Friday, January 17, 2014

Homili 17 Januari 2014

St. Antonius, Abas
1Sam 8:4-7.10-22a
Mzm 89:16-19
Mrk 2:1-12


Tuhan adalah Raja


Suasana menjelang pemilihan umum April 2014 semakin panas. Partai-partai politik mengalami krisis kepercayaan dari para pemilih karena banyak kader partai yang melakukan tindakan kejahatan berupa korupsi. Para pelaku kejahatan korupsi belum pernah legowo mengakui kesalahan dan meminta maaf di depan publik. Mereka justru mendadak menjadi kudus dengan busana tertentu, tertawa dan mengangkat tangan sambil tertawa di depan Televisi. Hati nurani mereka benar-benar tumpul atau mungkin mereka tidak lagi memilikiinya. Pada hari-hari terakhir ini partai Demokrat diguncang lagi dengan munculnya nama Sutan Bhatoegana karena ada dugaan suap Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas. Para elit politik saling memakan dan rakat menonton dan dikorbankan. Krisis leadership ini memang amat menakutkan karena pada akhirnya rakyat juga yang menjadi korban.

Mengapa orang suka melakukan kejahatan korupsi? Mungkin karena hati mereka berada bersama uang dan harta lainnya. Situasi ini sepertinya berlangsung melebihi tujuh turunan. Dalam perjalanan ke Jakarta saya melihat sebuah stiker di mobil seseorang: “Kami merindukan seorang pemimpin yang bersih!” Bagi saya, ini adalah harapan yang besar dari banyak orang di negeri ini. Pemimpin yang bersih itu memiliki iman dan siap untuk mengabdi dalam kasih. Sayang sekali karena banyak pemimpin memang mengklaim dirinya beriman tetapi tidak mampu untuk mengasihi dan berlaku adil. Maka wajarlah kalau mereka selalu jatuh dalam dosa ketidakadilan sosial.

Pada hari ini kita mendengar kisah Samuel. Ia didatangi para tua Israel untuk memintanya mengangkat seorang raja untuk memerintah mereka. Permintaan ini membuat Samuel kesal hatinya. Bagi Samuel, Tuhan sendiri adalah Raja mereka, mengapa mereka harus memintanya mengangkat seorang raja lain? Samuel berdoa meminta petunjuk dari Tuhan. Tuhan mengatakan kepadanya untuk mengikuti kemauan para tua Israel. Tuhan sudah tahu bahwa Israel justru akan menolakNya bukan Samuel. Mereka tidak mau Tuhan menjadi Raja atas mereka. Samuel pun mengatakan semua Sabda Tuhan kepada mereka. Bagi Samuel, raja terpilih akan memerintah mereka khususnya anak laki-laki untuk bekerja sebagai penarik kereta kuda (gerobak), kepala pasukan dalam berperang, membajak ladang, menanam dan menuai, mereka membuat senjata dan perkakas-perkakas keretanya. Raja yang mereka inginkan itu akan berlaku tidak adil terhadap mereka. Namun demikian semua perkataan samuel ini tidak didengar, mereka tetap mau memiliki raja seperti bangsa-bangsa lain.

Kita melihat di sini sebuah hal ekstrim yang ditunjukkan para tua Israel yakni menolak Tuhan sebagai raja mereka. Padahal nenek moyang bangsa Israel keluar dari Mesir karena campur tangan Tuhan. Dia berlaku sebagai raja yang punya kuasa untuk memimpin mereka di dalam diri Musa. Saya ingat sang pemazmur berdoa: “Tuhan adalah Raja untuk seterusnya dan selama-lamanya.” (Mzm 10:16). Tuhan sendirilah yang empunya Kerajaan, Dialah yang memerintah atas segala bangsa. (Mzm 22:29). Tuhan adalah raja mulia selamanya. Andaikan saja para pemimpin itu menyadari bahwa Tuhan adalah satu-satunya pemimpin, raja maka mereka akan menjadi abdi Tuhan yang baik. Mereka berlaku adil dan jujur. 

Situasi yang dialami para tua Israel pada zaman samuel kiranya ada sedikit kemiripan dengan situasi kita saat ini. Banyak orang bermimpi sekaligus berharap supaya memiliki pemimpin yang baik. Tentu saja tidak ada yang kurang, karena harapan akan kuasa Tuhan juga ada. Ketika seseorang dilantik atau diambil sumpahnya selalu ada kalimat “Demi Tuhan”. Masalahnya adalah orang belum sadar atau belum beriman karena setelah berjanji atau bersumpah, langsung saja janji itu dilanggar dengan aneka dosa dan kejahatan. Rakyat dipaksa untuk memilih figur ini dan itu tetapi ketika sudah menjadi pemimpin, mereka justru melupakan bahkan mengorbankan rakyat kecil.

Iman adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada semua orang. Dalam bacaan Injil hari ini kita disadarkan oleh Yesus untuk bertumbuh dalam iman. Ada seorang lumpuh disembuhkan karena iman dan usaha keras dari sesamanya yakni 4 orang yang mengusungnya. Tuhan Yesus melihat iman dari sesama si lumpuh. Maka Yesus pun melakukan mukjizat dengan menyembuhkan si lumpuh. Tiga hal yang dilakukan Yesus dalam kisah Injil hari ini sangat inspiratif bagi kita: Mengampuni, mengajar dan menyembuhkan. Apakah kehadiran kita dapat juga menjadi sebuah kehadiran yang menyembuhkan dan menguatkan sesama? 

Doa: Tuhan, Engkau adalah Raja kami, dalam lindunganMu, kami akan aman selamanya. Amen.


PJSDB

No comments:

Post a Comment