Tuesday, December 10, 2019

Food For Thought: Membangun kultur kehidupan bukan kematian

Tuhan menghendakimu hidup

Saya pernah mendoakan seorang yang sedang sakit keras. Setelah memberinya minyak suci ia memandang saya, dan berusaha untuk mengucapkan terima kasih atas pelayanan yang saya berikan kepadanya. Saya tersenyum dan mengatakan kepadanya: "Tuhan menghendakimu hidup!" Dia mengangguk sebentar dan langsung tertidur lelap. Saya sendiri berpikir bahwa saat itu menjadi saat terakhir baginya dan saya percaya bahwa Tuhan pasti memberinya kebahagiaan abadi di surga. Setelah dua minggu, ia mengunjungi saya di pastoran. Ia mengatakan bahwa ada kata-kata saya yang menguatkannya di saat ia sedang sakit yakni 'Tuhan menghendakimu hidup'. Ia mengamini kata-kata ini dan percaya bahwa Tuhan akan memulihkannya. Ia pulih, sembuh total. Mukjizat benar-benar nyata di dalam hidupnya.

Saya sendiri kaget ketika menjumpainya. Setelah mendengar semua cerita, terutama pengalaman iman yang menyembuhkannya ini maka saya sendiri merasa dikuatkan. Banyak kali Tuhan berkarya melalui pengalaman-pengalaman yang kecil dan sederhana. Apa yang tidak kita pikirkan dan harapkan ternyata menjadi kekuatan yang menyembuhkan. Saya hanyalah abdi Tuhan yang datang untuk mendoakan dan memberkatinya. Kata-kata yang saya ucapkan juga sangat spontan bahwa Tuhan menghendakinya untuk hidup. Tuhan menganugerahkan mukjizat kesembuhan kepadanya.

Saya mengingat perkataan Paus Fransiskus, dalam Seruan Apostolik Pascasinode 'Christus Vivit' mengatakan: "Kristus hidup. Dia adalah harapan kita dan kemudaan paling indah dari dunia ini. Apa pun yang disentuh oleh-Nya menjadi muda, menjadi baru, dipenuhi hidup. Maka, kata-kata pertama yang ingin saya sampaikan kepada setiap orang muda Kristiani adalah: Dia hidup dan ingin agar engkau hidup!" (CV, 1). Paus Fransiskus benar ketika mengatakan bahwa Kristus hidup dan Dialah harapan kita. Dia hidup dan menghendaki supaya kita juga hidup.

Tuhan menghendakimu untuk hidup. kata-kata sederhana ini membangunkan banyak orang dari tidur imannya. Pada saat ini masih banyak orang yang tidak menghargai nilai-nilai luhur kehidupan manusia. Kita tidak dapat menutup mata terhadap orang-orang yang melecehkan manusia lain, pedofilia, pemerkosaan, perdagangan manusia dan berbagai tindakan lain yang tidak manusiawi. Ada anak-anak perempuan yang hamil di luar nikah atau ibu-ibu yang berselingkuh, melahirkan dan membuang bayinya di tempat sampah. Ini benar-benar kultur kematian bukan kultur  kehidupan. Tuhan menghendaki anda dan saya hidup!

Masa Adventus menjadi kesempatan bagi kita untuk membaharui diri dan memperjuangkan kultur kehidupan bukan kultur kematian. Kelahiran Yesus adalah harapan bagi kita semua. Dia mengajar kita kultur kehidupan bukan kultur kematian.


P. John Laba, SDB

No comments:

Post a Comment