Kamis Pekan III Paskah
Kis 8:26-40
Mzm 66:8-9.16-17.20
Yoh 6:44-51
“Diajar oleh Allah”
Diskursus Yesus tentang Roti
Hidup berlanjut. Dalam pengajaranNya di dalam Rumah Ibadat di Kapernaum Yesus
berkata, “Tidak seorang pun dapat datang
kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku; dan ia akan
Kubangkitkan pada akhir zaman.” Perkataan ini diungkapkan Yesus untuk
memurnikan motivasi orang-orang yang sudah makan roti dan ikan dalam mengikuti
Yesus. Artinya, motivasi mereka seharusnya bukan lagi soal makanan dan minuman
yang dapat lenyap melainkan pribadi Yesus yang hendaknya menjadi alasan pokok
pencarian mereka.
Untuk mempertegas pengajaranNya,
Yesus mengatakan bahwa BapaNya telah mengatakan lewat para nabi bahwa “Ia akan
mengajar umatNya”. Allah menjadi guru atau tutor. Tentang hal ini, nabi Yesaya
berkata, “Semua anakmu akan menjadi murid
Tuhan dan besarlah kesejahteraan mereka” (Yes 54:13).Perkataan nabi Yesaya ini
menunjukkan bagaimana orang-orang Yahudi yang kembali dari Babilonia masih
penuh kebingungan. Mereka butuh Tuhan melalui para nabi untuk mengarahkan
mereka kepada keselamatan. Itu sebabnya Tuhan sendiri berjanji untuk mengajar
mereka. Pengajaran Tuhan melalui para nabi ini berisi janji-janji akan
keselamatan. Nabi Yeremia memahami janji Tuhan ini sebagai sebuah perjanjian
baru yakni bahwa semua orang akan mengenal Allah (Yer 31:33-34). Santo Paulus dalam
dunia Perjanjian Baru percaya bahwa Allah mengajar umatNya tentang bagaimana
mengasihi satu sama lain (1Tes 4:9).
Yesus melanjutkan pengajaranNya
dengan mengulangi pentingnya percaya kepadaNya karena Dialah yang melihat Bapa.
“Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia
mempunyai hidup yang kekal.” Percaya bahwa Yesus adalah Roti Hidup yang
turun dari surga. Itu sebabnya Ia berkata, “Jikalau
seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan roti yang
Kuberikan itu adalah dagingKu, yang Kuberikan untuk hidup dunia”. Pengajaran
Yesus ini tetap dikenang di dalam Gereja terutama dalam Sakramen Ekaristi.
Ekaristi membuat iman kita bertumbuh.
Tentu saja untuk bertumbuh dalam
iman kita semua diarahkan untuk kembali kepada Yesus sebagai pusat hidup kita. Yesus
yang kita temukan di dalam Kitab Suci dan yang tetap dikenang dalam sakramen-sakramen
di dalam Gereja. Lukas dalam Kisah Para Rasul melukiskan satu bentuk
penginjilan yang bagus teristimewa penginjilan yang dilakukan Filipus terhadap
sida-sida dari Etiopia. Sida-sida ini melakukan peziarahan ke Yerusalem untuk
beribadah dan kembali ke Etiopia dan mengisi waktu perjalanannya dengan membaca
Kitab Suci. Kebetulan Ia membaca tentang hamba yang menderita dalam Kitab nabi
Yesaya. Filipus lalu menjelaskan isi kitab nabi Yesaya ini dan membantunya
untuk mengerti bahwa yang dimaksudkan adalah Yesus dari Nazaret. Filipus
bertanya kepada sida-sida apakah ia percaya dan ketika ia mengatakan percaya
kepada Yesus maka sida-sida ini juga dibaptis. Ia masuk ke dalam air lalu
keluar dari dalam air. Sebuah symbol hidup lama telah berubah menjadi hidup
baru dalam Yesus Kristus.
Sabda Tuhan pada hari ini sangat
kaya dengan pengalaman rohani. Pertama,
Yesus menegaskan bahwa Dialah Roti Surga yang menjadi makanan rohani bagi
setiap orang yang percaya sehingga mereka dapat memiliki hidup yang kekal.
Perkataan Yesus ini nyata dalam pengalaman Ekaristi sebagai puncak hidup iman
kristiani. Di dalam Ekaristi kita dikuatkan oleh Tuhan melalui Sabda dan Tubuh
serta Darah Kristus. Pertanyaan bagi kita, apakah kita sungguh percaya akan
kehadiran Kristus di dalam Ekaristi? Apakah Ekaristi memiliki daya mengubah
hidup kita yang fana menjadi hidup menuju keabadian?
Kedua, Pengalaman Sida-Sida Etiopia. Ia pergi ke Yerusalem,
berziarah dan menggunakan waktunya untuk membaca Kitab Suci. Ia membutuhkan
Orang lain untuk mendampinginya sehingga dapat memahami Kitab Suci. Setelah
memahami Kitab Suci, Ia dibaptis. Imannya bertumbuh dalam Sabda dan berakar
dalam Sakramen pembaptisan. Pengalaman ini mirip dengan hidup kristiani. Kita
berjumpa dengan Yesus dalam Sabda dan dikuduskan dalam Pembaptisan. Pertanyaan
bagi kita, apakah kita terbuka untuk menerima orang-orang yang mendampingi kita
untuk memahami Kitab Suci? Bagaimana sikap kita terhadap homili para romo?
Mungkin sebagai umat terlalu idealis menilai homili para romo padahal lihatlah
hal sederhana yang dilakukan Filipus, ternyata dapat membuahkan hasil.
Sida-sida itu kembali ke rumahnya membawa Yesus. Apa yang anda bawa dari Gereja
setelah merayakan Ekaristi? Pengalaman Filipus juga mengoreksi para romo yang
mengandalkan dirinya dan lupa mengandalkan Tuhan. Dengan homili yang sederhana
ternyata memiliki daya yang lebih besar.
Ketiga, Penginjilan atau Evangelisasi. Filipus mendapat perintah
Tuhan untuk mengadakan evangelisasi sederhana. Ia menerangkan Kitab Suci dan
membaptis Sida-Sida. Jadi yang ditonjolkan pertama adalah kuasa Tuhan dalam
Sabda bukan sekedar membaptis lebih dahulu baru mengenal Tuhan. Kadang-kadang
orang menuntut dan bangga dengan jumlah umat dan mengabaikan kualitas.
Sebaiknya kualitas umat lebih bernilai daripada jumlah umat yang banyak tetapi tidak
berkualitas.
Saya menutup renungan ini dengan
mengingat perkataan St. Ignasiusdari Antiokia.Ia mengatakan bahwa perjalanan
hidup rohani itu indah dan setiap orang pasti melewatinya. Dari pengalaman
bersama Sabda yakni menerima, memahami dan mengimani Sabda maka orang siap
dikuduskan dalam pembaptisan. Setelah dikuduskan dalam Pembaptisan, orang
dikuatkan dalam Ekaristi. Dari Ekaristi ortang siap diutus untuk melakukan
evangeliasasi.
Doa: Tuhan, terima kasih atas
segala anugerahMu. Engkau memberi segalanya bagi kami.Engkau mengajar kami
untuk menjadi baru dan kekal dalam hidup. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment