Ul 30:15-20; Mzm 1:1-4.6; Luk 9:22-25
Memikul Salib hari demi hari
Masa
prapaskah diisi dengan puasa dan pantang. Puasa dan pantang memiliki dampak
secara rohani bagi kita dan salah satunya adalah setiap orang semakin akrab
dengan Tuhan, mencintai, mentaati dan menyembahNya.
Dalam
perjalanan dari Mesir ke Tanah Terjanji, orang-orang Yahudi mengalami pasang naik dan pasang surut berelasi dengan
Tuhan. Mereka diingatkan oleh Musa sebagai pemimpin mereka untuk mencintai
Tuhan Allah dengan segenap hati dan akal budi (Ul 6:4-5). Artinya totalitas
kehidupan mereka hanya untuk Tuhan. Oleh Karena itu mereka perlu berdiscernimen
(pembedaan Roh) untuk memutuskan apakah tetap setia kepada Tuhan atau menjauh
dari Tuhan. Proses discernimen ini penting supaya mereka dapat membedakan mana
perbuatan yang baik dari perbuatan yang jahat, kehidupan dari kematian, berkat
dari kutukan. Dengan discernimen ini maka umat Israel tentu diarahkan untuk
mengambil keputusan yang tepat supaya memilih yang baik, hidup dan berkat.
Semuanya ini akan berjalan dengan baik ketika orang menjadi taat pada kehendak
Tuhan.
Ketaatan
pada kehendak Tuhan sudah dihayati oleh Kristus sendiri. Ia menderita, sengsara, wafat dan bangkit untuk
keselamatan manusia. Untuk itu setiap orang yang percaya dan mengikutiNya
harus: menyangkal diri dan memikul salib hari demi hari. Pada zaman Yesus,
salib (Yunani: stauros) hanya diperuntukan bagi orang-orang yang jahat. Bagi
orang-orang Yahudi salib adalah skandal (1Kor 1:18-25) tetapi bagi kita, Salib
adalah keselamatan kita. Dengan memandang salib, kita memandang Juru Selamat yaitu
yang menyelamatkan kita.
Tugas
kita sekarang adalah membawa berkat, kebaikan dan kehidupan bagi sesama. Salib yang benar adalah apabila setiap pengalaman
penderitaan, pergumulan hidup setiap hari berubah menjadi berkat bagi kebaikan
orang lain. Mari kita menyangkal diri dan memikul Salib mengikuti Kristus.
Bersedia?
PJSDB
No comments:
Post a Comment