Saturday, September 12, 2020

Food For Thought: Transformasi Radikal


Butuh transformasi diri

Tuhan Yesus memang hebat. Dia mengajarkan kita banyak hal. Dalam bidang kedokteran dan kesehatan, Ia menjamah dan menyembuhkan banyak orang sakit. Dalam bidang pertanian, Ia memberikan perumpamaan-perumpamaan yang berkaitan dalam bidang pertanian. Dalam bidang perikanan, dengan hanya bersabda maka para murid mendapat banyak ikan. Dalam bidang meteorologi dan geofisika, Ia membicarakan tentang angin dan perubahan musim. Dalam bidang psikologi, Ia mengajarkan bagaimana memberi koreksi yang baik sehingga relasi antar pribadi tetap baik. Dalam bidang teknik sipil, Ia membicarakan tentang bagaimana membangun rumah yang kokoh yakni dengan menggali fundasi yang dalam dan meletakkan batu sebagai dasar fundasi bukan pasir atau tanah kosong dan masih banyak lagi. Silakan rajin membaca Injil dalam Bulan Kitab Suci Nasional ini dan akan menemukan banyak hal tentang pengajaran Yesus sebagai bentuk pembinaan bagi manusia. Pokoknya, Yesus mengajarkan semua bidang kehidupan manusia supaya manusia benar-benar menjadi manusia di hadapan Tuhan dan sesamanya.

Pada hari ini Tuhan Yesus memberikan wejangan kepada para murid untuk memiliki hikmat yakni melakukan setiap perkataan Yesus. Tidak cukup kita hanya menyebut nama Tuhan yang Kudus, padahal semua perkataan-Nya tidak kita lakukan di dalam hidup ini. Orang yang mendengar Sabda dan melakukan-Nya sama dengan orang berhikmat di mana ia membangun rumahnya dengan menggali lubang yang dalam dan meletakkan batu keras sebagai alas fundasi rumahnya. Orang yang tidak berhikmat tidak mendengar dan melakukan sabda Tuhan. Dia sama dengan orang yang mendirikan rumah dengan alasnya adalah pasir. Rumah seperti ini mudah roboh dan rusak.

Dalam Bulan Kitab Suci Nasional ini, apa yang sudah kita lakukan? Mungkin ada orang membela diri dengan mengatakan sekarang masih pandemi sehingga tidak perlu berkumpul. Itu benar. Tetapi ada cara lain yang bisa kita lakukan untuk menjadikan Sabda sebagai dasar hidup kita. Misalnya, kita rajin membaca Kitab Suci, kira rajin mendengar Sabda dan yang terpenting adalah kita merenungkan dan melakukannya di dalam hidup kita. St. Yakobus mengatakan: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan pendengar saja.” (Yak 1:22).

Ada juga orang yang mudah dan cepat puas ketika memanggil nama Tuhan, ketika berkumpul dalam persekutuan doanya, menutup mata, mengangkat tangan, berteriak dan memanggil nama Tuhan. Itu memang tidak dosa tetapi akan menjadi sebuah hikmat ketika benar-benar ada transformasi yang radikal dalam diri pribadinya. Ada orang yang senang dengan hal-hal seperti ini tetapi tidak sinkron dengan kehidupan pribadinya. Lebih tepat dikatakan sebagai ‘topeng-topeng rohani’ dalam hidupnya. Orang itu masuk dalam persekutuan doa, melakukan hal-hal bagus seperti ini, namun sisi gelapnya juga muncul dalam motivasinya yang salah: meminjam duit, berselingkuh, kekerasan verbal dan lain-lain di dalam persekutuan doanya. Orang dalam persekutuan doa kog begitu. Ada juga orang yang memiliki alasan ‘demi pelayanan’ tetapi apakah dia memiliki hikmat sehingga pelayanannya itu semakin mendekatkan dirinya dengan Tuhan? Apakah keluarganya semakin baik? Apakah relasi antar pribadinya benar-benar mencerminkan kedekatannya dengan Tuhan? Perkataan Tuhan Yesus ini benar: “Mengapa kalian berseru kepada-ku, ‘Tuhan, Tuhan! Padahal kalian tidak melakukan apa yang Kukatakan?” Hanya ada kemunafikan di atas kemunafikan.

Mari membangun diri kita di atas Sabda Tuhan. Kita berusaha membaca, mendengar, merenungkan dan menjadi pelaku firman yang handal bagi Gereja, mulai dari diri kita sendiri. Dengan membaca, mendengar, merenungkan dan menjadi pelaku Firman yang handal maka kita akan mengenal dan mencintai Yesus sang Sabda lebih dalam lagi. Kapan? Saat ini juga!

PJ-SDB

No comments:

Post a Comment