Friday, November 1, 2013

Uomo di Dio

Jadilah Orang Kudus!

Santo Yohanes Bosco dikenal sebagai orang kudus yang bersahabat dengan kaum muda. Ia memiliki komitmen untuk mencari dan menyelamatkan jiwa-jiwa orang muda. Prinsipnya adalah "Da mihi animas, coettera tolle" yang berarti berikanlah daku jiwa-jiwa, sedangkan yang lain ambilah. Ketika tinggal bersama dengan orang-orang muda di oratorium, ia membina dan mengarahkan mereka untuk bertumbuh sebagai orang-orang kudus. Salah seorang muridnya yang juga menjadi kudus adalah Dominikus Savio. Pada suatu kesempatan Dominikus bertemu dengan Pastor Yohanes Bosco. Sambil berbicara, Yohanes Bosco memandangnya dan mengatakan kepada Dominikus bahwa dirinya laksana selembar kain yang indah. Dominikus mengatakan kepada Yohanes Bosco bahwa kalau dirinya adalah kain yang indah maka ia meminta kepada Yohanes Bosco untuk menjadi penjahit yang handal supaya menjadikan gaun itu indah hanya bagi Tuhan. Sebuah percakapan antara seorang anak yang baru berusia sepuluh tahun dengan pastornya, dan sudah ada tanda-tanda kekudusan. Dominikus mempercayakan dirinya dalam tangan Yohanes Bosco dan dibentuk  sesuai kehendak Allah. Ia menjadi St. Dominikus Savio yang meninggal pada usia 14 tahun. Salah satu semboyannya adalah: “Lebih baik mati dari pada berbuat dosa”

Penulis buku Amy Welborn dan Ann Engelhart memberi kesaksian dalam buku Be Saints. Buku ini berisi undangan dari Paus Benediktus XVI kepada anak-anak ketika berkunjung ke Inggris untuk bertumbuh dalam jalan kekudusan. Di dalam buku tersebut diceritakan bahwa Sri Paus berkata kepada anak-anak: "Sekiranya kita bertumbuh dalam persahabatan yang mendalam dengan Tuhan maka kita akan mengalami kebahagiaan yang benar dan menjadi kudus”. Sebuah ungkapan yang sederhana, dengan bahasa anak-anak dan dapat menggerakan hati mereka untuk menjadi kudus.

St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma mengatakan bahwa kita semua dipanggil untuk menjadi kudus: “Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang di kasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus” (Rm 1:7). Bagi Paulus kekudusan adalah sebuah panggilan luhur dari Tuhan. Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus Paulus menulis: "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya" (Ef 1:4). Orang-orang kudus adalah manusia-manusia biasa yang dikuduskan oleh Allah menjadi milik kepunyaanNya. Jadi para kudus itu milik esklusif dari Allah sendiri. Orang kudus adalah pribadi-pribadi yang menjadi bagian dari Tubuh Kristus. Mereka dikonsekraksikan atau dikuduskan oleh Tuhan menjadi milik kepunyaanNya. 

St. Paulus memberi ciri-ciri khas orang kudus terutama dalam tulisannya kepada jemaat di Efesus yakni: Selalu berjalan dalam persekutuan jemaat (Ef 4:1-16); Berjalan dalam kebenaran (Ef 4:17-32); Berjalan dalam kasih (Ef 5: 1-7), Berjalan dalam terang (Ef 5:8-14) dan berjalan dalam kebijaksanaan (Ef 5:15-17). Orang-orang kudus akan menghindari diri dari perbuatan-perbuatan yang mencemarkan seperti percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan dan perkataan yang kotor (Ef 4:3-4).

Dengan sakramen pembaptisan seorang Pria Katolik juga dipanggil untuk menjadi kudus. Dengan kata lain saat pembaptisan adalah saat diri kita dikuduskan, diri kita menjadi milik Tuhan sepenuhnya. Maka kita menyadari panggilan umum dalam pembaptisan ini dan bertumbuh menjadi pria katolik yang kudus. Kita ingat kembali apa yang dikatakan oleh Sri Paus Benediktus XVI: Be saints! Jadilah Pria Katolik yang kudus. Jadilah suami yang kudus dengan mengasihi isteri dan anak-anak. Pria Katolik yang kudus adalah dia yang hari demi hari membangun pertobatan yang mendalam dan mengalami Allah di dalam hidupnya. Dia yang selalu berusaha membangun persahabatan yang mendalam dengan Tuhan dalam doa.

Mari kita memandang Yesus Kristus. Dialah Spiritualitas yang hidup. Yesus adalah Putera Allah tetapi Ia juga berdoa kepada Bapa. Para penulis suci memberi kesaksian bahwa Yesus selalu memiliki waktu untuk berdoa. Ia berdoa semalam-malaman kepada Bapa di Surga. Kita pun mengikuti teladanNya dengan tekun berdoa, merasa membutuhkan Tuhan di dalam hidup kita. Silakan melakukan tugas-tugasmu setiap hari dengan baik. Tugas-tugas pelayanan yang biasa menjadi luar biasa, yang kecil menjadi istimewa. 

PJSDB

No comments:

Post a Comment