Kej 9:8-15; Mzm 25:4b-5b.6-6bc.8-9;Ul 10;
1 Ptr 3:18-22; Mrk 1:12-15
Masa Pencobaan, Ujian Kesetiaan kepada Allah
Hari ini kita memulai pekan pertama Prapaskah. Boleh dikatakan bahwa masa Prapaskah itu ibarat sebuah retret agung selama 40 hari. Sebuah pertanyaan yang muncul adalah apa kekhasan masa prapaskah? Kita semua sudah tahu jawabannya. Tentu pikiran kita terarah pada puasa dan pantang, karya amal kasih, semangat doa, mendengar Sabda Tuhan, semangat pertobatan dan pendalaman iman di lingkungan. Tentu saja semuanya ini sudah lazim karena menyangkut hal-hal yang umumnya dilakukan oleh setiap umat katolik.
Pertanyaan lebih lanjut adalah apa saja yang secara rohani dapat kita renungkan dan hayati lebih mendalam dalam masa prapaskah? Pada pekan pertama ini sekurang-kurangnya ada dua hal penting sebagai bahan permenungan kita.
Pertama adalah permenungan tentang Sakramen Pembaptisan yang sudah kita terima. Pembaptisan adalah sakramen yang menjadi tanda kita semua dikuduskan pertama kali dalam hidup. Dengan air pembaptisan, nama kita disebut dan dikuduskan oleh Allah Tritunggal Mahakudus. Dengan demikian kita semua menjadi ciptaan baru.
Pembaptisan juga menyerupai Perjanjian kasih antara Allah dan kita sebagai manusia. Sama halnya dengan kekuatan Perjanjian yang dilakukan oleh Allah dengan Nuh dan segala makhluk hidup. Perjanjian itu menunjukkan penyertaan Allah selama-lamanya. Allah menyertai manusia dan segala ciptaan karena Ia telah membuat mereka menjadi baru setelah peristiwa air bah. Maka manusia yang lama yang penuh dengan dosa sudah lenyap dan yang ada sekarang adalah generasi baru yang layak dihadapan Tuhan. Itu sebabnya, di hadapan generasi yang baru ini Allah membuat perjanjian dan sebagai tanda perjanjian itu adalah bahwa Ia menaruh busur di awan dalam bentuk pelangi sehingga setiap kali melihat awan, Allah akan selalu mengingat perjanjianNya. Maka yang terjadi dengan makhluk generasi baru adalah keselamatan total. Allah tidak menghendaki kebinasaan tetapi keselamatannya. Itulah buah pembaptisan bagi setiap pribadi.
Bahtera adalah sarana yang menyelamatkan Nuh dan keluarganya dari kebinasaan. Kristus ibarat Bahtera yang menyelamatkan kita. Dengan air pembaptisan kita semua juga memperoleh keselamatan dalam Kristus. Mengapa? Karena kita percaya kepadaNya. Dalam arti apa kita percaya kepada Kristus? Petrus dalam suratnya menegaskan bahwa kita harus mengakui Yesus sebagai satu-satunya yang wafat satu kali untuk dosa-dosa kita. Dialah persembahan sejati karena mempersembahkan diriNya untuk keselamatan kita. Kristus telah mati dalam daging namun dibangkitkan dalam Roh. Ia juga telah naik ke Surga dan duduk di sisi kanan Bapa dan segala kuasa ditaklukan pada Kristus. Artinya bahwa semua orang yang dibaptis memperoleh keselamatan dalam Kristus. Dia membaptis kita dengan darahNya yang mulia.
Kedua, Pencobaan sebagai saat untuk menujukkan kesetiaan. Pekan pertama ini juga memiliki kekhasan karena kita mendengar kisah Injil tentang Yesus dicobai di Padang Gurun. Yesus tinggal di antara binatang liar dan dilayani oleh para malaikat. Kita lalu mengingat pengalaman Musa dan Elia yang juga dilayani oleh Tuhan dengan makanan dan perlindungan terhadap binatang-binatang buas. Yesus adalah Musa dan Elia baru karena Ia menyampaikan Firman Allah dan menyelamatkan manusia.
Apa artinya pencobaan Yesus bagi kita? Masa prapaskah menjadi saat kita memandang Yesus dan mendengarkan Dia. Dia memulai dengan pergumulan di Padang gurun sebagai simbol perjuangan, kesulitan tetapi Dia harus melewatinya untuk keselamatan manusia. Dampaknya bagi kita adalah masa prapaskah menjadi saat kita juga mengalami pencobaan dan bagaimana kita menunjukkan kesetiaan kepada Allah sebagai orang-orang yang sudah dikuduskan atau sudah dibaptis. Ini berarti sebagai orang-orang yang sudah dikuduskan dalam Pembaptisan, kita pun dipanggil untuk melawan iblis.
Iblis berasal darai kata bahasa Yahudi: syatan atau dalam bahasa kita setan artinya musuh. Orang-orang Yunani menyebutnya diabolos artinya pemfitnah atau pemecah belah. Dengan demikian iblis bisa juga menunjukkan segala sesuatu yang menjadi musuh karena memecah belah persekutuan. Misalnya tindakan korupsi yang merajalela meskipun ada sloga anti korupsi. Tindakan korupsi menghancurkan semangat berbagi terutama dengan kaum papa dan miskin. Tindakan sewenang-wenang dari pribadi atau kelompok tertentu yang mengatasnamakan kebenaran dan keadilan padahal berselimutkan agenda kejahatan terstruktur. Singkatnya, tindakan ketidakadilan terstruktur dalam masyarakat kita. Maka kita sungguh memerlukann generasi baru yang sudah dibaharui dengan rahmat pembaptisan untuk mengubah dunia yang sudah dikuasai oleh diabolos.
Maka dari itu, apakah sebagai orang yang dibaptis kita mampu melawan iblis atau diabolos yang selalu mencari dan menyesatkan serta menghancurkan kita? Apakah kita mampu melewati padang gurun kehidupan kita, lewati pergumulan, perjuangan bahkan salib kehidupan yang harus kita pikul sambil mengikutiNya? Bertahanlah dalam hidup karena Ia menguatkan kita. Dialah Yesus yang sudah menang dalam pencobaan di padang gurun pasti akan memampukan kita untuk menang dalam pergumulan kita.
Doa kita: Tuhan setia bagi orang yang berpegang pada perjanjianNya!
PJSDB
No comments:
Post a Comment