Yak 1:19-27; Mzm 15:2-3ab.3cd-4ab.5; Mrk 8:22-26
Proses Pertobatan yang bertahap
Setiap kali mendengar pembacaan
Kitab Suci di dalam Ekaristi, selalu ada dialog istimewa. Kalau bacaannya bukan
bacaan Injil selalu diakhiri dengan kalimat: “Demikianlah Sabda Tuhan”, dan
umat menjawab, “Syukur kepada Allah”. Kalau bacaannya dari bacaan Injil maka
kadang diakhiri dengan kalimat ini: “Berbahagialah orang yang mendengarkan
Sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya”, dan umat menjawab,”SabdaMu adalah
jalan, kebenaran dan hidup kami”. Mungkin ungkapan-ungkapan seperti ini sudah
mahir diucapkan sehingga tidak memiliki makna lagi.
Yakobus hari ini mengajak kita
semua untuk menjadi Pelaksana Sabda bukan hanya sebagai Pendengar Sabda. Kalau
orang hanya mendengar Sabda dan tidak melakukannya, dia seumpama orang yang
memandang sebuah cermin dan mengamat-amati wajahnya. Sesudah memandang dirinya,
ia pergi meninggalkan cermin dan melupakan semua yang dilihatnya di cermin.
Sikap mendengar Sabda hendaknya menjadi nyata dalam tindakan hidup. Apa yang
didengar diungkapkan dalam perbuatan nyata. Itulah sebuah ibadah sejati dan
kudus yakni perbuatan kasih kepada para yatim piatu, para janda, dan kekudusan diri sendiri.
Perbuatan kasih dilakukan Yesus
dalam Injil kepada seorang buta di Betsaida. Proses penyembuhannya unik: Yesus memegang
tangannya, membawanya keluar kampung, meludahi matanya, dan meletakan tangan
pada mata si buta sebanyak dua kali. Orang buta ini tidak melihat namun dia
percaya bahwa Tuhan Yesus akan melakukan sesuatu yang baik baginya. Dia berbeda
dengan para murid yang sehari-hari melihat Yesus dan karyaNya namun belum sepenuhnya
percaya. Maka poin penting di sini bukan pada penyembuhan matanya yang buta
tetapi proses pertobatan yang bertahap yang dilakukan Yesus terhadap si buta
ini. Pertobatan bertahap ini juga hendaknya menjadi bagian dari setiap murid
Yesus.
Sabda Tuhan adalah pelita bagi
kaki dan terang bagi jalan setiap orang. Oleh karena itu kemampuan untuk
mendengar Sabda hendaknya sejalan dengan kemampuan untuk melakukan Sabda di
dalam hidup. Artinya mendengar Sabda harus sinkron dengan kehidupan yang nyata.
Misalnya dengan mendengar ajaran cinta kasih maka setiap pribadi harus
melakukannya dalam perbuatan kasih. Perbuatan kasih ini juga akan membantu
proses pertobatan diri secara bertahap. Dengan demikian kita semakin peka
terhadap diri sendiri dan juga terhadap sesama lain. Apakah Sabda Tuhan hanya
dibaca, didengar, direnungkan dan lupa dilakukan atau? Pikirkanlah dalam
dirimu!
PJSDB
PJSDB
No comments:
Post a Comment