Lazarus adalah kita
Bacaan-bacaan liturgi kita dalam masa prapaskah ini menampilkan sosok Lazarus. Nama Lazarus sendiri berasal dari bahasa Ibrani: אלעזר, Elʿāzār, Eleazar, artinya "Allah (telah) menolong". Ada dua sosok Lazarus yang kita kenal di dalam Injil. Lazarus pertama dilukiskan oleh penginjil Lukas (Luk 16:19-31). Dia dikenal sebagai seorang pengemis, badanya penuh dengan borok, selalu berbaring di depan pintu rumah orang kaya dan ingin menghilangkan rasa laparnya dengan menerima remah-remah yang jatuh dari meja tuan kaya. Pikirkanlah bagaimana dia, seorang manusia berebut makanan dengan anjing-anjing. Sungguh menyedihkan! Lazarus meninggal dunia lalu langsung berada di pangkuan Abraham. Benarlah perkataan ini: bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Dia mengalami kebahagiaan kekal karena “Allah telah menolong”-nya.
Sosok Lazarus yang kedua dikisahkan oleh Yohanes dalam Injil karangannya. Dia dikenal dengan nama Lazarus dari Betania sebagai sahabat dekat Yesus, bersama dua saudarinya yaitu Marta dan Maria. Dia sedang sakit keras (Yoh 11:1). Yesus mengasihi Lazarus dan adiknya Marta (Yoh 11:15). Sayang sekali karena Yesus kelihatan sengaja tinggal lebih lama sebelum masuk ke Betania. Bayangkan bahwa seorang sahabat dekat sedang sakit, mengapa Yesus tidak cepat-cepat menemuinya. Sebenarnya Yesus memiliki sebuah strategi supaya melalui Lazarus, Ia menunjukkan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Yesus mengakui bahwa Lazarus sahabat-Nya sudah mati, sudah empat hari lamanya. Tetapi Yesus punya kuasa untuk membangkitkannya dengan berkata: “Lazarus, marilah keluar!” (Yoh 11:43). Lazarus mengalami pertolongan dari Tuhan. Ia hidup kembali, dan ini menjadi pintu masuk bagi kita semua untuk mengerti bahwa Yesus juga akan bangkit satu kali untuk selama-lamanya. Lazarus sendiri nanti akan mati lagi meskipun sudah dibangkitkan Yesus, dan nanti akan dibangkitkan lagi oleh Yesus sebagai sumber kehidupan pada akhir zaman.
Peristiwa Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dalam Injil Yohanes memang luar biasa. Banyak orang bersyukur karena ada Yesus yang membangkitkan Lazarus. Tetapi hal ini berbeda dengan para pemimpin agama Yahudi saat itu. Mereka bukan hanya marah dengan Yesus yang melakukan mukjizat ini, tetapi juga kepada Lazarus. Sebab hanya gara-gara Lazarus, banyak orang semakin jatuh cinta dan percaya kepada Yesus. Sebab itu para imam kepala juga bermufakat untuk membunuh Lazarus (Yoh 12:10).
Lazarus adalah kita. Hanya saja kita tidak sadar diri bahwa kita adalah Lazarus. Kita ini tidak berdaya dan hanya mengandalkan pertolongan Tuhan yang selalu datang tepat pada waktunya. Kita juga akan mati dan Tuhan Yesus akan melakukan hal yang sama yakni membangkitkan kita pada akhir zaman. Sungguh, Dia adalah jalan, kebenaran dan hidup bagi kita semua. Kita adalah Lazarus modern yang tidak tahu diri dan tidak tahu bersyukur. Tuhan telah menolong kita tetapi tidak ada rasa syukur yang tulus dari dalam hati kita. Menyedihkan!
Pada masa ini banyak saudari dan saudara kita yang terjangkit covid-19. Mereka adalah Lazarus yang kelihatan saat ini. Apakah hati kita tergerak untuk menolong mereka? Apakah kita sungguh-sungguh terbuka untuk mengalami kebangkitan sebagaimana dialami Lazarus? Lazarus adalah sahabat Yesus. Kita juga menjadi sahabat Yesus untuk menolong sesama lain yang juga merupakan Lazarus, sahabat Yesus juga.
Tuhan memberkati kita semua.
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment