Pesta St. Bartolomeus Rasul
Why. 21:9b-14
Mzm. 145:10-11,12-13ab,17-18
Yoh. 1:45-51
Engkau selalu mengenal aku
Beberapa hari yang lalu saya mendapat kunjungan dari kawan lama. Ia sudah lama mendengar bahwa saya pindah tugas dari Don Bosco Dili, Timor Leste ke Don Bosco Tigaraksa. Ketika berjumpa, ia mulai menyebut litani pengenalannya akan diriku: “Romo John kelihatan tidak berubah sejak pertemuan kita beberapa tahun yang lalu, tidak menjadi tua, mulai kurusan dan brewokan. Tapi umumnya tetap sama.” Saya hanya tersenyum sambil mengatakan dalam hati apakah kawan lama ini serius atau basa-basi. Namun saya menyadari bahwa banyak kali orang-orang di luar diri kita memberi penilaian yang lebih objektif. Seseorang yang berat badannya 100kg selalu mengidentifikasi sebagai orang bertubuh slim, padahal orang selalu menyapanya ‘gendut’. Mungkin butuh mengenal diri lebih dalam lagi dan membiarkan orang lain mengungkapkan apa yang mereka kenal dari diri kita sendiri.
Pada hari ini kita mengenang St. Bartolomeus. Nama Bartholomeus (bahasa Yunani: Βαρθολομαίος) berasal dari bahasa Aram bar-Tôlmay (תולמי-בר), berarti putra Tolmay. Penginjil Yohanes menyebutnya Nathanael yang berarti Pemberian Allah. Beliau adlah sahabat akrab dari Filipus yang datang untuk mengikuti Yesus (Yoh 1:45-51). Banyak sejarahwan dan ahli Kitab Suci menyamakan Bartolomeus dan Natanael sebagai satu sosok yang sama. Ada kemungkinan besar bahwa Bartolomeus adalah sahabat akrab Yohanes. Kitab Suci Perjanjian Baru memperkenalkan sosok Bartolomeus, khususnya di dalam Injil-Injil Sinoptik sebagai salah satu dari para murid Yesus, misalnya Matius 10:3, Markus 3:18 dan Lukas 6:14, dan di dalam Kisah Para Rasul 1:13. Dari sini kita mendapat informasi bahwa Bartolomeus bukanlah seorang nelayan seperti Andreas, Yohanes, Simon dan Filipus, yang berasal dari Betsaida. Bartolomeus adalah seorang petani, dari daerah Kana. Namanya kiranya berkaitan dengan nama ayahnya ‘Tolmai’ yang berarti ‘petani’.
Penginjil Yohanes menggambarkan sosok Bartolomeus sebagai seorang yang jujur dan tulus. Tuhan Yesus menyebutnya sebagai ‘Orang Israel sejati dan tidak ada kepalsuan baginya.’ Karena sikapnya ini maka Tuhan Yesus memilihnya sebagai murid dan menunjukkan kesetiaan yang besar kepada Yesus sendiri. Yohanes juga bersaksi bahwa Natanael hadir dalam kisah penampakan Yesus kepada ketujuh rasul-Nya di Danau Tiberias. Setelah Pentekosta, Bartolomeus mendapat keberanian untuk mewartakan Injil ke daerah Hierapolis, Asia Kecil. Di sana Bartolomeus berkarya bersama–sama dengan Filipus. Sepeninggal Filipus dan pembebasannya dari penjara, Bartolomeus mewartakan Injil di provinsi Likaonia, Asia Kecil. Beliau wafat sebagai martir Kristus di Albanopolis, tepi Laut Kaspia, pada masa pemerintahan Astyages, Raja Armenia. Selain berkarya diantara orang–orang Armenia, Bartolomeus juga berkarya di Mesopotamia, Mosul (Kurdi, Irak), Babilonia, Kaldea, Arab dan Persia.
Perjumpaan Bartolomeus dengan Yesus pada saat pertama memang mengubah seluruh hidupnya. Sebelumnya Filipus menjumpainya dan mengatakan kepadanya tentang perjumpaan mereka dengan Yesus. Filipus berkata: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." (Yoh 1:45). Mendengar nama tempat Nazaret, Natanael merasa heran. Sebagai orang Galilea mungkin mereka selalu menganggap orang-orang Nazaret sebagai ‘orang belakang gunung’. Sebab itu ia berkata: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" (Yoh 1:46). Filipus yang sudah lebih dahulu berjumpa dengan Yesus memberi kesaksian dengan mengatakan “Mari dan lihatlah”. Agaknya Natanael masih ragu-ragu tetapi Tuhan Yesus yang sudah melihatnya duduk di bawah pohon ara sudah menggerakan hatinya untuk siap mengikuti Yesus sampai tuntas.
Perjumpaan Natanael dan Yesus benar-benar sebuah pertemuan yang transformatif. Natanael sungguh beruhah di hadapan Yesus. Yesus melihatnya untuk pertama kali dan berkata: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" (Yoh 1:47). Ini adalah karakter Natanael. Dia adalah sosok sejati bukan bermuka dua, atau tukang basa-basi. Karakter dan kepribadian ini yang disenangi Yesus. Tuhan Yesus membuka pikirannya sehingga ia menyatakan imannya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" (Yoh 1:49). Dengan membuka hatinya kepada Yesus maka ia mendapat berkat istimewa. Tuhan Yesus memberinya kekuatan untuk melihat segala sesuatu dalam diri-Nya sebagai Tuhan: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia." (Yoh 1:50-51).
Kisah hidup St. Bartolomeus atau St. Natanael mengatakan kepada kita beberapa hal penting: Pertama,kita perlu sikap-sikap positif sebagai murid-murid Tuhan yakni keterbukaan, kejujuran dan ketaatan kepada Tuhan. Sikap-sikap ini membantu kita untuk bertumbuh sebagai murid Kristus. Kedua, Kita membiarkan Tuhan untuk mengenal diri kita. Hanya dengan sikap batin semacam ini, kita pun akan dibantu oleh Tuhan untuk mengenal diri kita secara pribadi lebih dalam lagi. Banyak kali kita mengenal diri kita. Kita belum mampu berefleksi tentang diri kita secara pribadi. Ketiga, Bartomoleus menunjukkan kesetiaannya kepada Kristus sampai tuntas. Mari kita setia kepada Tuhan, setia dalam panggilan, setia terhadap pasangan hidup. Apakah anda setia? Anda setia kalau anda dapat mengenal diri dengan baik. St. Bartolomeus, doakanlah kami. Amen.
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment