Jumat Oktaf Paskah
Kis 4:1-12
Mzm 118: 1-2.4.22-27a;
Yoh 21:1-14
“Pergi menangkap ikan”
Peristiwa Yesus di Yerusalem sudah
berakhir. Semua pengikutNya dari Galilea hingga Yudea yang kebetulan hadir
dalam perayaan paskah Yahudi dan menyaksikan kematianNya di Salib memilih untuk
kembali ke kampung halaman mereka. Pada saat yang bersamaan, berita sukacita
tentang kebangkitanNya dialami oleh para MuridNya dan mereka saling meneguhkan
satu sama lain. Yesus pun menampakan diriNya kepada mereka dan meneguhkan
mereka dengan kata “shalom”. Maria Magdalena dan para wanita lain pada hari
pertama Minggu itu sudah mengatakan bahwa Yesus telah bangkit dan Ia menginginkan
supaya saudara-saudaraNya pergi ke Galilea dan menjumpaiNya di sana (Mat 28:7).
Para saudara Yesus adalah kesebelas Rasul dan para murid lain yang setia
kepadaNya. Bunda Maria juga ada dalam komunitas ini.
Pada umumNya pekerjaan para Rasul
sebelum mengikuti Yesus adalah sebagai nelayan. Itu sebabnya Petrus tanpa
segan-segan berkata kepada keenam temannya untuk pergi menangkap ikan. “Aku
pergi menangkap ikan” (Yoh 21: 3). Keenam temannya juga berkata: “Kami juga
pergi bersamamu” (Yoh 21:3). Diceritakan bahwa sepanjang malam mereka mencari
ikan tetapi tidak menangkap apa-apa. Pada hari sudah mulai siang, mereka
melihat Yesus berdiri di pantai tetapi mereka tidak mengenalNya. Ketika Yesus
bertanya kepada mereka apakah mereka memiliki lauk pauk, mereka dengan jujur
mengatakan tidak ada sehingga Yesus menyuruh mereka untuk menebarkan jala di
sebelah kanan perahu.Yesus berkata: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan
perahu, maka kamu akan memperolehnya.” Mereka melakukan kehendak Yesus yang
bangkit dan mendapat 153 ekor ikan, jala mereka juga tidak koyak. Peristiwa ini
membuka mata murid yang dikasihi Yesus untuk mengakui imannya: “Itu Tuhan”. Yesus
pun menyiapkan sarapan berupa roti dan ikan dan melayani mereka.
Kisah penampakan Yesus di pantai
danau Tiberias ini menarik perhatian kita. Dalam tradisi Injil Sinoptik, para
rasul sudah diberi komando oleh Yesus untuk menjadi penjala manusia (Mrk 1:17).
Menjadi penjala manusia bukan berarti mengambil jala dan menangkap banyak orang
untuk percaya kepada Yesus. Menjala manusia berarti berjumpa dengan
pribadi-pribadi, membuat mereka mengalami Yesus dan percaya kepadaNya, membantu
mereka untuk hidup sejahtera sebagai anugerah. Jadi mereka tidak hanya beriman
dengan perut kosong, tetapi beriman dengan perut yang kenyang. Membantu pribadi-pribadi
untuk bertumbuh dalam iman dan sejahtera dalam hidup.
Kisah ini juga menyadarkan kita
pada kehendak Yesus supaya GerejaNya berkembang. Petrus sebagai pimpinan hendak
pergi menangkap ikan dan keenam rasul lainnya juga mau ikut Petrus menangkap
ikan pada malam hari. Ungkapan ini menunjukkan bahwa Petrus dan teman-temannya seolah-olah
lupa pada kata Yesus, “Terlepas dari Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh
15:5). Mereka bekerja sendiri tanpa Yesus, terlalu mengandalkan diri karena
pengalaman sebelumnya sebagai nelayan (symbol malam hari). Dengan sikap seperti
ini mereka pun tidak mendapat apa-apa. Ketika mereka mendapat kesadaran tentang
kehadiran Yesus (disimbolkan dengan hari sudah mulai siang), mereka melihat
Yesus, Ia memberi komando untuk menebarkan jalas di samping kanan perahu (kanan
adalah symbol kuasa Tuhan) maka mereka menangkap begitu banyak ikan. Angka 153
adalah angka simbolis yang juga menunjukkan kesempurnaan: 50 x 3 + 3. Kesadaran
mereka sempurna akan kehadiran Kristus ketika mereka berekaristi bersama. Yesus
melayani mereka dengan ikan dan roti yang sudah disiapkanNya.
Kita melihat penyertaan Yesus
yang luar biasa. Ia mendidik para murid untuk tidak boleh mengandalkan dirinya
sendiri tetapi selalu bersandar padaNya. Gereja sebagai kumpulan
pribadi-pribadi yang percaya kepada Yesus dapat bertumbuh karena penyertaan
Tuhan. “Aku akan menyertai kamu hingga akhir zaman” (Mat 28:20). Gereja juga
dikuatkan terus menerus oleh Tuhan karena Ekaristi yang senantiasa dirayakan
bersama-sama. Ekaristi merupakan saat untuk mengenang kembali paskah Kristus,
tetapi juga menjadi saat di mana Tuhan Yesus melayani GerejaNya dengan SabdaNya
dan Tubuh dan DarahNya. Maka tugas gereja adalah “menangkap manusia” dan
membantu mereka bertumbuh dalam iman akan Yesus dan sejahtera di dalam
hidupnya.
Tentu saja perlu disadari bahwa
usaha untuk menjala manusia ini tidaklah mudah. Yesus sendiri ketika mewartakan
Kerajaan Allah, Ia juga menderita sampai wafat di kayu salib. Demikian akan
terjadi dengan para muridNya. Mereka juga mengalami penderitaan dan penolakan
di mana-mana. Mereka juga akan dianiaya dan Yesus berkata: “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan
kepadamu difitnakan segala yang jahat. Bersukacitalah dan bergembiralah, karena
upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang
sebelum kamu.” (Mat 5:11-12).
Kata-kata Yesus ini dialami oleh
Petrus dan Yohanes. Setelah menyembuhkan seorang lumpuh, mereka mengajar banyak
orang namun mereka didatangi oleh para imam kepala dan orang-orang Saduki serta
memarahi mereka berdua karena mengajar banyak orang tentang kebangkitan Yesus
dari kematianNya. Mereka pun ditangkap, ditahan dan disidangkan. Petrus penuh
dengan Roh Kudus bersaksi bahwa dalam nama Yesus yang bangkit, orang lumpuh itu
dapat disembuhkan. Ia juga berkata, “Yesus
adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan yaitu kamu sendiri (para
imam kepala dan pemimpin Yahudi), namun Ia telah menjadi batu penjuru dan keselamatan
tidak ada di dalam diri siapapun selain di dalam Dia. Nama Yesus adalah nama
yang menyelamatkan semua orang di bawah kolong langit ini” (Kis 4: 11-12).
Sabda Tuhan pada hari ini sangat
menguatkan kita semua. Kita bersyukur karena Yesus yang bangkit dengan mulia
senantiasa menyertai GerejaNya. Dia menyertai kita semua sebagai orang-orang
yang percaya padaNya. Dia senantiasa melayani GerejaNya dalam Sakramen
Ekaristi. Saat di mana Dia melayani, Dia membagi-bagi kehidupanNya melalui
Sabda dan Tubuh serta DarahNya untuk kita. Dia juga yang senantiasa menguatkan
para muridNya manakala mereka mengalami perlakuan yang tidak adil, dianiaya,
ditahan dan diadili karena namaNya. Ia sendiri menjanjikan upah yang besar di
Surga.
Mari, sebagai Gereja kita “pergi
menangkap ikan”, bukan lagi bekerja sendiri, mengandalkan kekuatan diri
sendiri, tetapi bekerja sebagai team di mana Tuhan hadir dan mendampingi kita
sampai akhir zaman.
PJSDB
No comments:
Post a Comment