Kis 25:13-21
Mzm
103:1-2.11-12.19-20ab
Yoh 21:15-19
Mengasihi Yesus lebih
dari...
Ketika mempersiapkan pernikahan sepasang suami istri, saya
ditanya apakah ketika mengucapkan janji nikah harus dengan suara lantang.
Mengapa janji itu tidak di lakukan dengan sebuah bisikan yang rasanya lebih
mesra. Saya mengatakan bahwa janji pernikahan itu memang harus diucapkan dengan
suara lantang karena peristiwa iman ini
disaksikan oleh semua umat yang hadir dan mewakili Gereja. Janji perkawinan
merupakan ikrar publik. Hal yang sama juga dilakukan oleh para imam, biarawan
dan biarawati. Nasihat-nasihat Injili yakni ketaatan, kemiskinan dan kemurnian
diikrarkan secara publik atau di depan umum.
Semua orang menjadi saksi dan ikut mendoakan kesetiaan panggilan baik
sebagai suami, istri maupun biarawan dan biarawati. Pada dasarnya janji
perkawinan atau kaul-kaul kebiaraan mau mengatakan bahwa orang terpanggil itu
akan mengasihi Yesus lebih dari yang lain.
Dalam perkawinan katolik. Para pasutri mengikrarkan sumpah
setia perkawinan mereka untuk setia dalam untung dan malang, di waktu sehat dan
sakit dan untuk saling mengasihi hingga maut memisahkan setiap pribadi di
antara mereka. Para biarawan dan biarawati juga mengikrarkan kaul di depan umum
untuk mengikuti Yesus dari dekat dengan hidup dalam ketaatan, kemiskinan dan
kemurnian. Bentuk-bentuk hidup yang berbeda tetapi merupakan panggilan dari
Tuhan yang mengarah kepada kekudusan.
Penginjil Yohanes hari ini melaporkan bahwa Yesus yang
bangkit mulia menampakkan diriNya di hadapan para Rasul. Sebelumnya Ia makan
bersama mereka kemudian Ia meminta ketulusan hati Petrus sebagai pemimpin yang
sudah Ia tentukan sebelumnya. Dialog ini berlangsung sebanyak tiga kali dengan
penekanan yang berbeda-beda.
Dialog pertama: Di hadapan keenam murid yang lain, Yesus
bertanya kepada Petrus: “Simon, Anak Yohanes, Apakah engkau mengasihi Aku lebih
dari pada mereka ini?” Petrus menjawab, “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa Aku
mengasihi Engkau”. Kata Yesus: “Gembalakanlah domba-dombaKu”. Masih segar dalam
ingatan Petrus bahwa Ia pernah berjanji untuk setia kepada Yesus namun janjinya
ini diingkarinya ketika harus menyangkal Yesus tiga kali. Sekarang ia ditanya
oleh Yesus sendiri apakah ia sungguh-sungguh mengasihiNya lebih dari yang lain.
Petrus tanpa banyak refleksi menjawab
bahwa Tuhan sendiri sudah tahu bahwa ia memang mengasihiNya. Tuhan
memberinya tugas untuk menggembalakan” kambing-kambing yang masih kecil”.
Artinya, Petrus bisa sungguh-sungguh mengasihi Yesus lebih dari yang lain kalau
ia dapat memperhatikan jemaat yang baru mulai peziarahan imannya bersama Yesus.
Tentu saja sebagai gembala ia harus bekerja keras supaya jemaat atau gereja
muda ini bisa bertumbuh. Mereka dibawa oleh Yesus untuk bersatu dengan Tuhan
dan mengalami rahmatNya.Petrus harus menjadi Yesus yang memperhatikan jemaat
terutama yang kecil dan kurang diperhatikan.
Dialog kedua: Yesus bertanya, “Simon, anak Yohanes, apakah
engkau mengasihi Aku?”
Petrus menjawabNya: “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa Aku mengasihi Engkau”. Kata Yesus kepadaNya: “Gembalakanlah domba-dombaKu”. Petrus masih belum sadar juga tentang maksud Yesus. Ia masih berpikir mengasihi dalam arti mengasihi secara manusiawi. Maka ia pun menjawabnya tanpa beban bahwa ia memang mengasihi Yesus. Yesus mengulangi tugas yang harus diemban Petrus untuk menggembalakan domba-dombaNya. Kali ini Yesus tidak mengatakan tentang jemaat yang baru memulai peziarahan iman tetapi mereka yang sudah sedang berziarah dalam iman atau yang sudah percaya kepada Yesus supaya dibimbing menjadi pengikut yang baik. Jemaat ini dibimbing oleh Petrus supaya menyadari bahwa mereka juga sungguh-sungguh dikasihi oleh Tuhan. Mereka mengikuti Tuhan dalam kasih.
Petrus menjawabNya: “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa Aku mengasihi Engkau”. Kata Yesus kepadaNya: “Gembalakanlah domba-dombaKu”. Petrus masih belum sadar juga tentang maksud Yesus. Ia masih berpikir mengasihi dalam arti mengasihi secara manusiawi. Maka ia pun menjawabnya tanpa beban bahwa ia memang mengasihi Yesus. Yesus mengulangi tugas yang harus diemban Petrus untuk menggembalakan domba-dombaNya. Kali ini Yesus tidak mengatakan tentang jemaat yang baru memulai peziarahan iman tetapi mereka yang sudah sedang berziarah dalam iman atau yang sudah percaya kepada Yesus supaya dibimbing menjadi pengikut yang baik. Jemaat ini dibimbing oleh Petrus supaya menyadari bahwa mereka juga sungguh-sungguh dikasihi oleh Tuhan. Mereka mengikuti Tuhan dalam kasih.
Dialog ketiga: Yesus bertanya, “Simon, anak Yohanes, Apakah
engkau mengasihi Aku?”. Petrus sedih karena untuk ketiga kalinya Yesus
melontarkan pertanyaan yang sama. Petrus kali ini sungguh-sungguh sadar akan
kasih maka ia menjawab: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa
Aku mengasihi Engkau.” Yesus berkata: “Gembalakanlah domba-dombaKu”.
Mengapa Petrus merasa sedih? Karena tiga kali Yesus bertanya tentang kemampuan Petrus untuk mengasihi, membuat Petrus teringat pada pengalaman dirinya di mana tiga kali ia menyangkal Yesus. Dengan tiga kali pertanyaan tentang kasih, tiga penyangkalan juga dihapus oleh Tuhan. Petrus mengakui bahwa ia sungguh mengasihi Yesus, meskipun pernah tiga kali menyangkalNya.
Mengapa Petrus merasa sedih? Karena tiga kali Yesus bertanya tentang kemampuan Petrus untuk mengasihi, membuat Petrus teringat pada pengalaman dirinya di mana tiga kali ia menyangkal Yesus. Dengan tiga kali pertanyaan tentang kasih, tiga penyangkalan juga dihapus oleh Tuhan. Petrus mengakui bahwa ia sungguh mengasihi Yesus, meskipun pernah tiga kali menyangkalNya.
Pengalaman Petrus dan Yesus membuat kita berefleksi tentang
kebesaran Tuhan. Tuhan sungguh baik maka Ia tidak memperhitungkan dosa dan
salahnya Petrus. Setelah makan bersama Yesus menyapa Petrus dengan sapaan atau
dialog penuh persaudaraan. Yesus melupakan semua yang sudah terjadi dengan
Petrus di hadiratNya. Cara Yesus
mendidik Petrus untuk mengenal diri sebagai pemimpin itu luar biasa. Ia membuat
Petrus berefleksi sendiri dan menyadari semua hal yang sudah ia lakukan
sebelumnya. Yesus juga mengingatkan Petrus bahwa dalam tugasnya sebagai leader,
ia harus membawa gereja atau jemaat Allah untuk bertumbuh dalam kasih.
Sikap Yesus ini patut kita ikuti terutama ketika berhadapan
dengan seseorang yang pernah membuat kita sakit hati. Seseorang yang pernah
ingkar janji dengan kita. Bahwa orang itu bersikap demikian karena memang
kelemahan manusiawinya tetapi keberadaan kita haruslah seperti Yesus yang
membuat orang itu pulih dan berubah menjadi baik. Yesus berhasil mengubah Petrus
menjadi sadar diri. Petrus pulih dari hidupnya yang lama. Andaikan anda dan
saya tidak memperhitungkan dosa dan salah saudara yang ingkar janji atau yang
melukai kita maka betapa banyak orang yang pulih dari hidupnya. Dunia kita akan
berubah.
Petrus secara manusiawi nyaris lupa akan masa lalunya. Ketika
Yesus membawa dia sampai pada kesadaran akan masa lalu, ia pun menyesal, sedih
dan siap untuk berubah. Proses perubahan bathin bukan merupakan urusan orang
lain. Itu adalah tanggung jawab pribadi dan harus ada komitmen pribadi untuk
berubah. Petrus menyesal dan membangun komitmen untuk berubah dan mengikuti
Yesus. Paulus dalam bacaan pertama membuat komitmen untuk setia kepada Yesus.
Ia dipenjarakan di Kaisarea tetapi tetap berani berkata bahwa Yesus yang ia
ikuti sudah wafat tetapi sungguh-sungguh bangkit dari alam maut.
Sabda Tuhan hari ini mengarahkan kita untuk terbuka pada
semua rencana Tuhan. Kita semua diajak Tuhan Yesus untuk menyadari kelebihan
dan kekurangan kita dan berusaha mengasihi Tuhan lebih dari yang lain. Petrus dan Paulus
mengasihi Yesus lebih dari yang lain dengan keberanian untuk mewartakan
kebangkitan Yesus bahkan wafat sebagai martir. Mari kita pun berjalan dalam
terang kasih Tuhan untuk mengasihiNya lebih dari yang lain.
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk memiliki kemampuan
mengasihiMu lebih dari yang lain. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment