Thursday, February 6, 2020

Homili 6 Februari 2020

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-IV
Peringatan Wajib St. Paulus Miki
1Raj. 2:1-4,10-12
MT. 1Taw. 29:10,11ab,11d-12a,12bcd
Mrk. 6:7-13

Melayani dengan tulus hati

Pada hari ini kita mengenang Santu Paulus Miki dan rekan-rekannya para martir lain dari Jepang. Paulus Miki dilahirkan dalam sebuah keluarga yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus, sebuah keluarga bangsawan militer di Jepang. Ayahnya dikenal sebagai seorang pemimpin militer Miki Handayu. Paulus Miki merasa bawa ia memiliki panggilan untuk mewartakan Injil. Untuk mewujudkan cita-citanya ini, ia bergabung dengan Serikat Yesus pada tahun 1580, memperoleh pembinaan sebagai seorang katekis di kolese Jesuit di Azuchi dan Takatsuki. Beliau menjadi seorang penginjil dan pengkotbah yang sangat terkenal.

Selanjutnya, pada tahun 1597 Hideyoshi, seorang penguasa Jepang yang cukup berpengaruh mendengar hasutan dari seorang pedagang berkebangsaan Spanyol. Sang pedagang itu membisikkan bahwa para misionaris adalah pengkhianat bangsa Jepang, sehingga mengakibatkan Jepang akan mudah dikuasai oleh bangsa Spanyol dan Portugis suatu saat. Hideyoshi menanggapinya dengan berlebihan, sehingga Ia menangkap dua puluh enam orang yang dianggapnya sebagai para pengkhianat. Dari semua yang ditangkap, ada enam orang biarawan Fransiskan dari Spanyol, Meksiko dan India; tiga orang katekis Yesuit Jepang, termasuk St. Paulus Miki; dan tujuh belas awam katolik dari Jepang, termasuk anak-anak.

Pada tanggal 5 Februari 1597 Kedua puluh enam orang itu dibawa ke tempat pelaksanaan hukuman mati di luar kota Nagasaki. Mereka mengalami banyak penderitaan, diikatkan pada salib masing-masing dengan rantai dan tali dan belenggu besi dipasang di sekeliling leher mereka. Setiap salib dikerek dan kaki salib ditancapkan ke sebuah lubang yang telah disiapkan. Mereka semua wafat pada saat yang bersamaan sebab selain disalibkan, mereka juga ditombaki hingga wafat. Santo Paulus Miki saat itu terus berkotbah dengan gagah berani dari atas kayu salib untuk memberi semangat bagi umat kristiani supaya tetap setia pada iman mereka. Ia baru diam setelah sebuah tombak menembus dadanya. Pakaian-pakaian mereka yang ternoda oleh darah disimpan sebagai reliqui yang berharga oleh komunitas Kristiani Jepang. St. Paulus Miki dan kawan-kawannya para Martir Nagasaki dinyatakan kudus pada tahun 1862 oleh Paus Pius IX.

Kisah kehidupan Santu Paulus Miki dan teman-temannya ini menginspirasikan kita untuk memahami dan menghayati pesan Injil Tuhan Yesus tentang perutusan para murid-Nya. Penginjil Markus melaporkan bahwa Tuhan Yesus memanggil dan mengutus para murid-Nya berdua-dua. Mengapa mereka diutus berdua-dua bukan sendiri-sendiri saja? Karena peran para murid adalah memberi kesaksian. Tuhan Yesus sendiri mengatakan: “Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah.” (Mat 18:16; Yoh 8:17). Maka mereka diutus berdua-dua supaya memberi kesaksian yang benar tentang Yesus Kristus dan Injil-Nya. Hal yang sama terjadi dengan Paul Miki. Ia tidak sendirian memberi kesaksian, tetapi bersama teman-temannya memberi kesaksian tentang Tuhan Yesus dan Injil-Nya di Jepang.

Untuk dapat memberi kesaksian dengan baik maka Tuhan Yesus meminta perhatian dari para murid yang nantinya menjadi utusan atau rasul. Pertama, supaya mereka jangan membawa apa-apa di dalam perjalanan, dalam hal ini makanan (roti) dan uang di dalam ikat pinggang. Pakaian yang mereka bawa tidak boleh dua baju. Tuhan Yesus hanya membolehkan mereka mambawa tongkat dan alas kaki. Tuhan Yesus mengetahui kelemaham para utusan-Nya yakni ‘di mana hartamu berada, hatimu juga berada di sana’ (Mat 6:21). Seorang pelayan Tuhan harus memiliki sikap lepas bebas, berpasrah kepada Tuhan, dan percaya bahwa Tuhan akan mencukupkan kebutuhan hidupnya. Gereja sendiri mengalaminya sepanjang sejarah bahwa Tuhan selalu mencukupkan kebutuhannya.

Berkaitan dengan hal ini, Tuhan Yesus pernah berkata: “Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan g oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” (Mat 6:25-26). St. Paulus melengkapi perkataan Tuhan Yesus ini: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Flp 4:6). Seorang pelayan yang hidup dalam kekuatiran tidak akan melayani Tuhan dengan sukacita.

Kedua, Kesiapan para murid untuk tinggal dan bersaksi. Yesus berkata: "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka." (Mrk 6:10-11). Menjadi saksi Kristus memang tidaklah mudah. Banyak kesulitan yang akan dihadapi oleh seorang murid Kristus. Yesus sendiri mengakuinya: "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Mat 10:16). Maka kalau para murid diterima maka mereka diharapkan untuk tinggal tetap, kalau tidak diterima maka mereka meninggalkan tempat itu untuk mewartakan Injil ke tempat yang lain.

Ketiga, Para murid melakukan pekerjaan Yesus. Pekerjaan Yesus yang dimaksudkan adalah kuasa Yesus bagi mereka untuk menguasai roh-roh jahat. Mereka mewartakan seruan tobat kepada orang-orang yang mereka jumpai dan layani. Mereka mengusir setan-setan, mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan. Semua pekerjaan Yesus ini harus mereka lakukan dengan sempurna. Memang, tugas seorang murid adalah membesarkan nama Yesus bukan membesarkan namanya sendiri. Hanya dengan demikian keselamatan adalah jaminan dan upah baginya sebagai murid Tuhan Yesus.

Apa yang harus kita lakukan saat ini sebagai Gereja?

Gereja kita adalah Gereja Misioner. Kita semua dipanggil untuk pergi dan bersaksi tentang Tuhan Yesus Kristus dalam kata dan tindakan kita. Saya terinspirasi oleh pesan Daud kepada Salomo anaknya begini: “Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju, dan supaya Tuhan menepati janji yang diucapkan-Nya tentang aku, yakni: Jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapan-Ku dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel.” (1Raj 2:3-4).

Pada hari ini kita memohon semoga santu Paulus Miki dan teman-temannya menguatkan kita untuk menjadi murid Yesus dan pelayan yang setia, abdi Tuhan yang tulus sehingga nama Tuhan Yesus sungguh-sungguh dimuliakan di atas dunia ini. Jadilah saksi Kristus!

P. John Laba, SDB

No comments:

Post a Comment