Sir 2:1-11
Mzm 37:3-4.18-19.27-28.39-40
Mrk 9:30-37
Nilai rohani sebuah
pelayanan
Kita semua mengenal lagu dengan lirik: “Melayani-melayani
lebih sungguh. Tuhan lebih dulu melayani kepadaku. Melayani, melayani lebih
sungguh”. Lagu ini memang hanya mengulangi kata "melayani" tetapi sebenarnya
dapat membangkitkan semangat yang benar dan sungguh-sungguh untuk melayani
Tuhan dan sesama. Tantangan dalam pelayanan adalah ketidakmampuan pribadi untuk
melupakan apa yang kita lakukan dalam melayani Tuhan dan sesama. Seringkali
orang melayani tetapi penuh perhitungan: menceritakan apa yang sudah sedang
dikerjakan, berapa jumlah uang yang keluar dari dompet sendiri, berapa lama waktu
melayani dan lain sebagainya. Memang sangat manusiawi cerita-cerita seperti ini
karena orang hanya mau menunjukkan bahwa dirinya ada. Tetapi coba kita memandang
kepada Tuhan. Tuhan Yesus melayani para muridNya sampai tuntas dan hanya
mengatakan kepada mereka: “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah
Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu.” (Yoh 13:14).
Penginjil Markus hari ini melaporkan kisah pelayanan Yesus
bersama para muridNya.
Ketika suatu saat melintasi daerah Galilea, Ia mengajar para muridNya: “Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia. Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit” (Mrk 9:31). Pelayanan Yesus yang paling luhur adalah pengorbanan diriNya, bahkan Ia rela dibunuh demi keselamatan umat manusia. Ia sendiri berkata: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Melayani lebih sungguh karena Tuhanlah yang lebih dahulu melayani dengan menyerahkan nyawaNya sampai tuntas. Yesus juga tidak membuat perhitungan apa pun terkait pengorbanan diriNya itu. Dia mengurbankan diriNya karena cintaNya kepada manusia.
Ketika suatu saat melintasi daerah Galilea, Ia mengajar para muridNya: “Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia. Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit” (Mrk 9:31). Pelayanan Yesus yang paling luhur adalah pengorbanan diriNya, bahkan Ia rela dibunuh demi keselamatan umat manusia. Ia sendiri berkata: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Melayani lebih sungguh karena Tuhanlah yang lebih dahulu melayani dengan menyerahkan nyawaNya sampai tuntas. Yesus juga tidak membuat perhitungan apa pun terkait pengorbanan diriNya itu. Dia mengurbankan diriNya karena cintaNya kepada manusia.
Para murid tidak bereaksi atas pernyataan Yesus ini. Dikatakan
bahwa mereka tidak mengerti namun tidak berani bertanya kepada Yesus alasan mengapa
mengatakan masa depanNya demikian kepada mereka. Mengapa demikian? Karena hati
para murid masih tertutup. Mereka memiliki mata tetapi tidak melihat, memiliki
telinga tetapi tidak mendengar. Hati mereka masih penuh dengan ambisi-ambisi
tertentu. Hal ini ditunjukkan dengan perdebatan di
antara mereka tentang siapa yang terbesar sekaligus menjadi pemimpin di antara mereka. Mereka sungguh-sungguh lupa bahwa ketika dipilih menjadi murid, Yesus mau menjadikan mereka sebagai pelayan dalam arti menjadi penjala manusia (Mat 4:19; Mrk 1:17).
antara mereka tentang siapa yang terbesar sekaligus menjadi pemimpin di antara mereka. Mereka sungguh-sungguh lupa bahwa ketika dipilih menjadi murid, Yesus mau menjadikan mereka sebagai pelayan dalam arti menjadi penjala manusia (Mat 4:19; Mrk 1:17).
Yesus tidak terpancing emosi karena kerapuhan hati para murid. Ia berusaha
untuk membina mereka supaya mereka tahu diri dengan berkata: “Jika seorang
ingin menjadi yang terdahulu, hendaknya ia menjadi yang terakhir dari semuanya,
dan menjadi pelayan semuanya” (Mrk 9:35). Tetapi supaya para murid dapat lebih
memahami maksud Yesus, Ia memanggil seorang anak kecil, memeluknya dan berkata:
“Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi namaKu, dia menerima Aku.
Dan barangsiapa menerima Aku, sebenarnya bukan Aku yang mereka terima,
melainkan Dia yang mengutus Aku” (Mrk 9: 37). Menjadi pemimpin atau orang
terkemuka berarti siap untuk melayani. Untuk menjadi pelayan yang baik, orang
harus rela menjadi kecil, tidak terkenal tetapi membuat orang lain menjadi bahagia
dan terkenal.
Sekarang mari kita teliti semua pelayanan yang sedang kita
lakukan. Apakah kita pernah
sadar dan merasa bahwa pelayanan kita akan sukses dan menyenangkan kalau kita juga boleh mengalami disakiti, dianggap tidak berarti apa-apa tetapi kita sendiri tidak putus asa, dan tetap setia melayani? Ataukan yang terjadi adalah rasa putus asa yang membara, kurang percaya diri dan benci yang berkobar-kobar kepada seseorang? Melayani seperti Yesus berarti menderita, memikul salib dan membuat orang lain bahagia.
sadar dan merasa bahwa pelayanan kita akan sukses dan menyenangkan kalau kita juga boleh mengalami disakiti, dianggap tidak berarti apa-apa tetapi kita sendiri tidak putus asa, dan tetap setia melayani? Ataukan yang terjadi adalah rasa putus asa yang membara, kurang percaya diri dan benci yang berkobar-kobar kepada seseorang? Melayani seperti Yesus berarti menderita, memikul salib dan membuat orang lain bahagia.
Kitab Putra Sirak dalam bacaan pertama membantu kita untuk
bertahan dalam penderitaan. Ada aneka pencobaan yang akan dialami sepanjang
hidup namun hal terpenting adalah kesabaran dan kepercayaan kepada Allah. Mengabdi
dengan setia Tuhan berarti siap menghadapi dan mengalami pencobaan. Kita juga
diharapkan untuk selalu bersatu dengan Tuhan dan tidak berpaling dariNya. Mencintai
Tuhan berarti siap dihina, dianiaya. Barangsiapa bertahan maka ia akan memperoleh sukacita kekal di surga. Tuhan memang pengasih dan penyayang, Ia mengampuni dosa dan menyelamatkann di waktu kemalangan.
Tuhan berarti siap dihina, dianiaya. Barangsiapa bertahan maka ia akan memperoleh sukacita kekal di surga. Tuhan memang pengasih dan penyayang, Ia mengampuni dosa dan menyelamatkann di waktu kemalangan.
Sabda Tuhan pada hari ini mengajak kita untuk setia melayani
seperti Yesus sang pelayan sejati. Ia melayani sampai tuntas dengan
mengorbankan diriNya hingga sengsara, wafat dan bangkit pada hari ketiga. Menjadi
pelayan berarti siap untuk dihina, dianiaya dan kalau bertahan dalam situasi
yang sulit maka ia sendiri menyelamatkan nyawanya (Mat 16:25). Yesus sendiri
sebagai Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawa (Mat 20:28). Dalam situasi yang sulit karena penganiayaan,
jangan pernah takut untuk tetap siap melayani Tuhan dan sesama.
Doa: Tuhan Yesus, bantulah kami agar memiliki kemampuan
melayani lebih sungguh lagi di dalam hidup dan karya kami. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment