Kis 9:1-20
Mzm 117:1-2
Yoh 6:52-59
Berapa harga sebuah kasih?
Berita menggemparkan! Sebuah kapal
penumpang tenggelam di lautan pasifik. Seorang ibu dan anaknya terdampar di
pantai tak berpenghuni. Tidak ada makanan dan minuman di daerah asing itu.
Untuk menyelamatkan diri dan anaknya, ibu itu memotong daging tubuhnya sedikit
demi sedikit, memakannya dan menjadi makanan anaknya juga. Setelah seminggu,
para nelayan menemukan ibu itu tak berdaya bersama anaknya di pinggir pantai. Mereka
menolongnya dan ketika sembuh ia berkata kepada anaknya, “Anakku, engkau tidak
hanya tinggal di dalam rahimku, engkau juga masih bertahan hidup karena darah
dan dagingku. Tibi dabo!"
Mengasihi berarti memberikan
segalanya (tibi dabo) demi kebahagiaan orang yang dikasihi. Ibu dalam kisah ini
memberi segalanya untuk menyelamatkan anaknya. Tepat sekali apa yang dikatakan Yesus,
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari
pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh
15:13). Memang, Yesus telah menebus kita dari cara hidup kita yang sia-sia “bukan dengan barang yang fana, bukan pula
dengan perak atau emas melainkan dengan darah yang mahal yaitu darah Kristus”
(1Pt 1:18-19). Yesus dalam pengajaran tentang Roti Hidup sekali lagi berkata, “DagingKu adalah benar-benar makanan dan
DarahKu benar-benar minuman. Barangsiapa makan dagingKu dan minum DarahKu ia
tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yoh 6:55-56). Jadi, mengasihi secara
sempurna adalah ketika kita memberi diri secara total untuk orang yang dikasihi.
Paulus menangkap ide kasih yang
sempurna dari Tuhan. Sebelumnya ia hanya seorang Saulus yang kejam terhadap
para pengikut Kristus, tetapi setelah “ditangkap” oleh Tuhan, ia menghayati
kasih yang sempurna kepada Yesus sampai tuntas.Tuhan berfirman kepada Ananias
untuk memberkati Saulus yang berubah menjadi Paulus, “Orang ini adalah pilihan bagiKu untuk memberitakan namaKu kepada
bangsa-bangsa lain, kepada raja-raja dan orang Israel dan ia akan banyak
menderita karena namaKu”. Firman Tuhan ini sungguh digenapi Paulus. Ia banyak
menderita dalam mewartakan Injil.
Sabda Tuhan membuka wawasan kita
tentang betapa berharganya sebuah kasih. Orang yang saling mengasihi harus rela
berkorban dari saat ke saat untuk kebahagiaan orang yang dikasihi. Pandanglah
Tuhan Yesus di Salib dan pahamilah kasih sejati dan sempurna. Pandanglah wajah
orang tua, anak dan cucu dan lihatlah kasih yang mengalir dari sana. Kasih itu
segalanya karena Allah sendiri adalah kasih!
Sabda Tuhan juga membantu kita untuk memahami Ekaristi sebagai Sakramen cinta kasih. Tuhan Yesus memberikan Tubuh dan DarahNya yang selalu kita kenang dn rasakan saat berekaristi bersama sebagai santapan rohani. Hendaknya kita mengambil kekuatan kasih Tuhan dalam Ekaristi dan kita berbagi dengan sesama. Tentu dunia kita menjadi baru dan indah karena kasih sayang.
Di samping kasih, permenungan lain yang juga sangat indah adalah metanoia. Perubahan radikal dari hidup lama ke hidup baru. Saulus berubah menjadi Paulus. Saulus yang bengis katena mengejar dan menganiaya para pengikut Kristus menjadi Paulus yang berbicara tentang kasih bahwa kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong (1Kor 13:4). Pengalaman pertobatan Paulus ini hendaknya menjadi pengalaman setiap murid Kristus, setiap orang yang dibaptis. Tentu orang perlu merasakan panggilan istimewa hari demi hari dari Tuhan untuk bertobat.
Sabda Tuhan juga membantu kita untuk memahami Ekaristi sebagai Sakramen cinta kasih. Tuhan Yesus memberikan Tubuh dan DarahNya yang selalu kita kenang dn rasakan saat berekaristi bersama sebagai santapan rohani. Hendaknya kita mengambil kekuatan kasih Tuhan dalam Ekaristi dan kita berbagi dengan sesama. Tentu dunia kita menjadi baru dan indah karena kasih sayang.
Di samping kasih, permenungan lain yang juga sangat indah adalah metanoia. Perubahan radikal dari hidup lama ke hidup baru. Saulus berubah menjadi Paulus. Saulus yang bengis katena mengejar dan menganiaya para pengikut Kristus menjadi Paulus yang berbicara tentang kasih bahwa kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong (1Kor 13:4). Pengalaman pertobatan Paulus ini hendaknya menjadi pengalaman setiap murid Kristus, setiap orang yang dibaptis. Tentu orang perlu merasakan panggilan istimewa hari demi hari dari Tuhan untuk bertobat.
Mari kita bertumbuh dalam kasih sayang!
PJSDB
No comments:
Post a Comment