Yak 2:1-9; Mzm 34:2-3.4-5.6-7; Mrk 8:27-33
Kasih yang sempurna!
W.
D. Hoard pernah berkata: “Kebahagiaan tidak ditentukan oleh berapa banyak
barang yang kita miliki melainkan bagaimana kita menikmati apa yang kita miliki
saat ini. Kita bisa bahagia dengan memiliki sedikit atau bisa juga sengsara
sekali pun memiliki banyak.”
Kata-kata ini kiranya cocok dengan pikiran Yakobus
dalam suratnya. Ia mengingatkan para pengikut Kristus untuk menghayati kasih
Kristus tanpa menjadi hakim bagi orang kaya dan miskin. Baginya, Allah sendiri
memilih orang yang dianggap miskin oleh dunia untuk menjadi kaya dalam iman dan
menjadi ahli waris Kerajaan. Hal ini
berlaku bagi orang yang mengasihi Tuhan dan sesama.
Pengalaman
akan Kerajaan Allah dialami oleh para Rasul bersama Yesus sendiri. Mereka
mengalami bagaimana Yesus menghadirkan Kerajaan Allah dengan opsi perbuatan
kasih bagi orang-orang sakit, orang-orang miskin dan berkekurangan. Pengalaman
ini juga yang mau dibuktikan dalam pengakuan iman ketika Yesus bertanya tentang
identitasNya. Yesus berkata: “Kata orang siapakah Aku ini?” Dan para rasul
leluasa mengulangi kata orang tentang Yesus sebagai Yohanes Pembaptis, Elia
atau seorang nabi yang sudah mereka lupa namanya. Pertanyaan menjadi sulit
dijawab ketika Yesus bertanya, “Menurut kamu sendiri siapakah Aku?” Dengan
bantuan rahmat Bapa di Surga maka Petrus mengakui iman dengan mengatakan:
“Engkaulah adalah Mesias”
Penginjil
Markus juga memperkenalkan gelar baru dari Yesus yakni Anak Manusia. Gelar ini
merujuk pada Yesus yang akan menderita, ditolak, wafat dan bangkit dari alam
maut. Gelar Anak manusia ini berdampak pada penolakan Petrus terhadap
penderitaan yang akan dialami Kristus sampai wafatNya. Inilah yang membuat
Yesus menegur Petrus dengan keras. Mengikuti Kristus berarti siap memikul salib
hari demi hari.
Hidup
kristiani menjadi indah ketika kita mengambil semangat Yesus untuk berkurban
dan menghayati cinta kasih. Artinya kita dipanggil untuk memperhatikan kaum
papa dan miskin seperti Yesus sendiri (Luk 4:18-19). Kita juga bersedia
menderita demi kebaikan sesama kita. Wujud nyata gerakan mesianis dalam hidup
kristiani adalah membuat orang lain bahagia dan kudus di hadirat Tuhan. Apakah
kita mampu mengikuti jejak Kristus?
PJSDB
No comments:
Post a Comment