum? Supaya menghasilkan anggur yang berkualitas maka buah anggur itu harus diperas terus sampai tidak ada airnya. Demikian Paulus dan para rasul menderita supaya Gereja dapat menjadi kuat, tegar selamanya.
Selama berada di Roma, Paulus menyewa rumah. Dan selama dua tahun ia menerima banyak orang yang datang kepadanya. Ia dengan terbuka mewartakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Yesus Kristus. Pengalaman Paulus ini memang sesuai dengan perkataannya kepada Timotius: "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala
kesabaran dan pengajaran" (2Tim 4:2). Di bagian lain Paulus berkata: "Karena jika aku memberitakan injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika tidak memberitakan injil" (1Kor 9:16).
Sabda Tuhan mengundang kita untuk menyadari ajakan Tuhan: “Ikutlah
Aku”. Yesus ada di hadapan kita, terus mengajak untuk mengikutiNya. Mengikuti
Yesus berarti menyadari keberadaanNya, meniru segala kebajikan dan
menghayatinya hari demi hari. Mari kita belajar dari Petrus dan Paulus yang
mengikuti Yesus sampai tuntas. Mereka bisa, kita juga pasti bisa.
Doa: Tuhan, semoga hari ini kami boleh menyadari makna panggilan untuk mengikutiMu. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment