Sunday, July 19, 2020

Homili Hari Minggu Biasa ke-XVI/A - 2020

Hari Minggu Biasa XVI/A
Keb. 12:13,16-19
Mzm. 86:5-6,9-10,15-16a
Rm. 8:26-27
Mat. 13:24-43

Benih-benih kesabaran Allah

Kita semua mengenal sosok Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791). Beliau adalah Penyusun lagu, pianis, pemain biola dan konduktor kenamaan berkebangsaan Austria. Berdasar pada pengalamannya dalam dunia musik, beliau membagi pengalamannya dengan berkata: “Kesabaran dan ketenangan pikiran berkontribusi lebih besar untuk menyembuhkan para pengganggu kita sebagai keseluruhan seni pengobatan.” Saya kira hampir kita semua sepakat bahwa kita membutuhkan kesabaran dan ketenangan dalam pikiran kita, dengan demikian apapun sakit dan penyakit yang mengganggu hidup kita, dengan mudah kita bisa mengalami kesembuhan. Ketika kita kehilangan kesabaran dan ketenangan pikiran maka penyakit apapun dapat menyerang tubuh kita. 

Apakah anda adalah orang yang sabar? Ini merupakan sebuah pertanyaan yang bagus dan dapat membantu kita untuk berefleksi lebih dalam lagi. Kita selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang sabar. Kita menemukan Tuhan dalam Kitab Suci sebagai satu-satunya model pribadi yang sabar. Kita juga harus jujur untuk mengatakan bahwa banyak kali kita tidak sabar ketika ada pengalaman menyakitkan, kehilangan dan kekecewaan. Mungkin saja sedang terjadi pada saat ini sehingga anda sedang kecewa sambil membaca homili saya ini. Pengalaman-pengalaman yang pernah lewat di hadapan kita sungguh memanusiakan dan mendewasakan hidup kita. Joseph Addison (1672-1719). Politikus, penulis dan penyair dari Inggris ini pernah berkata: “Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan kekecewaan; tetapi kalau kita sabar, kita segera akan melihat bentuk aslinya.” Kunci keberhasilan kita adalah menjadi pribadi yang sabar serupa dengan Tuhan. Kunci kegagalan adalah menjadi pribadi bermental instan, tidak mau sabar, maunya cepat-cepat. Cobalah anda dan saya sadar bahwa hidup ini memang butuh kesabaran.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari Minggu Biasa ke-XVI/A ini menyampaikan tiga perumpaan. Pertama, perumpamaan tentang lalang di antara gandum. Kedua, perumpamaan tentang biji sesawi dan ketiga, perumpamaan tentang ragi. Saya mengambil perumpamaan yang pertama saja tentang lalang yang hidup di antara gandum. Lalang ketika bertumbuh bersama  gandum itu sulit untuk dibedakan oleh para petani. Nanti bunganya yang akan membedakan mana gandum dan mana lalang. Ketika itu Yesus berkata: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu.” (Mat 13:24-26). Bagi Yesus, Kerajaan surga itu berisikan benih yang baik. Benih yang baik adalah anak-anak Kerajaan atau pribadi-pribadi yang kudus dan berkenan pada Tuhan. 

Para pekerja cukup tanggap dengan keadaan ini. Mereka sangat heran ketika melihat lalang yang bertumbuh bersama dengan gandum dan meminta kepada pemilik kebun untuk segera mencabut lalang. Namun tuan kebun itu berkata: “Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.” (Mat 13:29-30). Perkataan tuan kebun ini membuka pikiran kita untuk mengenal Allah sebagai Bapa yang sabar dengan manusia yang berdosa.

Tuhan Yesus sendiri menjelaskan simbol-simbol dalam perumpamaan ini. Dari perumpamaan ini jelaslah bahwa Tuhan Yesus sebagai Anak Manusia adalah Penabur sejati yang menabur benih. Benih yang baik adalah anak-anak Kerajaan atau pribadi-pribadi yang kudus dan berkenan pada Tuhan. Lalang adalah anak-anak si jahat dan penaburnya adalah musuh sejati yakni iblis. Para malaikat adalah penuai sejati pada waktu menuai yakni akhir zaman. Tuhan Yesus akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Orang baik akan berada bersama Tuhan dan yang lainnya mengalami penderitaan abadi.

Apa yang hendak Tuhan sampaikan kepada kita pada hari ini?

Pertama, Tuhan Yesus berkehendak untuk menabur benih-benih yang baik. Dia sendiri telah datang ke dunia untuk mencari orang berdosa dan menyelamatkannya. Ia sendiri berkata: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Mat 4:17). Benih-benih yang baik atau orang-orang benar adalah orang-orang yang bertobat dan menghendaki keselamatan. Satu tantangan masa kini adalah benih-benih lalang yang banyak ditaburkan di mana-mana. Benih-benih yang dimaksud misalnya benih-benih radikalisme yang sudah menyebar di pemerintahan, kampus dan sekolah-sekolah, tempat ibadah dan ruang publik lainnya. Ini benar-benar benih yang ditaburkan si jahat dan patut kita waspadai.

Kedua, Tuhan menunjukkan kesabaran-Nya bagi manusia. Dalam bacaan pertama, penulis Kitab kebijaksanaan menulis: “Anak-anak-Mu Kauberi harapan yang baik ini: Kauberikan kesempatan untuk bertobat apabila mereka berdosa.” (Keb 12:19). Orang berdosa masih diberi kesempatan untuk bertobat. Tuhan memang sungguh baik. Dalam bacaan Injil, tuan kebun mengatakan: “Biarkanlah lalang dan gandum tumbuh bersama sampai waktu menuai.” (Mat 13:30).  Tuhan begitu sabar, mengapa kita begitu sulit untuk sabar dengan diri kita, sabar dengan sesama dan sabar dengan Tuhan? Hidup kita bermakna ketika kita sabar dengan diri kita sendiri.

Ketiga, Kita perlu membangun rasa syukur kita kepada Tuhan. St. Paulus mengatakan bahwa Roh itu membantu kita dalam kelemahan-kelemahan kita. Roh berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Tuhan Allah sendiri menyelami hati nurani kita. Apakah anda sudah bersyukur atas kasih dan kesabaran Tuhan? Banyak kali kita cepat menjadi pelupa dalam hal syukur.

Tuhan begitu sabar dengan kita. Mari kita belajar untuk lebih sabar lagi kepada Tuhan dan sesama. Tuhan Yesus sendiri bersyukur kepada Bapa dalam Roh. Mari kita mengubah hidup dengan bersyukur, dengan menjadi benih yang baik untuk membantu sesama menjadi orang terbaik dalam hidupnya.

PJ-SDB 

No comments:

Post a Comment