Wednesday, September 11, 2019

Food For Thought: Berbahagialah yang miskin...


Berbahagialah yang miskin!

Pada hari Minggu Biasa ke-XXIII, saya berkesempatan untuk merayakan misa kudus di sebuah stasi baru di Paroki Maria Auxiliadora, Comoro, Dili, Timor Leste. Stasi ini terletak di pinggiran kali kering Comoro, atau orang setempat menyebutnya Mota Comoro. Pekerjaan utama penduduk setempat adalah berkebun dan mengumpulkan pasir dan kerikil di kali kering di depan stasi itu. Maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah orang-orang sederhana dan lebih tepat lagi mereka miskin. Mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih, dan makanan secukupnya.

Meskipun masyarakatnya masuk kategori miskin namun mereka berusaha untuk kaya dalam iman. Mereka bahu membahu membangun sebuah kapel sederhana untuk memfasilitasi umat setempat. Kapel sudah selesai dibangun dan masih harus disempurnakan. Temboknya diperhalus, pengadaan bangku Gereja dan perlengkapan lainnya di dalam Gereja supaya benar-benar layak untuk menjadi sebuah tempat ibadah. Semua ini masih dalam taraf perjuangan umat sederhana, bak anawim. Mereka boleh miskin namun kaya dalam iman! Saya sendiri sampai berangan-angan, kalau saja saya ini seorang pengusaha maka saya akan membuat kapel ini menjadi indah untuk Tuhan. Hehe, harus berani bermimpi!

Saya tertarik dengan perkataan Tuhan Yesus hari ini: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.” (Luk 6:20). Paus Fransiskus memberi sebuah komentar yang bagus tentang Sabda Bahagia ini, dengan berkata: “Kekayaan tidak menjamin apa-apa. Justru ketika kita merasa kaya, kita menjadi puas diri sehingga kita tidak menyisakan ruang bagi Sabda Allah, bagi kasih akan sesama, atau bagi kegembiraan akan apa yang paling penting dalam hidup ini. Dengan demikian, kita sama sekali tidak memperoleh kekayaan terbesar dalam hidup. Itulah mengapa Yesus menyebut berbahagialah mereka yang miskin dalam roh, mereka yang miskin hatinya, sebab disanalah Tuhan dapat masuk dengan kebaruan-Nya yang abadi.” (Gaudete et Exultate, 68). Paus bahkan mengatakan ‘Menjadi miskin dalam hati itulah kekudusan’ (GE, 70).

Pada hari ini kita berusaha untuk membaharui diri kita di hadapan Tuhan dan sesama. Banyak kali kita berada di zona nyaman sehingga tidak ada ruang bagi Tuhan dan Sabda-Nya. Banyak kali kita tidak memiliki hati untuk mengasihi kaum miskin yang ada di sekitar kita. Padahal pada wajah kaum miskin itu kita berjumpa dengan Yesus yang hidup di tengah-tengah kita saat ini.

PJ-SDB

No comments:

Post a Comment