Memandang wajah sang ibu
Ave Maria!
Ada seorang anak yang baru sadar ketika ia memandang wajah ibunya, sambil memandang ke sebuah cermin. Ia melihat berbagai macam kemiripan yang ada di wajah ibunya dan di wajahnya sendiri. Semakin lama memandangwajah ibunya, dan semakin sering mengarahkan wajahnya ke cermin, ia merasakan aliran kasih yang begitu besar dari ibu baginya. Ia menangis terseduh-seduh sehingga membuat ibunya kaget. Ibunya bertanya kepadanya mengapa ia menangis. Ia berdiri dan memeluk ibunya sambil mengucapkan kata maaf sebab ia selalu mengecewakan ibunya dalam hal-hal kecil dan hal-hal besar. Ibunya membisikkan tiga kata di telinganya: “I love You” dan “do not be afraid!” Saya teringat pada Khalil Ghibran. Dalam bukunya ‘The Broken Wings’ beliau menulis: “Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata ‘ibu’ dan panggilan yang paling indah adalah ‘ibuku’. Ini adalah kata yang penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati.” Bagi saya, kata-kata ini sangat super dan baik buat kita renung bersama.
Banyak di antara kita memiliki pengalaman seperti ini. Berapa kali dalam sehari, sebagai anak kita menyakiti hati orang tua terutama ibu kita? Ada yang hampir setiap saat menancapkan paku di tubuh ibunya dengan perkataan dan perbuatan yang menyakitkan dan mengecewakan hati ibu. Memang anak-anak mudah lupa akan kasih dan kebaikan ibu sehingga mudah mengecewakan ibunya. Ibu menyayangi anak-anaknya dan bahagaia di rumah sendiri tetapi ketika memasuki usia senja dia menghuni panti jompo dan rumahnya dijual untuk kepentingan anak-anak, bahkan anak-anak masih berebutan warisan. Apakah anak-anak begitu tamak sampai melupakan pengurbanan sang ibu. Dia mengurbankan hidup dan matinya untuk anak-anaknya. Dia rela ‘mengandung’ selama sembilan bulan lebih dengan pengurbanan, kesakitan saat melahirkan dan tersenyum ketika melihat anaknya lahir dengan sehat. Lalu balasanmu sebagai anak? Tetapi sang ibu tidak menghitung-hitung pengurbanannya. Semuanya selalu gratis!
Pada hari ini kita mengenang sosok Bunda Maria berdukacita. Dia adalah Bunda Allah, bunda kita semua yang berdukacita. Ada tujuh duka bunda Maria yang kita kenal secara luas: Nubuat Simeon (Luk 2:34-35), Pelarian ke Mesir (Mat 2: 13-14), Yesus hilang di Bethlehem (Luk 2:43-45), Yesus bertemu dengan bunda-Nya di jalan Salib, Yesus wafat di kayu salib (Yoh 19:25-27), Yesus diturunkan dari Salib (Yoh 19:40), dan Yesus dimakamkan (Yoh 19: 38-42). Ketujuh duka bunda Maria ini menjadi duka kita semua sebagai Gereja. Namun hanya Bunda Maria saja yang mengalaminya secara langsung bersama Yesus Puteranya.
Sosok Bunda Maria adalah sosok yang sangat inspiratif. Kita semua perlu memandang Bunda Maria dan merasakan betapa dia adalah satu-satunya manusia yang mengenal lebih dalam pribadi Yesus, satu-satunya manusia yang sangat super mengasihi Yesus dibandingkan dengan Anda dan saya saat ini. Sebab itu mari kita memandang Yesus, mengikuti teladan hidupnya dalam suka dan duka untuk mengikuti dan mengimani Yesus Kristus.
Santa Perawan Maria yang berdukacita, doakanlah kami. Amen.
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment