Saturday, April 4, 2020

Homili 4 April 2020

Hari Sabtu, Pekan V Prapaskah 
Yeh. 37:21-28
MT Yer. 31:10,11-12ab,13
Yoh. 11:45-56

Satu orang mati untuk bangsa kita!

Kita semua berada di hari Sabtu, hari terakhir sebelum memasuki Pekan Suci tahun 2020. Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini akan membuka wawasan kita untuk memasuki Pekan Suci ini dengan lebih focus lagi pada Tuhan Yesus yang akan menderita, wafat dan bangkit dengan mulia bagi kita semua. Kalau pada masa Natal kita berkata: “Yesus lahir dan hidup bagi kita.” Kini kita menggantinya dengan berkata: “Dia adalah satu-satunya pribadi yang wafat untuk kita.” Untuk itu saya mengawali homili hari ini dengan mengutip Mazmur ini: “Tuhan, jangan Kaujauhkan bantuan-Mu dari padaku, tetapi segera tolonglah aku. Aku ini bagaikan cacing dan bukan manusia, cercaan orang dan hinaan rakyat.” (Mzm 22:20,7). Ini adalah sebuah doa ketika raja Daud berhadapan dengan marabahaya di hadapannya. Dia tidak mengandalkan dirinya sendiri tetapi satu-satunya andalannya adalah Tuhan. Maka dia berdoa dan berharap supaya Tuhan jangan menjauh dari padanya, meskipun dia lemah dan rapuh laksana cacing atau ulat. Orang yang sadar diri akan segala kelemahan, dosa dan salah akan merendahkan diri di hadirat Tuhan.

Dalam bacaan pertama kita mendengar nabi Yehezkiel bernubuat bahwa Tuhan akan menjadikan segala suku di Israel sebagai satu bangsa. Ada beberapa janji yang Tuhan berikan kepada umat Israel. Mula-mula Tuhan berjanji untuk menjemput orang Israel dari tengah bangsa-bangsa, ke mana mereka pergi. Tuhan akan mengumpulkan mereka dari segala penjuru dan akan membawa mereka ke tanah mereka. Tuhan tidak hanye mengumpulkan mereka tetapi Ia juga menjadikan mereka sebagai satu bangsa yang diperintah oleh seorang raja. Kerajaan yang sudah terpecah menjadi Kerajaan Yudea dan Kerajaan Israel akan menjadi satu kembali. Tuhan melepaskan mereka dari kebiasaan menyembah berhala dan segala dosanya akan Tuhan ampuni. Hanya dengan demikian mereka benar-benar menjadi umat Allah dan Tuhan menjadi Allah mereka.

Tuhan berjanji untuk mengangkat Daud menjadi raja Israel dan bangsa Israel menjadi satu kawanan yang memiliki satu gembala. Peraturan dan ketetapan Tuhan menjadi jalan hidup bagi umat Israel dan mereka akan menjalaninya dengan setia. Tuhan memberikan tanah Kanaan bagi mereka, mereka akan tinggal turun temurun hingga keabadian. Semua janji Tuhan ini menjadi sempurna ketika Ia mengikat umat Israel dalam sebuah perjanjian yang kekal. Tuhan menganugerahkan berkat-berkat-Nya, memberikan keturunan seperti pasir di laut dan bintang di langit. Tuhan Allah sungguh-sungguh menjadi Emanuel, Allah tinggal bersama umat-Nya.

Tuhan Allah menjadi tokoh utama yang mengubah hidup manusia. Dia mengenal hati manusia namun kasih seita-Nya tetap abadi. Kita mengingat Daud ketika dengan tulus berkata kepada Tuhan: “Bersyukurlah kepada Tuhan karena Dia baik! Kebaikan-Nya untuk selama-lamanya. Pujilah akan Tuhan, karena baiklah Ia, karena kemurahan-Nya kekal sampai selama-lamanya.” (Mzm 118:29). Di sinilah kita mengerti bahwa permenungan selama masa Prapaskah benar-benar mengubah kehidupan kita. Kita kembali kepada ungkapan raja Daud sebelumnya begini: “Manusia itu bagaikan cacing atau ulat dan bukan manusia, cercaan orang dan hinaan rakyat.” (Mzm 22:7). 

Kasih setia Tuhan sungguh nyata dalam diri Yesus Kristus. Dia, sejak zaman para nabi, telah bernubuat bahwa Yesus sang Mesias akan wafat demi mengumpulkan  dan mempersatukan  anak-anak Allah yang tercerai berai. Tuhan Yesus  membangkitkan Lazarus yang sudah wafat menjadi salah satu momentum yang membuat banyak orang kembali kepada Tuhan sumber hidup kita. Terlepas dari Tuhan Yesus, kita memang tidak dapat berbuat apa-apa. Melalui tindakan dan perkataan-Nya, Yesus berhasil mengubah hidup setiap pribadi manusia. Orang-orang Yahudi yang menyaksikan Yesus pun turut berubah karena kasih Tuhan Yesus sendiri.

Hal yang menarik dalam bacaan Injil adalah bagaimana orang-orang Yahudi melihat Yesus dan menaruh dendam dan benci kepada-Nya. Perkataan Imam besar Kayafas kepada para hadirin saat itu memang sangat membuka mata dan hati kita. Ia berkata: "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa." (Yeh 11:49-50). Yesus akan wafat  untuk menyelamatkan semua orang dari berbagai suku dan bangsa. Apakah dalam masa prapaskah ini kita dapat memiliki semangat rela berkorban untuk kebaikan sesama? Yesus berkorban dengan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita semua.

PJ-SDB

No comments:

Post a Comment